Saka tidak tahu berapa lama dia memeluk Nasya, tapi yang jelas, lebih dari semenit. Itu sudah pasti. Dua menit juga rasanya lebih. Tiga menit? Mungkin.Yang jelas, dia memeluk Nasya sampai dia benar-benar merasa tenang. Sampai dia tidak lagi memikirkan Mas Vano sama sekali. Atau Mbak Keke. Atau keluarganya yang lain. Atau rumahnya. Atau nenek.
Sampai dia hanya memikirkan Nasya, yang ada dalam pelukannya. Membolehkan Saka menciumnya, membiarkan Saka memeluknya, mengijinkan Saka menenangkan diri dengan ditemani olehnya.
Sampai Saka hanya memikirkan Nasya. Nasya dan dirinya.
Saka akhirnya mengurai pelukannya, dan Nasya, kembali memasang senyumnya. Entah mungkin senyumnya bahkan tidak pernah terlepas sama sekali.
"Kamu kenapa?" tanya Nasya lagi. Mengulang pertanyaan yang mungkin sudah sejak tadi muncul di kepalanya. Mungkin sejak Saka meminta untuk menciumnya. Atau mungkin sejak Saka memasuki café.
Saka tidak menjawab.
"Kamu mau cerita kamu kenapa?" tanya Nasya, masih selembut tadi. Sesabar tadi.
Saka hanya menggeleng.
"Oke gapapa. Tapi kalau kamu mau cerita, I'm all ears, ya?" kali ini wanita itu menepuk lengan Saka lembut. Saka hanya mengangguk.
"Kamu mau langsung pulang apa mau duduk dulu?"
Saka mendengus. Pulang? Pulang kemana?
"Duduk dulu boleh?" tanya Saka kemudian.
"Boleh lah! Aku bikinin earl grey anget ya?"
Sekali lagi Saka tersenyum, sambil mengangguk. Nasya kemudian berjalan ke arah pintu, karena Saka memang sudah tidak lagi mengurungnya dengan tangannya. Saka memperhatikan wanita itu, sambil ikut berjalan pelan di belakangnya.
Sudah sangat lama dia tidak diperlakukan seperti ini. Diperhatikan yang benar-benar diperhatikan. Bukan cuma perhatian palsu, atau senyum terpaksa orang yang menemui, atau hal-hal lain yang tidak tulus.
Iya, Nasya terlihat tulus. Tidak palsu, tidak juga terpaksa.
"Ayo Sak!"
Saka sedikit tersentak. Nasya ternyata sudah berada di luar ruangan ini, sementara pintu sudah akan ditutup, sedang Saka masih ada di dalam.
Saka langsung berjalan keluar, dan berdiri di belakang Nasya, yang sekarang sedang mengunci pintu kembali.
Dan Saka kembali memeluk Nasya, dari belakang kali ini. Entah mengapa dia rasanya tidak ingin jauh-jauh dari Nasya. Dari tubuhnya.
Dan ini tidak ada hubungannya dengan hasrat seksualnya sama sekali. Murni karena hanya ingin memeluk wanita itu, untuk menenangkan dirinya.
"Sak, nanti diliat orang!" Nasya memukul pelan tangan Saka yang melingkar di pinggangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Conflate (Adult Content) [END]
ChickLit[FINISHED] [Bonus chapter available on KK] Conflate (v): To blend together. --- Saka itu anak terakhir yang gak kayak anak terakhir. Papa sayang Kak Vina, dan mama sayang Mas Vano. Saka? Gak ada yang sayang. Nenek doang dulu yang sayang. Tapi sekar...