"YAH, ayah gak bisa seenak jidat gini dong!" geraman lantang dari lantai dua tanpa di indahkan ayah yang sedang larut bersama koran paginya di meja makan.
Semenjak memasuki rumah barunya, ia selalu ngedumel pada ayah dengan berbagai alasan. Kelas 12 yang tanggung pindahlah, tanggung ujianlah, nyaman di Jakartalah, basketnyalah, teman-temannyalah, dan sebagainya.
Anak itu tidak bisa meninggalkan Jakarta begitu saja, ia seakan sudah ketergantungan dengan dunianya yang begitu hingar-bingar.
Mengetahui tidak ada gubrisan dari kekesalannya, ia turun dari kamar dengan ogah-ogahan sambil merapikan satu set seragam sekolah dan embel-embel lainnya.
"Kayak gak kenal ayah," tutur sang ibu yang sedang membantu si mbok di meja, ia melirik suaminya sambil mengolesi roti dengan selai cokelat.
Ayah mereka merupakan seorang dokter specialis yang sangat propesional.
"Oya Bu, adik gak satu sekolah kan sama kakak?" Dela berdiri memutari meja makan menyalami ibu dan ayah, gadis itu berlaga seolah tidak ada sang kakak yang duduk di meja yang sama.
"Dik jangan gitu!" Ibu menyadari sikap Dela yang lempeng terhadap kakaknya.
"Jangan di tekuk terus tu muka, kek baru putus gara-gara gak bisa ldr" sindir adik seraya menyalami kakaknya.
"Ck"
Selesai sarapan dengan roti berselaikan cokelat, Gara merogoh saku mengambil kunci motor kesayangannya untuk melaju ke sekolah baru.
Kepindahan tugas ayah yang mendadak berakibat kekesalan dalam diri Gara, ia tidak menginginkan keluargnya menetap di Bandung. Bandung yang kata Dylan ada Milea-nya, Milea si pemakan lumba lumba.
****
Dengan percaya diri Gara melangkah lebar menuju ruang tata usaha yang tidak jauh dari parkiran, tentu saja ada tulisannya. Dia berbincang dengan guru penjaga disana yang menjelaskan bla bla bla tentang sekolah swasta ini, sedikit penting? Mungkin.
Setelah keluar dari ruang tata usaha, Gara mencoba menghubungi seseorang.
''Hallo Di, gue masuk 12 ips 2 nih.. gatau juga gue musti kemana''
'Lo dimana?'
"Di ruang TU" tanpa membuang nafas, Gara langsung mematikan sambungan telpon.
Sebelum Aldi datang, Gara memutuskan duduk-duduk ganteng di depan ruang tata usaha, ia mengamati seberapa keren sekolah ini.
Sekolah yang ada di depan mata Gara saat ini cukup luas, terdiri dari 3 lantai dan satu lapangan terbuka yang tepat berada di tengah bangunan. Dan menurut ayah, ini salah satu sekolah terbaik yang ada di Bandung.
Bandung sebenernya tidak terlalu asing bagi Gara, ia lahir dan beberapa tahun tinggal di kota yang sekarang sudah seperti icon Indonesia ini. Tapi ingatan Gara terlalu dangkal dan tidak begitu sempurna untuk mengingat masa-masanya dulu.
Ketika Gara masih duduk di bangku SD, ia mempunyai seorang teman yang sangat dekat dengannya. Namanya Aldi. Walaupun Gara sama Aldi berteman tidak lama, tapi pertemanan mereka sangat melekat dalam ingatan Gara. Dan kebetulan sekarang Aldi sekolah di sekolah yang sama.
"Makin seger aja man," sambut Aldi menjabat tangan Gara dengan gaya panco.
"Lo kata malika?" Gara berdengus tipis.
"Kecap bodoh!" keluarlah tawa receh Aldi. Mereka berjalan menuju kelas.
Sepanjang koridor berbagai tatapan menelanjangi murid baru yang berjalan bersama Aldi, seakan Gara adalah limbad yang baru bersuara. Seperti itulah sekolah baru, suasananya masih asing dan terkesan aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAHERO [Complete]
Teen Fiction#1 in Good [28 Agustus 2019] #1 in Kasmaran [20 Februari 2019] #1 in Gara [20 Februari 2019] #1 in Jatuh Cinta [12 Oktober 2019] Ini adalah sebuah cerita yang di awali dengan perselingkuhan. Yang ada di hati Ara sekarang bukan Galih lagi, mungkin...