Ara mencium bau yang sangat ia sukai, aromanya menyeruak semakin dekat dan dekat.
Gadis itu merasa ada yang menukar oksigen ke hidungnya, ada yang menghembuskan nafas untuknya. Ini seperti Gara.
Lelaki itu menempelkan bibirnya di bibir Ara, ia mengecap manis dengan posisi miring. Lidahnya mulai mencoba menerobos mulut Ara dengan pelan hingga membuat wanita itu menggeliat karena sentuhan Gara.
Ara tahu ini mimpi, ia hanya ingin menikmati impiannya sebelum bangun dan menghadapi kenyataan pahit tentang Gara. Ara membiarkan Gara menciumnya, wanita itu merasakan kemanjaan melalui sebuah kelembutan yang terjadi.
Ara menyalurkan rasa.
Setelah beberapa saat, Gara mengangkat wajahnya dan mengecup kening Ara, that's heaven.
"Maaf"
Ara membuka paksa matanya ketika mendengar sebuah kata. Tapi mengapa ia masih merasa kegelap, masih merasa sulit untuk bangun.
Ketika Ara menyentuh matanya, tenyata ada selembar kain. Ia duduk dan mencoba membuka pengikat yang entah kapan melekat di penglihatannya.
"Biar aku yang buka"
"Aa---" Ara segera membekap mulutnya sendiri ketika kain itu terlepas, ia melihat Gara duduk di kasurnya. "Kamu ngapain disini?!"
"Aku mau minta maaf sama kamu.."
"Ya tapi gak sekarang juga!" Ara melihat jam bekernya di atas nakas dengan penerangan seadanya, "Astaga jam 4pagi, kamu lewat mana?"
Gara menengokkan kepalanya ke arah balkon yang terbuka, "Naik tangga"
"Gila ya kamu!" Suara Ara terdengar pelan.
Nekat banget anjir.
Walaupun dirinya tidak percaya lelaki itu bisa senekat ini, tapi Ara mengakui bahwa ia bahagia dengan kedatangan Gara yang tiba-tiba.
Sebenarnya Ara merasa was-was dengan kemunculan Ara, ia takut jika penghuni rumah mencurigai ada orang asing. Oleh karena itu Ara membiarkan lampu kamarnya mati.
"Kamu dapet gantungan kunci itu dari mana?" Gara mengambil gantungan kunci yang ia lihat di meja belajar, lelaki itu sempat melirik beberapa benda pemberiannya yang berada tepat di tempat yang sama.
Ara berdiri mendekati Gara "Dari temen, aku ceritain juga kamu gak akan tahu"
Dengan cepat Gara menggapai badan Ara, ia menyatukan wanita itu kedalam sebuah pelukan.
Sementara Ara hanya bertanya-tanya, ia mengganggap lelaki ini selalu tidak jelas dengan sikapnya. Ara hanya diam mematung tanpa membalas pelukan Gara.
"Kamu cewek pendek yang suka jalan pake payung pokemon kuning, rambutnya kriting, pipinya cabi, kulitnya item"
"Demi apa?" Ara sangat terkejut mendengar penuturan Gara, "Kamu cowok gendut yang suka main pestol air, yang gak pernah ngasih tahu namanya sendiri, yang ngasih aku ballon bentuk hati, yang ngasih aku gantungan kunci ini".
Ara di buat shock karena lelaki misterius di masa kecilnya ternyata orang yang sama dengan orang yang ia cintai saat ini.
Gara tidak menyangka gadis kecil itu tumbuh menjadi seseorang yang cantik seperti Ara. Tidak pernah juga di pikirannnya jika orang yang selama ini ia cari ternyata ada di depan mata.
Bayangan sialan itu ternyata tidak pernah salah, karena memang wanita itu adalah Ara.
"Gara, aku gak bisa nafas".
Gara melepaskan pelukannya, ia menuntun Ara menuju balkon kamar. Mereka duduk berdua melihat langit Bandung yang polos, "Bodoh banget aku gak ngenalin kamu" Gara mengelus pelipis Ara yang tersender di pundaknya.
"Gak ada bulan sabitnya" Ara masih memandang langit.
"Kamu tahu, alasan aku dulu ninggalin kamu apa?" Gara tidak menghiraukan perkataan Ara, ia seperti berusaha menjelaskan sesuatu "Aku gak mau kamu jadi pelarian dari gadis kecilku yang dulu"
Ara tersenyum pelan, "Aku juga bodoh gak ngenalin kamu sama sekali, abisnya sekarang kamu beda banget" gadis itu semakin membenamkan kepalanya di dada Gara.
"Kegantengan ya?"
"Hmm"
"Tadinya aku kesini mau minta maaf soal Teressa, aku gak tahan liat kamu pelukan sama si Galih"
Ara membiarkan Gara melanjutkan kata-katanya, "Teressa itu pacarnya sahabat aku di Jakarta."
"Ya terus kenapa kamu deket-deket sama dia? Kenapa gak pacarnya? Pake gandengan lagi"
Gara mencubit bibir Ara yang terlihat kesal, "Pacarnya nitipin dia ke aku sayang.. Lagian dia emang manja"
"Aku gak peduli" Ara mengangkat bahunya di posisi yang sama.
Gara menggeser anak rambut Ara, lalu ia mengecup pipi kanannya. "Gak usah lebay deh"
****
Ara melihat jam yang melingkar di tangannya menunjukan pukul 10.12 a.m.
Ara berjalan melewati koridor dengan terus tersenyum. Senyum yang menjawab semua pertanyaan dalam dirinya, senyum yang memberikan ruang kebagiaan di setiap harinya.Malam tadi adalah malam terpanjang yang pernah Ara rasakan setelah malamnya di danau bersama bulan sabit.
Bagaimana sih cara menjelaskan kebahagiaan. Ara bingung memahaminya, yang jelas ia bahagia dengan Gara.
Ku tanamkan hatiku tumbuh bersamamu,
Takkan ku petik hingga akhir masa hidupku,
Dengarlah kau dengar,
Selama bumi berputar,
Ku tetap milikmu.Petikan gitar dan suara yang tak asing itu membuat Ara semakin mempercepat langkah kakinya.
Dewi..
Bukalah kedua matamu,
Pandanglah ruang di hatiku.Dewi..
Berikan nafasmu untukku,
Agarku hidup bersamamu,
Bersamamu..Ara yakin speakers yang menggema ke seluruh penjuru sekolah ini bersumber dari aula.
See, Ara melihat sosok lelaki yang sangat ia sayangi dari kejauhan. Lelaki itu bernyanyi di atas panggung dengan tenang, ia melemparkan senyuman termanisnya ketika menangkap keberadaan Ara.
Dewi-Alexa. Ara tahu lagu ini adalah lagu yang belakangan ini selalu Gara putar, ia juga pernah mendapat kiriman coveran acousticnya dari lelaki itu.
Dengarlah kau dengar,
Selama bumi berputar,
Ku tetap milikmu.Perlahan beberapa murid wanita mulai mendekati panggung pensi, mereka tidak sungkan bernyanyi dan mengayunkan tangannya mengikuti alunan gitar yang Gara mainkan.
"So manis banget tu anak" Aldi menghancurkan moment.
"Emang manis" timpal Ara.
"Gimana udah kelar semuanya?" Aldi bertanya seolah ia mengetahui berbagai masalah tentang Ara dan Gara.
Ara hanya tersenyum, ia berteriak dan melambaikan tangan ketika melihat Kiren dan Galih keluar dari kelas, "Woy sini!"
-------------------------------------------------------------
Terimakasih untuk malam ini,
Karena berkat malam ini aku bisa mengenalimu,
Mengenalimu dengan caraku.Nafichy M~
KAMU SEDANG MEMBACA
KAHERO [Complete]
Teen Fiction#1 in Good [28 Agustus 2019] #1 in Kasmaran [20 Februari 2019] #1 in Gara [20 Februari 2019] #1 in Jatuh Cinta [12 Oktober 2019] Ini adalah sebuah cerita yang di awali dengan perselingkuhan. Yang ada di hati Ara sekarang bukan Galih lagi, mungkin...