"Gais, gue rasa kita gak usah pisah-pisahan nyari kampus deh"
Setelah menyaksikan pertunjukan acoustic dari Gara, mereka berlima ngerumpi di kelasnya Ara. Mereka duduk lesehan di lantai di temani beberapa makanan kering.
"Mau kita pisah atau barenganpun asal komunikasi oke, why not?" Kiren menjawab Aldi, "Lagian kuliahkan kita sendiri yang nentuin, bukan lo".
"No! Masa kita harus ldr sih yang?"
"Ya emangnya kenapa? Kalo mau lo aja yang ikut gue, gue mah sih ogah" Kiren menggidigkan pundaknya.
Gara jengah memerhatikan para temannya yang berdebat tentang kuliah."Apaan sih anjir, rusuh banget kuliah doang" lelaki itu tetap memainkan gitar ditangannya dengan asal-asalan.
"Iya sih, nyantai aja lagi jangan di bikin ngegas" Galih angkat suara, lelaki itu mengambil dan memakan wafer coklat yang ada di depannya.
"Kalo jauh susah ketemunya geblek!" Aldi melempakan kacang pada wajah Galih.
"Janjian juga bisa kan?" Kata Ara.
"Gak mau gue, gak mau ngerasain ldr" Aldi tetap pada pendiriannya.
Drtt.. drrt..
Ponsel Ara bergetar di tangannya.Ka: Seriusan?
Ka: Gak kebayang kita ldr.
Ka: Jangan dong tuan puteri.Ara melihat Gara yang sedang menatap dirinya, wanita itu memasukan ponsel pada kantong kemeja secara diam-diam.
Aneh, Ara kira Gara tidak keberatan jika mereka berbeda kampus atau berbeda kota nanti. Casingnya saja yang cool di depan orang-orang, nyatanya tetap saja masih manja jika ada maunya.
Ara tersenyum dalam diam, ia gemas jika Garanya sedang manja seperti ini. Rasanya seperti benar-benar di cintai.
"Udah lah soal kuliah entar-entaran aja, mending kita nonton pensi yang?" Tawar Kiren pada Aldi, "Ayolah.." tambahnya.
"Yuk ah gua ikut" Galih mengikuti langkah Aldi dan Kiren untuk keluar kelas.
Dari tadi kek.
Hening.
"Sweet banget sih perform kamu"
Gara menjatuhkan badannya untuk tiduran di lantai tanpa alas, lalu Ara mengikuti gerakan Gara.
"Jelas" Gara terus memetik random senar gitar yang ia simpan di perutnya.
Ara menyesal telah mengagumi kekasih gelapnya secara langsung, karena lelaki itu selalu geer se-geer geernya jika di puji.
Berdua dengan Gara selalu Ara inginkan. Walaupun sudah sering dan tidak asing lagi, tapi gadis itu tetap menunggu saat-saat dimana ia menghabiskan waktu hanya dengan berduan bersama orang yang membuat hatinya nyaman.
Menurutnya kenyamanan bukan tentang tempat ataupun suasana. Nyaman itu satu kata yang tidak bisa di deskripsikan dengan kalimat, tidak bisa di utaran dengan cakap antar manusia, tapi nyaman di definisikan jika sedang bersama orang yang selalu berhasil menyita waktu kita hanya untuk memikirkan satu nama yang natural tidak bisa hilang.
"Dulu aku tertarik sama payung kamu, warnanya itu lho yang nge-bright" Gara melirik Ara yang sedang memandangnya, "Aku gak tahu setertarik apa, yang jelas aku sampe rela ngasih gantungan kunci hadiah dari ibu".
"Padahal kamu gak tahu nama aku"
"Iya, kamu doang yang tahu nama aku"
"Ya mana aku nggeuh itu ukiran nama kamu bege" Ara mencolek hidung Gara.
