Saka akhirnya bisa pulang ke Jakarta.Kalau bukan karena bantuan Pak Made, dan saudaranya yang bekerja di bandara, kemungkinan Saka tidak akan mendapatkan tiket. Sekitar jam 3 sore bandara dibuka dan Saka bisa ikut salah satu penerbangan. Dia sudah berangkat dari villa Lala sekitar jam 11 setelah mereka sempat melakukan kegiatan pagi sampai sekitar jam 8, dan Saka menikmati sarapan paginya – pancake dengan selai strawberry – di atas tubuh Lala langsung. Mereka lalu mandi bersama karena Lala harus berangkat jam 10, dan Saka kemudian memutuskan ke bandara saja jam 11.
Kalau tidak mendapat tiket, tadinya Saka akan naik kapal dan menyebrang ke Surabaya, lalu naik pesawat dari sana. Untunglah di bandara dia bertemu Pak Made, dan kemudian, malah ditawari untuk dibantu, karena adiknya bekerja di bandara dan posisinya juga sudah lumayan.
Network yang luas memang sangat membantu.
Dan Saka mendapat tiket, terbang sekitar jam 4 sore, dan dia sudah malas untuk kembali lagi ke villa Lala. Toh, dia juga sudah membawa semua barangnya. Juga membawa kunci villa Lala. Dia jadi harus menghubungi Lala untuk menginformasikan bahwa dia akan kembali ke Jakarta, dan bahwa kuncinya masih ada pada Saka. Lala malah mengatakan Saka boleh bawa dan pakai saja kalau dia ke Bali, atau itu bisa jadi semacam rutinitas mereka kalau Saka ada di Bali.
Saka sih, tidak menolak.
Tapi, melakukan kegiatan 'rutin' dengan Lala, apalagi mereka melakukan role play dua malam berturut-turut – dokter Lala was insanely hot, tho, dan Saka berniat bermain dokter Lala lagi lain kali – ditambah tadi pagi juga, dan penerbangan yang tidak terlalu smooth, membuat Saka benar-benar kelelahan. Dan sebenarnya, dia tidak punya energi untuk dibung percuma. Dia hanya ingin sampai rumah, masuk ke kamar, dan segera tidur.
Iya, ini masih jam setengah 7, tapi Saka sudah amat sangat kelelahan.
Sayangnya, kita tidak bisa selalu mendapatkan apa yang kita mau.
Saka sampai di rumah dan terus membawa kopernya naik, ke atas, ke kamarnya. Dia memang tidak pernah mengunci kamarnya, karena toh, siapa juga yang akan masuk selain pembantu untuk membersihkan kamar dan mengambil pakaian kotornya untuk dicuci? Ya kan?
Ya well, Saka tidak pernah mengira, abangnya yang ada di kamarnya.
Dengan perempuan lain yang bukan tunangannya.
Saka membuka pintu dengan santai – dan sedikit mengantuk – dan langsung terkejut mendengar pekikan kecil suara perempuan.
Di atas kasurnya, Mas Vano duduk di pinggir kasur, rambutnya berantakan meskipun pakaiannya masih lengkap, dengan Mbak Keke ada di sebelahnya, menunduk, dan sekarang, terlihat sedang merapikan kemejanya.
Keduanya sedang melihat ke arah Saka, yang sekarang sedang menatap mereka, dengan terkejut.
Well, sama terkejutnya dengan mereka. Bedanya, Saka punya emosi lain selain terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Conflate (Adult Content) [END]
ChickLit[FINISHED] [Bonus chapter available on KK] Conflate (v): To blend together. --- Saka itu anak terakhir yang gak kayak anak terakhir. Papa sayang Kak Vina, dan mama sayang Mas Vano. Saka? Gak ada yang sayang. Nenek doang dulu yang sayang. Tapi sekar...