Twenty sixth

37 8 0
                                    

Semua orang menantikan sebuah ending yang mereka harapkan.
Namun, tidak pantas untukku, sehinggaku hanya menantikan bagian bagian ku bisa bersamamu.

-All I Have


🌈


Friska belum sadar, namun Elly,dan Jane disarankan Mama Friska untuk membersihkan diri mereka terlebih dahulu. Hingga akhirnya, Elly dan Janne memutuskan untuk pulang ke rumah masing masing.

Karena itu, Mama Friska sedang berada di kursi samping ranjang rumah sakait yang terletak anaknya yang belum sadarkan diri. Mama Friska memenggenggam erat dan mencium tangan anak sematawayangnya itu.

"Hey,sayang. Bangun ya, sayang. Kamu harus jadi perempuan kuat, Mama bakalan selalu nuntun kamu," ucap Mamanya dengan suara yang bergetar menahan tangis.

"Hey, ayo dong. Kamu gak mau kan Mama sendirian gini? Kamu gak suka kan? Friska sayang, ayo dong, bangun. Mama gak bisa hidup sendiri, Mama cukup sakit karena Papa kamu udah gak ada, kamu jangan pergi ya? Mama gak tau Mama gimana tanpa kamu? Cuma kamu yang buat Mama tetap mau bangkit, karena Mama sayang kamu. Mama dulu sempat mikir, untuk apa lagi mama hidup tanpa Papa. Tapi Mama masih ingat, Mama masih punya kamu, kamu satu satunya semangat Mama buat bangkit dari keterpurukan. Kalau kamu gak ada, Mama gak tau Mama akan se-terpuruk apalagi," Mama Friska terkekeh miris.

Mama Friska mencium kening anaknya dan memeluk erat.

"Maaaa.....," suara Friska terdengar yang menandakan Friska sadarkan diri.

"Hey, Assalamualaikum," salam Mama Friska.

"Waa..ala..ikum..salam," jawab Friska dengan segenap kemampuannya.

"Ma, masa tadi di mimpi aku ketemu Papa. Papa pakai baju putih, aku juga. Papa peluk aku,Ma. Terus...Papa pergi, waktu aku mau ikut Papa, Papa gak ngasih,Ma. Kata Papa aku harus tetap bertahan untuk Mama sampai aku benar benar harus ikut Papa. Aku jadi kangen Papa,Ma,"jelas Friska tersedu sedu.

"Jadi kamu ninggalin Mama?" tanya Mama Friska.

"Enggak! Aku nggak mau ninggalin Mama. Nanti Mama sama siapa?" tegas Friska.

"Iya, Mama percaya sama kamu. Friska sayang kan sama Mama?" tanya Mama Friska.

"Friska sayaaannnnggggg banget banget bangett bangett deh sama mama," ucap Friska seraya tersenyum.

Mama Friska tertawa diiringi Friska yang juga tertawa.

Sementara itu, beda halnya dengan seseorang di depan ruangan rawat inap milik Friska. Laki laki menggenggam se-bucket bunga itu merasa bersalah pernah  menyakiti seorang gadis yang begitu polos itu. Orang itu Faldo. Jangan tanyakan darimana Faldo tau bahwa Friska dirawat. Tadi Jane tidak sengaja mengucapkannya tanpa sadar bahwa Friska dirawat. Namun, tetap saja rahasia akan penyakit Friska, tersimpan dengan aman.

Faldo membuka pintu,"Assalamuallaikum,".

Friska berhenti tertawa dan membeku melihat sosok yang membuka pintu.

"Waalaikumsalam, eh nak Faldo masuk yuk," ajak Mama Friska.

Faldo pun tersenyum dan masuk mendekati ranjang Friska. Faldo tersenyum dan matanya bertemu dengan mata Friska. Friska membalas senyuman Faldo dengan sanyuman tipisnya.

Faldo menyodorkan bucket bunga yang tadi dibelinya kepada Friska.

"Buat Friska?" tanya Friska.

"Enggak, buat bantalnya," geram Faldo.

All I HaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang