UDAH SAH (29)

6.1K 222 0
                                    

Row A seat 1, Ara duduk di atas paling ujung. Posisi Ara sangat tidak stategis, di seat 2 ada Gara, di seat 3 ada Dela. Salahkan Dela yang beli tiketnya.

Sebelum film di mulai, Ara menumpahkan perhatiannya ke memakan dan minuman yang di belinya tadi. Ara tidak mau keadaan yang aneh tercipta lagi ketika bersampingan dengan seorang monster.

Ketika lampu mati, film di putar dan popcorn abis duluan, Ara bertekad memokuskan pikirannya untuk larut dalam film yang sudah sangat ia tunggu-tunggu. Walaupun dalam ruangan teater terasa pengap karena alasan lainnya, Ara berusaha mengenjoykan diri.

Arapun berhasil fokus menonton film, tapi di tengah itu Ara merasa ada sebuah tangan yang mengusap punggung tangannya. Ara sadar, tidak akan ada tangan yang lain kecuali tangan Gara. Hatinya melemah, hasratnya ingin langsung memeluk Gara yang belakangan ini sangat ia rindukan. Tapi ia menahannya.

Setelah Gara mengeratkan genggaman tangannya, gadis itu tidak dapat menahan diri lagi. Ia memberanikan untuk menyampaikan tangan Gara ke pundaknya dengan cepat, kemudian menyenderkan kepalanya sendiri ke dada Gara.

Roma maskulin yang tidak asing menyeruak di hidungnya, membuat ketenangan dan kenyamanan menyelimuti hati juga pikirannya. Ini yang Ara inginkan, ini yang Ara harapkan, bisa kembali ke pelukan Gara.

Mereka saling mengeratkan pelukannya seolah menumpahkan kerinduan yang tertahan dalam diri masing-masing.

"Aku sayang kamu" tepat di telinga Ara, Gara berkata.

Ara tidak menjawab, ia hanya mengangguk kecil. Ara tidak membiarkan ada jarak diantara mereka.

Kesempatan ini Ara gunakan baik-baik, moment yang tercipta begitu tiba-tiba tanpa ada rancangan sedikitpun. Ara menyukai ini, tidak ada yang di pedulikannya saat ini kecuali berdua bersama Gara.

Ara semakin sadar jika bahagia dan kecewa yang ia rasakan ada dalam diri seorang Gara, ia tidak pernah sengaja menyimpan kendali moodnya itu dalam sosok lelaki yang sekarang sedang mendekapnya.

Karena Ara sudah berulang kali membaca novelnya, ia tidak begitu menyimak film yang di putar, Ara hanya ingin Gara.

"Gimana.. nyesel gak kak nonton dulu?" Dela menyenggol tangan Ara setelah mereka berjalan turun dari kursi.

Ara dan Gara hanya tersenyum merah.

Dela dan Ara masuk toilet, mereka sama sama merapikan penampilannya. Keluar dari toilet, Gara memberikan sepotong roti coklat pada Ara.

"Takut ditanya bunda kalo anaknya belum aku kasi makan" Gara mengacungkan sepotong roti sebelum ia melahapnya.

"Baru di tinggal bentar udah aku kamu aja nih.." sindir Dela sambil memainkan handphonenya.

Mereka bertiga berjalan beriringan keluar memasuki parkiran.

Ketika Ara ingin membuka pintu belakang, tiba-tiba Dela menyerobot masuk lebih dulu, "Ck.. masih gengsi?" Senyuman Dela yang lebih menyerupai seringai membuat Ara mengerti dirinya harus duduk di samping Gara.

Perjalanan malampun mereka tempuh dengan penuh kebahagiaan yang jelas keluar dari wajah Ara dan Gara. Walaupun alam sedang darurat, langit tetap memberikan bintang. Walaupun problem sedang darurat, Ara dan Gara tetap memberikan kebahagiaan satu sama lain.

"Dik.." Gara mengeluarkan sebuah photo dari kantong celana jeans dan memberikannya pada Dela. Kakak beradik itu membuat Ara penasaran dengan apa yang mereka bicarakan.

Ketika Dela menerimanya, "Maksud Kak Gara?" Begitu melihat Gara tersenyum sinis, Dela membalikan photo dan membaca tulisan yang ada disana.

Kamu milik Dia, tapi aku mencintaimu

Dengan kecepatan kilat, Dela langsung menatap Ara yang saat itu juga merebut photo yang di pegangnya.

Sebuah bidikan tidak sengaja berisikan sepasang kekasih sedang duduk di atas pasir putih, memancarkan kebahagiaan yang tengah mereka alami dengan tertawa riang berlatar beach. Sweetest moment..

"Cowok tadi emang pacarnya Moa, tapi gak tau ntar.." Gara seolah berbicara pada diri sendiri, ia masih tetap menjaga pandangannya agar tetap lurus ke depan.
Penjelasan yang singkat itu mampu tertangkap oleh otak Dela. Tidak sampai disitu, Gara tahu adiknya memikirkan Ibu yang tidak tahu fakta di lapangan "Sebelum Ibu tau, kita pasti udah sah"

"SAH?!" Dela sedikit teriak, Ara hanya diam tapi matanya membulat sempurna.

"Sah as pacar" Gara memeletkan lidahnya ke orang yang ada di sampingnya sekarang.

Asli.. Ara semakin mencintai pria brengsek yang sampai saat ini belum memberikan penjelasan sedikitpun pada dirinya. Untuk menyembunyikan rasa yang bergejolak dalam perutnya, Ara memencet dvd player: IDGAF-Dua Lipa.

Hingga tiba di depan rumah, Ara tidak henti-hentinya merasa bahagia atas malam ini. Awalnya malam ini hanya akan membuang waktunya untuk persiapan ujian nasional, tapi ternyata ini pencerahan otak sebelum menghadapi ujian nasional.

Karena sudah terlena dalam perjalanan, Dela tertidur dalam mobil hingga tidak ikut keluar bersama Ara dan Gara. Mereka memasuki gerbang rumah dan ternyata sudah ada ayahnya Ara yang stand bye menunggu kedangan puterinya.

"Kirennya mana?"

-------------------------------------------------------------



Aku tahu ini cinta,
Bukan yang lain,
Dekat seolah nafas tlah usai,
Jauh seolah rindu tak usai.
Rindu yang berat,
Rindu yang pengukur rasa,
Ya, rasa.

Nafichy M~

KAHERO [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang