Kesembilan

46K 2.7K 129
                                    

"Kamu gak ke café, Dek?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kamu gak ke café, Dek?"

Anas yang sedang menyetir setelah sekitar lima menit di mobil, menoleh. Papa memintanya mengantar pergi bermain golf sekitar jam setengah 8, 15 menit setelah selesai sarapan. Karena sudah pensiun, papa memang hanya punya jawal rutin bermain golf setiap Sabtu. Walaupun sehari-hari dia memang sudah tidak bekerja, dia masih ke kantor setiap jam 11 sampai jam 3 sore, menjadi semacam tim ahli seorang Direktur. Meskipun sebenarnya tidak harus, tapi dia tetap pergi, karena katanya dia bosan di rumah terus.

"Gak dibolehin sama mama."

"Lah kenapa?"

"Katanya, kan kita mau ke tempat tante Prita buat rapat keluarga untuk ultah Opa. Jadi ya, ga boleh."

"Ya pergi aja. Kan ke Tante Prita sore."

"Papa gak denger Adek bilang, mama gak bolehin?"

Papa tertawa.

"Papa aja boleh golf."

"Mama gak mungkin ngelarang papa golf."

"Yaudah. Kamu tinggal papa golf, ke café, nanti siang jemput papa, kita pulang. Nanti papa bilang mama, kamu nungguin papa."

Anas menoleh ke arah papa, menaikkan alisnya.

"Papa udah ajarin Anas boong nih?" katanya sambil tertawa. Papa ikut tertawa.

"Gak boong, Dek. Itu kan papa membantu."

Mereka berdua kembali tertawa.

Lalu kemudian kembali hening.

"Kamu masih sama Randy, Dek?"

Dan Anas tidak langsung menjawab.

Randy bisa dibilang pria pertama yang dikenalkan ke keluarganya, sebagai pria yang sedang dekat dengannya. Itu pun, baru dua bulan yang lalu. Mengingat sejarahnya dengan para pria sebelumnya, dia memang menunggu hingga mereka sudah berhubungan sekitar 10 bulan baru mengenalkan Randy kepada orang tuanya. Itu pun, hanya ketika menjemput Anas ke rumah. Lalu berkenalan dengan papa dan mama.

Tapi, mengingat Anas tidak pernah mengenalkan siapapun sejak SMA, introducing Randy to the parents was something. Mama bahkan sampai langsung menelpon Mbak Adel dan Mas Adit, dan itu jadi pembicaraan keluarga besoknya, di hari Minggu, dimana mereka memang biasa berkumpul. Meskipun, saat itu, Mas Adit, tidak ada, karena ada tugas luar kota seminggu. Tapi, istrinya yang setengah Indonesia dan setengah Jepang, hadir besama Naka, anak Mas Adit yang sudah berumur 5 tahun.

Setiap ingat keponakannya – anak Mbak Adel berumur 9 dan 5 tahun, sedangkan anak Mas Adit berumur 5 tahun – Anas akan kembali ingat bahwa umurnya sudah sangat cukup untuk menikah.

Mbak Adel menikah di umur 27 tahun, dan Mas Adit saat dia berumur 29. Dan Anas akan berulang tahun ke 28 bulan depan.

Dan dia masih belum mempunyai pacar, apalagi calon suami.

Conflate (Adult Content) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang