Ara mengerjapkan mata beberapa kali menyesuaikan dengan sinar matahari. Bayangannya teringat kejadian semalam, Kiren mengirimi beberapa pesan karena ia dan Gara pulang begitu saja.
Maklampir bakal ngamuk.
Ara beranjak dari kasur dan melenggang ke kamar mandi.
(20menit kemudian)
Tok tok tok...
"Mo, di depan ada temen kamu, cepet turun"
"Iya bun bentar, lagi sisiran" Ara sudah mengira maksud bunda pasti Gara.
Derap langkah bunda terdengar samar, mungkin bunda turun lagi ke bawah. Bunda biasanya hanya membangunkan Ara pagi-pagi dengan mengetuk pintu, jika anaknya masih dirasa bergelut dengat selimut baru bunda masuk kamar.
Pagi ini Ara diajak berangkat bersama ke sekolah, ini baru pertama kali karena biasanya Gara hanya meminta Ara untuk pulang bareng. Sejauh ini gadis itu juga belum pernah mengenalkan Gara pada bunda atau ayahnya karena belum sempat.
Pukul 6.15 Ara terbiasa selesai dengan ritual dan segera sarapan bersama di meja makan. Ia keluar kamar dan mulai menuruni anak tangga yang tersambung ke lantai satu.
Tiba-tiba mata Ara melihat Gara sudah duduk di meja makan berdua bersama bunda, mereka seperti sedang membicarakan topik yang seru.
Gila, udah mulai berani ya dia.
Pagi ini Ara sarapan tanpa ayah, suasana ini sudah biasa Ara rasakan ketika ayahnya harus mengurus beberapa bangunan di luar sana.
Ayah Ara seorang arsitek, ia selalu banyak menerima permintaan dari clientnya. Walaupun terkadang sibuk dan meninggalkan keluarga, tapi Ara tetap percaya bahwa ayahnya selalu menjadi ayah yang terbaik.
"Selamat pagi tuan puteri" Gara berbisik ketelinga Ara ketika gadis itu duduk di sampingnya.
Ara tersenyum.
"Bunda udah kenalan sama Gara" perkataan bunda membuat Ara menatap mereka bergantian.
"Tante, Moa sukanya pake susu vanilla doang ya rotinya.. beda dong sama aku"
"Kamu sukanya apa? Kalo di rumah tante biasanya cuma ada susu vanila sama selai coklat," bunda menaruh roti ke piring Ara dan Gara.
"Aku suka coklat kok tante, makasih" Gara berbincang lagi dengan sopan, ia mengangkat roti yang di berikan bunda.
"Syukur deh kalo kamu suka, kamu ambil sendiri ya... tante seneng pagi ini kamu ikut sarapan sama tante" bunda duduk dan memulai sarapannya.
Di meja makan Ara kurang bersuara, ia terlalu senang melihat keakraban Gara dan bundanya.
"Udah ah bun takut telat, mana minum Moa?" Ara berdiri merapikan penampilannya.
Bunda memberikan botol minum kepada anaknya "Nih.. hati-hati ya Gara, jangan ngebut bawa motornya, nanti anak tante lecet".
"Gara bakal pulangin anak tante tanpa lecet" Gara menyalami bunda dan membiarkan Ara mengekor di belakang.
Ara segera mengikuti Gara untuk menaiki motor yang ada di depan rumah, lelaki itu memencet klakson motornya dua kali sebelum melesat meninggalkan pekarangan rumah.
"Ga, lo ngomong apa aja ke bunda?" Suara Ara sedikit terbawa angin.
Gara sedikit menoleh ke belakang, "Gue cuma ngenalin diri, emang lo pengennya gue bilang apa?"
"Agak cepetan Ga, takut telat" Gadis itu malah mengalihkan topik dan menepuk pundak Gara.
Gara membawa tangan Ara satu-persatu untuk melingkari perutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAHERO [Complete]
Teen Fiction#1 in Good [28 Agustus 2019] #1 in Kasmaran [20 Februari 2019] #1 in Gara [20 Februari 2019] #1 in Jatuh Cinta [12 Oktober 2019] Ini adalah sebuah cerita yang di awali dengan perselingkuhan. Yang ada di hati Ara sekarang bukan Galih lagi, mungkin...