"Hallo Del?""Iya, kenapa kak?"
"Gara udah bangun belum?"
"Lho? Bukannya semalem sama kakak? Dia gak pulang kak.. Ini juga aku lagi di bandara"
"Hah? Kok bisa? Gila, tu anak bikin orang khawatir aja.. Tidur dimana coba"
"Udah biasa, kakak gak usah khawatir, nanti juga pulang.. "
"Ya tapi tetep aja, hpnya susah di hubungin.. Kamu sama siapa ke bandara Dek?"
"Berdua sama ayah, kak Moa nanti ke rumah bisa kan?"
"Iya nanti kakak kesana.. yaudah ya Dek, bye.. salam buat ayah Heri hati-hati"
"Oke kak, aku tunggu.. "
Ara menutup sambungannya dengan Dela, kemudian ia kembali menarikan jarinya mencari kontak seseorang.
"Di? Gara sama elo kan?"
"Widihhh.. langsung gas aja ni cewek.. Iya, dia sama gue. Kalian berdua kenapa sih? Lagi marahan?"
"Aduhhh.. panjang urusannya Di, lagian gue gak berani cerita ke elo kalo bukan Gara yang minta"
"Hahaha.. Lo takut sama Gara?"
"Paan si lo.."
"Yang ada dia kali yang takut sama lo.. "
"Lo lama-lama nyinyir ya.. udah jan banyak bacot! Suruh Gara jemput gue sekarang, bilang hapenya juga aktifin!"
"Ga! Anjir cepet mandinya.. nih nyonya lo nyuruh jemput sekarang, kalo nggak katanya putus!!"
TUT.
Unfaedah sekali mendengar teriakan Aldi, leleki itu kadang tiba-tiba gila kadang juga kalem. Aneh..
***
"Sekarang cerita, semalem kamu ngapain aja"
Saat ini Ara dan Gara sedang duduk di taman belakang rumah Gara. Setelah mengantar Dela ke sekolah, mereka memutuskan untuk ngobrol berdua disini.
"Gak ngapa-ngapain."
Ara mengerutkan keningnya, "Yakin?"
Gara berdehem, ia tidak bisa berbohong pada gadis yang duduk di sampingnya. Jika Gara baru mengumpulkan niat untuk bohong saja banyak rasa takut yang melandanya, apalagi jika sudah berbohong nanti.
"Aku minum sih, tapi cuma beberapa gelas" Gara mengacungkan dua jarinya tanda damai.
Ara berdecak kesal, susah sekali memperingatkan Gara menjauhi hal-hal yang berbau nakal.
Ara benci Gara seperti ini, tapi jika bukan dirinya yang memperhatikan siapa lagi? Setelah Nadia meninggal dan Heri sibuk dengan bisnisnya, apa Ara akan tega memaksa Gara untuk menjadi apa yang ia mau?
Tidak, Ara tidak sekeras itu. Ia akan berusaha memperbaiki kebiasaan buruk Gara dengan caranya sendiri.
Btw, Ara senang Gara jujur. Tapi bagaimanapun juga gadis itu tetap harus marah karena kelakuan pacarnya.
"Tapi kamu gak aneh-aneh sama cewekkan?" Ara semakin mengerutkan kening, ia menilik mata Gara takut-takut ada kebohongan di dalamnya.
"Astaga Moara, ya nggak lah.. Aku gak semabuk apa yang kamu pikirin"
Semalam Gara memang mabuk, tapi ia termasuk lelaki yang kuat dan selalu bisa mengendalikan dirinya.
"Eh, tapi kata Aldi emang ada cewek yang godain aku sih.." Gara menahan tawa melihat pelototan kekasihnya, "Dia pegang-pegang aku lagi Mo, gimana dong?"
KAMU SEDANG MEMBACA
KAHERO [Complete]
Ficção Adolescente#1 in Good [28 Agustus 2019] #1 in Kasmaran [20 Februari 2019] #1 in Gara [20 Februari 2019] #1 in Jatuh Cinta [12 Oktober 2019] Ini adalah sebuah cerita yang di awali dengan perselingkuhan. Yang ada di hati Ara sekarang bukan Galih lagi, mungkin...