[ A N A S Y A ]
Anas harus tetap menjaga dirinya tetap waras! Dia tidak boleh jatuh ke jeratan Saka. This will be another mess.
Ya Tuhan, Anasya! Lo sendiri yang bilang ke Saka lo gabisa. Dan lo tau itu tindakan terbodoh yang pernah lo lakukan; nangis di depannya, nyeritain kisah cinta tragis lo, bahkan kemudian membiarkan Saka tetap mengejar lo, dan tentu saja, menyetujui untuk memberikan kesempatan kepadanya.
Baiklah, itu beberapa tindakan terbodoh yang Anas lakukan. Tapi masalahnya, itu sudah terjadi, dan sekarang yang harus dia lakukan adalah menjaga agar dia tidak terjatuh terlalu dalam lagi.
TAPI BAGAIMANA CARANYA?
Anas menarik napas, dan kemudian membuka kubikel tempat dia bersembunyi sejak tadi. Dia tidak berniat melakukan apapun, tapi berdiri di depan cermin dengan kondisi jiwa tidak stabil seperti tadi, jelas sudah tidak membantu sama sekali. Dan setelah sekitarnya kosong, Anas malah memilih masuk ke kubikel yang memang tidak berisi.
"Lo gabisa gini terus Nas!" kata Anas, berbisik ke dirinya sendiri.
Baru berjalan ke depan kaca, ponsel Anas berbunyi. Tanpa perlu melihatnya, Anas tahu, itu pasti Saka. Jadi dia mengabaikannya, tapi kemudian merapikan dirinya sekali lagi di depan kaca, sebelum kemudian melangkah keluar.
"Hi!" kata Saka dengan nada ceria, tapi Anas pura-pura sibuk dengan ponselnya dan tidak melihat wajah Saka. Di sekitar mereka masih ada beberapa orang, namun memang tidak terlalu ramai.
"Nonton lagi yuk Nas."
"Hah?"
Anas sudah akan mendiamkan Saka, atau pura-pura tidak mendengar dan berjalan dengan cepat.
"Iya, nonton lagi. Tadi aku sih gak nikmatin film-nya. Gak nonton malah. Kamu nonton?"
"Kenapa?"
"Aku kepikiran terus, temen nonton aku marah apa enggak sama aku."
Anas menaikkan alisnya. Apa dia tadi terlalu terlihat sedang marah?
"Maksudnya?"
"Iya. Aku tadi ketemu temen aku sebelum kamu keluar toilet, trus aku takutnya kamu ngeliat dia meluk aku gitu, eh trus marah."
"Ngapain marah?"
Anas terpaksa kembali menunduk. Dia juga sedang bertanya ke dirinya sendiri. Well, sejak tadi sebenarnya.
Iya Nas. Lo ngapain marah?
"Ya gatau, siapa tau cemburu gitu, hahaha aku ngarep banget ya?"
Anas jadi harus mengangkat kepalanya, dan menaikkan alisnya, lalu menggelengkan kepala.
"Dia temen aku doang sih Nas, tapi udah setahunan gak ketemu sama sekali. Padahal sama-sama di Jakarta, tapi emang ga pernah ketemu. Eh terus malah ketemu disini, jadi yaudah. Dia emang anaknya begitu, doyan meluk-meluk." Kata Saka lagi. Anas diam saja, berusaha tidak peduli, padahal dia mendengarkan baik-baik.
"Oh, oke," katanya singkat.
"Namanya Nadia, dia kesini juga sama cowoknya kok, mereka masih di Pancious. Kamu mau ketemu?"
"Ngapain sih Sak, ngejelasin segala ke aku?"
"Ya enggak, takutnya kamu gimana gitu. Soalnya aku jadi ga enak, takut kamu liat trus mikir gimana gitu kan. Makanya aku tadi nontonnya ga fokus." Kata Saka.
Anas memilih diam saja, dan tidak merespon. Dia juga bingung harus berkata apa.
"Jadi nonton lagi gak nih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Conflate (Adult Content) [END]
ChickLit[FINISHED] [Bonus chapter available on KK] Conflate (v): To blend together. --- Saka itu anak terakhir yang gak kayak anak terakhir. Papa sayang Kak Vina, dan mama sayang Mas Vano. Saka? Gak ada yang sayang. Nenek doang dulu yang sayang. Tapi sekar...