Gara hanya ngangguk-ngangguk tetap di posisi yang sama, "Tapi anehnya abis itu aku langsung gak pernah liat kamu lagi".
"Aku pindah rumah".
"Pantes"
Hening lagi.
Aku jatuh cinta padamu,
Sejak pertama kita bertemu,
Dia menghuni relung hati,
Kau tak pernah perduli.Tuhan mengapa kau anugerahkan,
Cinta yang tak mungkin tuk bersatu,
Kau yang tlah lama ku cintai,
Ada yang memiliki..Cinta sejati,
Tak akan pernah mati,
Slalu menghiasi,
Ketulusan cinta ini."Udah Ga, aku capek tahu liat kamu bikin aku melting terus" ucap Ara manja.
Gara tidak menggubris perkataan wanita di sampingnya, ia terus bernyanyi dengan di iringi petikan gitar.
Jalan hidup tlah membuat kita,
Harus senantiasa bersama,
Lewati sgala suka duka,
Tiada cinta bicara.Cinta sejati,
Tak akan pernah mati,
Slalu menghiasi,
Ketulusan cinta ini."Aku gak akan berhenti bikin kamu sayang sama aku".
Setiap kata-kata dari lagu Cinta Sejati-Ari Lasso itu membuat ketenangan sendiri bagi Ara, Gara seperti berbicara pada Ara hingga sampai menyentuh relung hati yang paling dalam.
Lebay anjay.
Ara terhanyut dalam lagu itu, matanya perlahan menutup.
****
Setengah jam kemudian Ara terbangun, wanita itu tersenyum menatap orang yang ada di sampingnya masih terlelap damai. Ia menyingkirkan gitar yang ada di perut Gara dengan pelan.
Ara duduk ke kursinya, ia meregangkan otot-otot yang nyeri karena tidur sembarangan. Gadis itu kemudian memainkan ponselnya sambil mendengarkan musik pensi yang belum kelar dari aula.
Ara membuka laman medsosnya, ia membuka akun makanan yang isinya postingan menggiurkan. Ara selalu mendadak lapar dan meneguk ludahnya jika melihat video-video itu.
"Yang ngantuk.." rengek Gara manja.
Gara bangun dan berjalan sempoyongan sebelum bertekuk menjatuhkan kepalanya di paha Ara yang sedang duduk.
Ara mengamati keadaan, ia takut jika ada yang menangkap basah adegan ini.
"Yaudah tidur lagi.." Ara mengelus kepala Gara, lelaki itu menggeliat dan malah terlihat semakin nyaman."Sini kamu duduk" Ara menepuk kursi Kiren yang ada di sampingnya. Ia kasihan melihat pacar/teman/siapanya lah dia, yang jelas Ara tahu Gara pasti sedang pegal-pegal.
Ara menggeser posisinya untuk duduk di kursi Kiren agar Gara bisa duduk di kursinya.
Setelah Gara duduk dan menjatuhkan kepala pada lipatan tangannya di atas meja, ia memandang wajah Ara.
Ara memasang earphones ke satu telinga Gara dan satu lagi untuk sebelah telinganya. Wanita itu menyamakan kepalanya dengan Gara, Vincent-Ellie Goulding.
-------------------------------------------------------------
Melihat dirimu rasanya ingin ku hidup,
Hidup untuk lebih lama,
Seratus atau seribu tahun lagi,
Membuat cerita yang hebat,
Mengumpulkan hari-hari,
Hari terbaik yang akan menjadi sebuah potret indah.Nafichy M~
KAMU SEDANG MEMBACA
KAHERO [Complete]
Teen Fiction#1 in Good [28 Agustus 2019] #1 in Kasmaran [20 Februari 2019] #1 in Gara [20 Februari 2019] #1 in Jatuh Cinta [12 Oktober 2019] Ini adalah sebuah cerita yang di awali dengan perselingkuhan. Yang ada di hati Ara sekarang bukan Galih lagi, mungkin...