Gara membuka pintu, seketika ia mendapat pemandangan yang dulu selalu di rutukinya saat pagi hari. Gara menggeleng sambil memasuki bascamnya dengan keadaan be-ran-ta-kan.
Gara melihat seluruh teman-temannya sedang tertidur tidak beraturan, ada yang di ubin, di sofa, depan tv, meluk bantal, meler, mangap, dan sebagainya. Lelaki itu tidak menghiraukan, ia terus berjalan melangkahi beberapa orang yang tertidur.
Sampai di dapur, Gara mengambil gelas dan membuka lemari es. Ia menuangkan air dingin sebelum meminumnya.
"Ga."
Panggilan seseorang membuat Gara menghentikan legukannya, ia berjalan ke ruang depan masih dengan gelas yang di tentengnya.
Zian mengekori Gara berjalan.
Zian adalah salah satu sahabat baik Gara, ia juga sudah dianggap sebagai tangan kanan Gara di gengnya oleh semua anggota.Bukan hanya itu, Zian juga yang selalu paling tahu Gara. Lelaki berkulit coklat gelap itu mampu menerobos dinding kekakuan Gara sedikit demi sedikit.
Saat Gara pindah ke Bandung, Zian sempat kecewa dengan kenyataan yang mengharuskan Gara untuk meninggalkan kebersamaan yang selama ini mereka ciptakan. Belum lagi keputusan Gara yang tiba-tiba memberhentikan seluruh kegiatan geng motornya.
Zian tahu alasan manusia es itu, tapi tidak seharusnya Gara membuat keputusan yang seperti menyepelekan seluruh anggota yang telah setia mengabdi padanya. Apalagi akses Bandung-Jakarta setidaknya akan memakan jarak dan komunikasi bagi dirinya dan Gara.
Tapi untunglah, Gara masih memberikan izin anggotanya menggunakan fasilitas bascam untuk jadi tempat peristirahatan/persinggahan mereka.
Zian ngambil nilai dari kejadian Ara semalam. Bukan hanya panik dan gusar ketika Gara datang kembali kesini, tapi ada kelegaan hatinya untuk menjawab seluruh pertanyaan anggota tentang kepedulian ketuanya yang selalu mereka rindukan.
Gara dan Zian duduk di sofa.
"An, lo tahu siapa yang gue tusuk semalem?" Tanya Gara pada Zian.
Dari sekian masalah yang memenuhi otak Gara, ada satu yang membuatnya penasaran. Siapa sebenarnya orang itu, dan apa mungkin dia kerjasama sama Borne untuk menyingkirkan Gara lewat Ara.
Kalau bukan, motif apa yang membuatnya menculik sampai membuat Ara berbaring tak berdaya di rumah sakit jika bukan karena dendam pada Gara. Tapi Gara rasa Borne masih di balik peperarangannya semalam.
"Gue malah mau nanya ke elu Ga.. "
Gara dan Zian memperhatikan teman-temannya yang sudah seperti korban tsunami.
"Tapi pasukan mereka masih sama kayak dulu, berarti itu orang suruhan Borne juga" jelas Zian.
Benar kata Zian, pasti Borne. Secara hanya orang itu yang ingin sekali menjungkalkan posisi Gara yang di anggap memegang kendali jalanan, padahal Gara sendiri tidak merasa dirinya menguasai jalanan.
"Gimana cewek lu sekarang?"
Gara menyeringai pedih, ia tidak bisa menggambarkan sekacau apa dirinya sekarang. Belum sempat meratapi kesedihan Nadia, tiba-tiba sekarang Ara harus tidak sadarkan diri. Ini terlalu menyakitkan baginya.
Apa yang harus jadi penyemangat Gara saat ini? Di setiap bangunnya, Gara hanya ingin melihat orang-orang terkasihnya masih setia dengannya. Dan di sebelum tidurnya, ia selalu ingin memastikan terlebih dulu jika orang-orang itu bahagia.
Tapi bagaimana sekarang?
Nadia pergi selamanya seakan ia tidak sanggup hidup, Ara juga yang tidak sadarkan diri seakan menghukum Gara atas kesalahan-kesalahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAHERO [Complete]
Teen Fiction#1 in Good [28 Agustus 2019] #1 in Kasmaran [20 Februari 2019] #1 in Gara [20 Februari 2019] #1 in Jatuh Cinta [12 Oktober 2019] Ini adalah sebuah cerita yang di awali dengan perselingkuhan. Yang ada di hati Ara sekarang bukan Galih lagi, mungkin...