DINGIN TAPI MANIS❄ (59)

6.4K 221 2
                                    

"Gue ke atas dulu"

Gara berjalan menaiki anak tangga yang tersambung ke lantai dua, ia meninggalkan Terre sendiri di ruang tamu.

Hari ini Gara dan Terre berencana ziarah ke makam Ibunya Gara, mereka sengaja mengagendakan sekarang karena takut keberangkatan Terre ke Surabaya di percepat.

Setelah Terre tadi menyusul Gara ke cafe, ia sekarang disini, duduk manis di sofa milik keluarga Kahero sambil menunggu Gara yang entah ngapain.

Terre celingak-celinguk memperhatikan beberapa sudut rumah, gadis itu merasa kembali menjadi orang asing yang tak pernah kenal dengan berbagai macam pernak-pernik rumah Gara yang di Bandung ini, wajar saja ia seperti itu karena semua barangnya baru.

Terre harusnya tidak merasa demikian, ia kenal baik dengan semua anggota di rumah ini, dari mulai mbok, Dela, Gara sampai kedua orang tuanya. Tapi entah kenapa Gara dan keluarganya sekarang seakan mengubah apapun yang menyangkut mereka, terbukti dengan dekoran rumah ini yang menampakan kecanggihan minimalis masa kini.

Setahu Terre, dulu kehidupan keluarga Kahero di Jakarta begitu sederhana, dari cara berpakaian, barang-barang, hingga perabotan rumah yang tidak menandakan kalangan menengah ke atas.

Saat itu Terre bukanlah siapa-siapa, ia hanya seorang gadis sederhana yang tidak punya begitu banyak teman di sekolahnya. Terre tidak terlalu pintar atau bahkan jadi most wanted, sekolahnyapun juga terbilang cukup murah jika  di banding dengan sekolah-sekolah lain. Hingga akhirnya di sekolah itu, Terre bertemu dengan seorang pemuda tinggi sederhana yang mempunyai mulut ketus, it's Gara.

Awalnya Terre merasa minder dengan kedekatannya dengan Gara, karena Gara punya banyak teman dan bahkan banyak wanita yang iri dengan posisi Terre. Tapi seiring berjalan waktu, Gara terus membuatnya percaya jika Gara akan selalu ada dari mulai sebagai teman hingga sebagai sepasang kekasih.

Kedekatan mereka semakin berjalan mulus setelah Heri memberikan modal untuk Terre membuka usaha kecil-kecilan, yang sampai sekarang bisa menghidupi kehidupan Terre sendiri.

Terre tersenyum kecil, ia memikirkan bagaimana perubahannya dulu sebelum bertemu dan sesudah bertemu dengan Gara.

"Kak Terre apa kabar.. " mbok datang membawa nampan makanan, "Kenapa baru kesini?"

Terre tersenyum kecil, "Iya nih mbok, apa kabar?" gadis itu menyeruput secangkir teh yang sudah di siapkan si mbok.

"Si mbok alhamdulillah baik.."

"Mbok.. " Terre menahan si mbok saat ia ingin kembali ke belakang, "Mbok duduk dulu, Terre mau nanya sesuatu.. " gadis itu mengajak Mbok untuk duduk di sampingnya.

"Ada apa? Duh mbok jadi deg-degan kalo mau di tanya seperti ini.. "

"Nggak, Terre cuma mau nanya dikit kok. Emmmm... Ara sering kesini?"

Mbok mulai sedikit berfikir sejenak, "Ara? Moara maksudnya?"

"Iya, Moara" Terre segera mengangguk mengiyakan si mbok.

"Kalo Neng Moa mah belakangan ini udah jarang ke sini, katanya udah gak hubungan lagi sama Kak Gara.. "

"Hah?! Siapa yang bilang mbok?" Tanya Terre semakin penasaran.

"Gara?" mbok menggeleng, "Dela?" mbok kemudian mengangguk atas pertanyaan Terre.

"Udah ah Kak Terre, mbok mah gak tahu apa-apa.. takut salah," Mbok mengambil nampan.

"Mbok kebelakang ya.. "

Terre mengangguk membiarkan mbok berdiri dan meninggalkannya sendiri.

Beberapa menit kemudian dari kejauhan, Terre melihat Gara keluar dari pintu kamarnya, lelaki itu terlihat sedikit lebih segar dari sebelumnya. Ia mengenakan jeans selutut dan jacket hoodienya yang berwarna gelap, selalu saja Terre di buat terpesona oleh lelaki ini.

KAHERO [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang