Ketigapuluhempat

29.8K 2.1K 121
                                    

"Jadi, cowok sialan itu ngomong apa aja?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Jadi, cowok sialan itu ngomong apa aja?"

Anas bahkan baru duduk di salah satu kursi di area bar Sushi Tei, tapi Epin di sebelahnya tidak menunggu lama. Bahkan tidak menunggu Anas melihat menu, apalagi menunggu memesan.

"Makan dulu please, gue laper." Kata Anas. Epin berdecak kesal, lalu ikut membuka menu.

Anas memang sengaja diam saja di mobil sepanjang perjalanan tadi, dari Setiabudi One ke Grand Indonesia, karena memang dia masih belum tahu bagaimana menceritakannya ke Epin. Belum lagi, tadi Saka sempat-sempatnya muncul segala, ketika dia sedang di tengah-tengah pembicaraan dengan Randy.

Ya oke, memang bukan pembicaraan, karena pembicaraan memerlukan dua pihak yang sama-sama aktif. Sementara tadi, memang lebih banyak Randy yang bersuara, sementara Anas lebih banyak diam.

Well, selain tidak tahu harus merespon apa, juga karena terkejut dengan kata-kata yang keluar dari mulut Randy.

Sebenarnya sih, dia cuma ngejelasin alasan kenapa dia ga pernah bilang dia punya pacar selama ini. Dan bahwa dia sebenarnya gak sayang sama pacarnya itu, dan lebih sayang pada Anas. Dan bahwa pacarnya itu sudah dikenal oleh orang tuanya, dan lebih lanjut, disetujui orang tuanya. Dan bahwa keluarga Randy dan keluarga wanita itu cukup terpandang di wilayah tinggal mereka, yang memang cukup berdekatan. Dan bahwa kalau boleh, dan kalau Anas mau, Randy sebenarnya ingin bersama Anas saja.

Kawin lari sama Anas.

"BANGSAT!"

Anas kaget karena Epin bahkan gak nahan suaranya sama sekali. Beneran yang, langsung ngomong – setengah teriak – begitu, setelah Anas sampai di bagian itu.

Setelah Anas selesai menghabiskan sepiring Salmon Canapenya, sambil bercerita.

Beberapa orang yang duduk di bar table juga bahkan sedikit menoleh.

"Ga usah emosi gitu dong Pin! Suara lo biasa aja."

"Ya gimana gue bisa biasa aja kalo temen gue tetep bego."

"EPIN!" Sekarang gantian Anas yang nadanya meninggi.

"Biar gue tebak, lo sempet kemakan kan sama omongan si cowok bajingan kampret itu?" kata Epin, menggeser piringnya, dan bahkan memutar tubuhnya ke arah Anas. Siap marah-marah sambil berkomentar pastinya.

Anas tidak bisa langsung menjawab, apalagi membantah. Karena ya, well, Epin benar. Dia memang sempat percaya.

Dia bahkan tidak menjawab ketika Randy bertanya apa Anas mau mencoba. Dan, entah apa yang ada di kepala Randy dengan diamnya Anas, tapi yang jelas, Anas berharap, Randy berpikir bahwa Anas menjawab tidak.

Karena well, Anas tidak sanggup berkata tidak. Seperti, seolah-olah, menghapuskan semuanya.

Dan, entah kenapa, dia belum siap.

Conflate (Adult Content) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang