Ara menyalakan speakers yang tersambung dengan ponselnya. Never Be the Same-Camila Cabello. Dia membiarkan lagu itu menggema di dalam kamar dengan volume sedang.
Ara menghempaskan badannya ke kasur dengan seragam sekolah yang masih lengkap, kemudian meregangkan otot-ototnya agar tidak kaku. Rasanya penat sekali akibat aktifitas di sekolah yang jam pelajarannya bertambah karena persiapan UN, belum lagi rasa capek atas alasan yang lainnya.
Ara tersenyum getir mengingat tadi ia sempat melihat mobil Gara yang melesat tepat melewati dirinya, gadis itu paham betul dengan suara klakson yang tentu saja tidak asing. Ara senang karena dengan itu dia merasa Gara masih memperhatikannya walaupun dengan keadaan yang jauh dari kata baik.
Ara berdiri mendekati meja belajar meneliti beberapa benda pemberian dari Gara, dari mulai bungkus coklat, bola basket, bunga adelweiss yang semakin layu, sampai matanya bertemu dengan secuil kertas yang dililitkan dengan lollipop.
Ara mengambil kertas itu, dia menghirup udara dalam-dalam dan membuangnya perlahan.Hanya dengan sebuah kertas kecil ini semuanya berubah, kertas yang mengawali empat mata dalam satu pandangan, empat tangan dalam satu genggaman, empat kaki dalam satu tujuan, dua hati dalam satu perasaan, dua pikiran dalam satu ungkapan. Ungkapan yang kemudian berujung seperti ini.
Tidak butuh waktu lama, Ara bisa tiba-tiba akrab dengan Gara sampai mereka mengambil keputusan untuk bersama. Tapi dengan waktu yang begitu cepat juga, dia tidak pernah terpikirkan bahwa Gara akan jauh dengan dirinya sampai sejauh ini. Jauh seperti tidak pernah terlibat dalam hal apapun, tidak berdialog lagi, tidak tersenyum lagi, bahkan berpapasanpun layaknya kembali menjadi seperti orang asing.
Dan Ara merasa telah di rugikan akibat ketidak jelasan yang di buat oleh Gara.Dalam hatinya Ara merasa sedikit gundah, pasalnya ketika pulang sekolah tadi Juna mendadak berdiri di depan gerbang dan mengajaknya untuk sekedar ngobrol yang tidak penting. Tapi anehnya tidak ada topik Gara di dalam obrolan itu, biasanya Juna selalu mengungkapkan kekesalannya pada Gara lewat Ara, tapi saat itu Ara merasa tenang karena percakapannya tidak berhubungan dengan Gara.
Kalian juga pasti bingung ya readers, kenapa Ara mau-an di ajak ngerumpi sama Juna?
Yang membuat Ara menerima ajakan Juna adalah.. gadis itu lebih ke iba atas tamparannya di pertandingan basket beberapa waktu yang lalu. Dan masalahnya sekarang Gara melihat itu semua.
Belum juga Ara paham dengan sikap Gara kemarin-kemarin yang membuatnya bungkam sampai saat ini, ditambah dengan tragedi di depan halte sekolah tadi.
Ucing ala ebi Ara menggelengkan kepala.
Ara menyimpan kembali kertas itu, dia berniat menggati seragamnya dengan kaos kebesaran yang biasa di pakai ala rumahan.
Saat ia ingin mengambil kaos, dengan tidak sengaja matanya menangkap dress hitam yang menggantung bebas diantara dress-dress lainnya.
Kayaknya gue tahu apa yang mesti gue lakuin
Niat untuk mengambil kaospun ia kubur dalam-dalam. Tangannya beralih menyambar sweater dan jeans biru pucat, Ara memakainya lengkap dengan sepatu sneakers putih.
"Bun.. Moa keluar bentar ya.." setelah menyambar slingbag sambil menyisir rambut dengan jarinya, dia berlari kecil turun ke bawah.
"Baru juga pulang udah keluar lagi.." Bunda yang sedang menonton sinetron sedikit tidak menerima teriakan Ara.
Ara tidak menggubris keraguan bunda, dia mencium tangan bunda dengan cepat dan membuka pintu depan.
"Gara?!"
"Kenapa lo disini?" Ara kaget ketika membuka pintu hendak mendapati kekasihnya.
Gara menaikan satu alisnya, "Pacarnya dateng bukannya di sambut.."
KAMU SEDANG MEMBACA
KAHERO [Complete]
Fiksi Remaja#1 in Good [28 Agustus 2019] #1 in Kasmaran [20 Februari 2019] #1 in Gara [20 Februari 2019] #1 in Jatuh Cinta [12 Oktober 2019] Ini adalah sebuah cerita yang di awali dengan perselingkuhan. Yang ada di hati Ara sekarang bukan Galih lagi, mungkin...