Abby sudah keburu pergi, jadi Anas tidak mungkin menceritakan pengalaman bodohnya kemarin ke Abby.Dan hari ini, ketika sampai di café, dia bingung mau bercerita ke siapa.
Anas kenal Abby sejak kuliah, dan sebenarnya, cerita ke Abby berarti harus menceritakan ulang jaman SD nya yang bodoh itu. Tapi, memang Anas harus menceritakan ini ke seseorang.
Tapi menceritakan ke temannya, berarti, sekali lagi, harus menceritakan masa kecilnya juga.
Anas menarik napas, duduk di sebuah meja di ujung, sambil melihat sekitar. Ini jam setengah 11 siang, dan café sudah mulai kedatangan pelanggan.
Sejak tahu bahwa mas-mas creepy kemaren adalah cowok menyebalkan dulu itu, Anas mau tidak mau, jadi mengingat jaman sekolahnya.
Anas menggeleng, tidak berminat mengingat-ingat jaman tidak mengenakkan itu. Dan ponselnya berbunyi.
Epin.
"Halo."
"Naaas, di café gak?"
"Kenapa Pin?"
"Temenin gue fitting baju mau gak?"
Pernikahan Epin memang kurang dari dua bulan lagi.
Epin memang sendirian di Indonesia. Mama papanya masih tinggal di Filipina hingga kini. Papa Epin memang bekerja di kedutaan, dan sejak Epin kuliah dulu, dia hanya di Jakarta dengan Andra, calon suaminya. Bukan tinggal bersama, tapi, Epin tinggal di rumahnya sendirian, sementara Andra tinggal di rumah dengan keluarganya, yang hanya sekitar 2 blok dari rumah Epin. Epin memang baru kembali ke Indonesia dari Filipina sejak masuk kuliah, dan kemudian, kembali tinggal di Jakarta di rumah lama mereka, setelah lulus kuliah, dan bekerja di Jakarta.
"Jam berapa?" tanya Anas.
"Gue janji abis makan siang sih sama orang bridal-nya," kata Epin.
"Trus lo dimana sekarang?"
"Masih di apartemen Andra,"
"Bukannya Andra tanding ke Singapura?"
Andra, calon suami Epin, adalah seorang atlit basket nasional, dan tergabung dalam sebuah tim yang sering bermain di pertandingan basket nasional, dan kemarin terpilih sebagai pemain untuk pertandingan persahabatan Asia selama sekitar seminggu di Singapura. Anas sempat berpikir Epin ikut ke Singapura.
"Iya emang, perginya kemaren. Dia ngajak gue ikut, tapi kan gue kerja. Trus yaudah gue tinggal di apartemen dia aja, daripada ribet bolak-balik ke rumah," kata Epin. Andra memang memiliki sebuah apartemen di tengah kota.
"Yaudah, kirimin alamatnya deh, gue jalan kesana."
"Jemput gue dulu dooong, ke apartemen Andra."
"Banyak maunya ya ini anak!"
"Nanti gue temenin ke café deh buat closing malem, ya?"
"Yaudah iye!" kata Anas akhirnya, dan kemudian, memutuskan sambungan telpon setelah Epin bersorak girang di ujung sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Conflate (Adult Content) [END]
ChickLit[FINISHED] [Bonus chapter available on KK] Conflate (v): To blend together. --- Saka itu anak terakhir yang gak kayak anak terakhir. Papa sayang Kak Vina, dan mama sayang Mas Vano. Saka? Gak ada yang sayang. Nenek doang dulu yang sayang. Tapi sekar...