Kelima

59.2K 2.9K 77
                                    

Terima kasih dunia digital, dan Google

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Terima kasih dunia digital, dan Google.

Hal paling dasar kalau ingin mencari seseorang, ya tentu saja, internet. Dan karena Saka sudah amat sangat penasaran - dan tentu saja, yakin - dengan wanita yang baru saja berlalu di dalam taksi itu, Saka langsung mengeluarkan ponselnya, dan mengetikkan namanya.

Anasya Meidinda.

Dan tidak sampai sedetik bahkan, dia bisa melihat informasi yang muncul.

Sayang, dia tidak menemukan apa-apa. Entah mengapa, tidak ada nama itu sama sekali. Bahkan, akun linked-in saja tidak ada. Padahal, untuk orang-orang seusia Saka sekarang, justru lebih mungkin menemukan data di linked-in, karena itu tempat network yang bagus untuk pekerja aktif.

Mungkin dia tidak memakai nama tengahnya. Siapa dulu nama lengkapnya?

Saka harus berjalan ke pinggir untuk duduk di tempat yang disediakan di bandara. Dia masih fokus dengan ponselnya.

Ayo ingat-ingat Sakaaaaa!

"Anasya Meidinda SD - lah gue bego juga!"

Saka kembali menghapus keyword yang tadi sudah diketikkan. Jaman sekarang, siapa sih yang masih menuliskan nama SD nya ? Saka tadinya akan menuliskan Anasya Meidinda SD Permata.

Lah, SD itu saja sudah tutup ketika Saka lulus kuliah enam tahun lalu.

Saka menggoyang-goyangkan ponselnya, mencoba mengingat. Tapi dia benar-benar blank. Masalahnya, wanita tadi - kalau itu memang benar Anasya Meidinda - hanya sekitar 2 tahun satu kelas dengannya. Kalau tidak salah, kelas 3 dulu, dia pindah dari sekolah.

Entah apakah itu ada hubungannya dengan kejadian wanita itu mengompol di kelas, ketika kelas 2 SD.

Meskipun kelas 3 SD tidak lagi duduk semeja - dan hanya melihat Nasya sekitar sebulan - tapi dua tahun sebelumnya, mereka selalu semeja. Dan, ketika kelas 1, Nasya pernah dua kali membaginya bekal yang dia bawa. Sekali, nenek lupa memasukkan bekal ke tasnya. Dan yang kedua, Saka yang lupa membawanya, dan ingat kotak bekalnya masih ada di atas meja makan di rumah.

Sejak masuk SD, Saka memang diasuh nenek sepenuhnya. Sampai dia kelas 10, dan nenek meninggalkannya untuk selama-lamanya.

Bersama pesan keramat itu.

Padahal, papa dan mama saja sedemikian tidak menganggap Saka. Iya, mereka masih serumah, tapi orang tuanya praktis tidak mengurus Saka. Usaha mereka sedang berada di puncaknya kala Saka berumur dua tahun, dan sejak itu, orang tuanya menyerahkan Saka ke Nenek, ibu dari papa.

Saka menarik nafas, dan kesal karena tidak juga menemukan keyword yang tepat. Dan karena belum juga mengingat nama lengkap wanita tadi. Membuatnya memandang kosong ke ponselnya, yang menampilkan hasil dari pencarian 'Anasya Meidinda' nya, yang tidak membantu sama sekali.

Dan ponselnya kembali berbunyi. Reni.

Saka dengan tega, me-reject panggilan itu, sambil kemudian, menelpon Rara. Apakah Saka harus menunggu di bandara, atau langsung dan nanti bertemu Rara disana?

Conflate (Adult Content) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang