--05--

1.2K 184 10
                                    

Kai menyesap isi kopi di cangkir ketiganya saat jam menunjukkan pukul 11 malam. Di hadapannya, layar laptop masih menampilkan layar putih polos tampilan Microsoft word. Harusnya, hari ini ia melanjutkan Bab 3 skripsinya. Harusnya dia sudah menyalurkan penjelasan mengenai perusahaan yang sudah ia teliti beberapa minggu lalu. Harusnya, lembaran putih Microsoft word itu sudah terisi oleh rentetan kata-kata hasil pemikirannya.

Andai saja Kinan tidak meneleponnya dua jam lalu dan mengabari bahwa skripsinya baru saja di-acc dan dia akan segera sidang, mungkin dalam tiga atau empat minggu ke depan, sesuai jadwal. Gadis itu juga bilang bahwa Kai adalah laki-laki pertama yang Kinan sebutkan dalam ucapan terima kasih, mengingat bagaimana Kai selalu membantunya untuk segera menyelesaikan skripsi itu. Meskipun sebenarnya Kai tidak pernah membantu apa-apa, selain mendengar keluh-kesah Kinan selama ini.

Tadi pun Kinan bercerita bahwa mungkin dalam hitungan tiga atau empat bulan ke depan ia akan segera pulang ke Indonesia setelah wisuda.

"Pokoknya lo dan Baekhyun adalah orang yang pengin gue temui pertama kali setelah sampai di Indonesia!"

Mata Kai menerawang, membayangkan seperti apa rupanya Kinan sekarang. Hampir empat tahun berlalu dan mereka belum pernah bertemu lagi sama sekali. Kinan tidak pernah memutuskan untuk pulang selama 4 tahun ini. Tanpa Kai perlu bertanya pun, ia tahu sendiri jawabannya. Indonesia dan Jakarta selalu mengingatkan gadis itu akan Sehun.

Begitu pun dengan Kai sendiri. Jakarta selalu mengingatkannya akan Kinan. Dan itu sungguh menyakitkan, bukan?

Kai sadar dari lamunannya setelah seorang pramusaji menghampiri mejanya dan menawarkan apakah Kai akan memesan makanan atau minuman lain.

Sejenak laki-laki itu menoleh ke arah cangkir kopi yang baru saja tandas. Tiga gelas cappuccino sudah ia habiskan dalam rentang waktu 2 jam. Kalau ia dalam kondisi sadar, ia tidak akan memesan cangkir keempatnya, mengingat bagaimana perutnya akan bereaksi cukup parah karena diberikan asupan kafein yang terlalu banyak dalam rentang waktu sangat pendek. Tapi, sayangnya, ia sedang tidak bisa menyadarkan pikirannya.

"Hot cappuccino lagi ya Mas." Jawab Kai sekenanya, membuat si pramusaji mengangguk dan mencatat pesanannya.

"Apa mau pesan juga dengan makanannya?"

Kai baru saja hendak membuka mulut untuk mengatakan sesuatu, tapi tiba-tiba suara Kinan sepintas berkelibat di telinganya.


"Sandwich aja, Jong. Lo seenggaknya harus isi perut. Kalo nggak, gue balik nih?"


Shit! Kai mengumpat dalam hati.

Bagaimana bayangan seorang Kinan bisa tiba-tiba terlintas bahkan saat Kai akan memesan makanan?

By the way, ini memang tempat favorit Kai dan Kinan kalau mereka ingin "ngedate". Biasanya Kai hanya memesan kopi. Kalau tidak café latte, Kai akan memesan hot cappuccino. Sedangkan Kinan biasanya akan memesan hot chocolate, ditambah croissant, sandwich, french fries with cheese sauce dan burger.


"Lo nggak pesan makanan Kai?"

"Nggak, ah. Gua kopi doang."

"Ih! Pesan makanan kenapa sih?"

"Gua maunya kopi aja, Nan. Jangan maksa deh."

"Sandwich aja, Jong. Lo seenggaknya harus isi perut. Kalo nggak, gue balik nih?"

Dan, Kai tentu akan mengalah kalau Kinan sudah merengek disertai dengan ancaman yang bukan sekadar ancaman. Kai tau persis kalau Kinan adalah tipe orang yang tidak bermain-main dengan ucapannya. Jadi, pada akhirnya Kai menurut dan memesan satu sandwich tuna dan satu sandwich daging.

Move; Good Bye [KJI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang