Saka tahu konsekuensi dari ngajak anak orang lain nikah, adalah menemui orang tuanya. Saka jelas paham juga soal itu sejak dia bicara serius dengan Nasya di café setelah pulang dari rumah Bang Jere kapan dulu. Saka udah ngerti sejak dia juga mulai ngeliat-liat cincin di mall kalau abis pulang meeting, dan kepikiran beliin buat Nasya.
Saka tahu.
Tapi, waktu akhirnya dia harus melakukan hal itu, ya jelas nervous dan panik tetap ada.
Apalagi, dengan sejarah kehidupannya dan hubungannya dengan Nasya, yang, pastinya sih, sudah diketahui kedua orang tua Nasya.
Yang, kemungkinan besar juga, sudah ditambah bumbu-bumbu lebih gurih dari Tante Prita.
Yang, membuat nervous dan panik Saka, meningkat beberapa kali waktu Nasya bilang sore itu, ketika Saka ada di café menjelang tutup; jam setengah 11 malam, dan café udah sepi.
"Kemarin mama nanya cincin aku." Kata Nasya.
Abby tidak ke café hari ini, jadi memang Nasya yang mengunci pintu. Saka masih tinggal di kosan dekat café, tapi kalau dia ada di Jakarta, dia memang akan ke café sebelum jam tutup, untuk kemudian mengantar Nasya pulang. Kalau dia harus ke kantor setelahnya, ya dia balik ke kantor, dan pasti membawa motor. Kalau dia pulang, biasanya dia akan membawa mobil Nasya buat nganterin pulang, dan bawa balik ke kosan.
Hari ini, Saka memang akan langsung pulang, jadi mereka akan naik mobil dan nanti Saka bawa balik ke kosan.
"Oh iya?"
"Iya. Aku cuma bilang aja cincinnya dari kamu."
"Trus?"
Jantungan sih, tapi penasaran juga reaksi orangtua Nasya.
"Ya mama nanya kamu. Aku kemaren pas mau ke café sih, jadi yaudah, belum ngobrol panjang."
Mereka berjalan ke mobil, dan Saka cukup paham sih bahasan ini. Harusnya, sebagai pria gentleman, ya Saka bilang dong kalau dia mau ketemu sama orangtua Nasya dan ngomongin ini semua.
Ya kan emang mau serius kan, tujuannya?
Tapi, Saka malah diem aja, bahkan sampai mereka sudah masuk mobil, dan duduk di kursi masing-masing. Saka di kursi pengemudi, dan Nasya di sampingnya.
Kebiasaan Nasya kalau mereka pulang naik mobil, adalah langsung menghubungkan ponselnya ke mobil sehingga playlist nya juga langsung terhubung, begitu Saka menghidupkan mesin. Mereka masih sedang mengenakan seatbelt, ketika tiba-tiba lagi yang ke-play adalah I Like Me Better-nya Lauv.
Dan Saka malah jadi mendengarkan lagu itu dengan sungguh-sungguh.
He does. He like himself better when he's around her.
"Kalau aku mau ketemu papa mama kamu gimana, Babe?"
= CONFLATE =
"Itu ide gila. Bagus, tapi gila."
Saka menculik Bella di jama makan siang, besoknya banget.
Tadi malem, abis nanya gitu, Nasya cuma menoleh ke arahnya, dan menaikkan alis.
"Kamu gapapa Sak?"
"Eh, hehe, aneh sih ya, hehe."
Nasya menaikkan alis, Saka gak bersuara, dan kemudian mulai memundurkan mobil. Abis itu, sok fokus nyetir sepanjang jalan.
Coba? 'hehe' dengan cengiran aneh.
Saka!?
Waw, memalukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Conflate (Adult Content) [END]
Genç Kız Edebiyatı[FINISHED] [Bonus chapter available on KK] Conflate (v): To blend together. --- Saka itu anak terakhir yang gak kayak anak terakhir. Papa sayang Kak Vina, dan mama sayang Mas Vano. Saka? Gak ada yang sayang. Nenek doang dulu yang sayang. Tapi sekar...