Saka masih sibuk mengetik di kursinya, sementara Renita berjalan-jalan di ruangan associate. Sekarang sudah 10 menit lewat dari tengah malam, dan 10 menit yang lalu, dia baru menjemput Reni dari bawah, untuk membawanya naik ke lantai 42 ini, kantornya.
Yang memang sudah kosong melompong, karena orang-orang sudah pulang di jam 10 tadi.
Untung dia bisa bekerjasama dengan kepala satpam di gedung, sehingga semua satpam lainnya, juga sudah mengenal Saka, dan tidak akan bertanya kalau Saka menjemput ke bawah. Dan tentu saja, tidak masalah kalau Saka baru pulang di jam 2 atau 3 pagi, dengan wanita yang bisa berbeda tiap harinya.
Walaupun kegiatannya juga tidak tiap hari. Paling dua atau tiga kali seminggu. Memang pernah dia empat kali seminggu berturut-turut, kecuali hari Jumat karena libur. Tapi rasanya, itu baru beberapa kali saja.
Renita, satu dari beberapa wanita yang suka mendatanginya di kantor, sebenarnya sudah dua bulan lebih tidak mendatanginya. Sampai kemudian, minggu lalu, dia menghubungi Saka lagi. Dan, sekarang, baru seminggu, sudah datang lagi.
Dia baru menikah, dengan seorang pengusaha sukses yang juga anggota dewan perwakilan sebuah kota di provinsi Jawa Barat. Tapi, belum 3 bulan menikah, dia sudah tidak kuat, dan kembali menghubungi Saka. Katanya, suaminya yang kaya raya itu, tidak mampu memuaskannya. Dan, sering ke luar kota, jadi dia merasa kesepian.
Saka dan Reni sama-sama tau, pria itu menikahinya karena tubuhnya, dan untuk sekedar memuaskannya. Tapi, pria itu pun suka jajan di luar. Dan Reni tidak masalah juga. Karena toh dia punya Saka.
"Kamu kenapa belum punya ruangan sendiri sih Sak?"
Semua wanitanya memanggil dia Saka. Namanya Ananda Raeshaka. Meskipun di kantor ini dia dipanggil Nanda, tapi memang, di luar, dia selalu mengenalkan diri sebagai Saka. Dan, dikenal dengan Super Saka.
Siapa yang tidak kenal Saka? Dengan lidahnya yang luar biasa hebat, dan tentu saja, kejantanan yang dijamin memuaskan itu.
Saka super bangga dengan 'aset'-nya. Dan, sepertinya, beberapa wanitanya juga.
Saka langsung berhenti mengetik ketika mendengar kata-kata Reni, dan bahkan memutar kursinya.
"Karena kebetulan aku masih pekerja kantoran yang bergaji kecil?"
Renita langsung sadar dia salah ngomong, dan berjalan mendekat ke arah Saka.
"Maksud aku bukan gitu, Sak. I mean, kamu harusnya kan udah pantas buat punya ruangan sendiri,"
"Oh ya? Bukan karena aku gak setajir suami kamu itu?"
"Saaak, bukan gitu. Lagian, kalau kamu punya ruangan sendiri, kita bisa lebih enak kan? Gak mesti di sharing room kayak gini,"
"Kamu pulang aja deh Ren,"
"Sak, aku salah ngomong lagi ya?"
Saka masih duduk di kursinya, sementara Reni sudah di depannya, memandang dengan tidak enak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Conflate (Adult Content) [END]
Literatura Feminina[FINISHED] [Bonus chapter available on KK] Conflate (v): To blend together. --- Saka itu anak terakhir yang gak kayak anak terakhir. Papa sayang Kak Vina, dan mama sayang Mas Vano. Saka? Gak ada yang sayang. Nenek doang dulu yang sayang. Tapi sekar...