--20--

1K 153 53
                                    

Rara mengeratkan pelukannya di pinggang Kai karena kecepatan motor yang laki-laki itu kemudikan nyaris menyentuh angka 100 km/jam. Sebenarnya, Kai memang sengaja mempercepat laju motornya karena hanya dengan cara itu Kai bisa merasakan pelukan erat Rara di pinggangnya. Senyum laki-laki itu tersungging tipis di balik helm full facenya.

Lalu motor mereka berhenti tepat di traffic light yang baru berubah merah. Sayangnya, waktu tunggu untuk berubah hijau itu sekitar 4 menit. Jadi, mau tidak mau Kai dan Rara harus menunggu dengan sabar.

Rara mengembuskan napas lega saat akhirnya motor Kai berhenti. Jadi, gadis itu menegakkan badannya sambil melepaskan pelukannya. Tapi, tangan kiri Kai langsung menahan punggung tangan Rara dan malah menepuk-nepuknya di atas perut Kai. Yang berotot itu. Hmm...

"Kak, lepas dulu."

"Nggak mau. Udah kayak gini aja kenapa sih Ra?"

Di balik punggung lebar itu, Rara berusaha mati-matian menahan pipinya yang mulai memanas, terlebih saat Kai dengan cueknya terus mengelus-elus kedua punggung tangan Rara, Beberapa orang di sekitarnya tentu menyorot pandangan mereka ke arahnya, membuat Rara semakin salah tingkah.

"Kalau lo malu, nunduk aja di bahu gue sini." Sementara tangan kanan Kai menepuk bahu kirinya, tangan kirinya masih terus memegangi tangan Rara. Seolah ia benar-benar takut Rara melepaskan genggamannya.

Gadis itu tidak punya pilihan lain selain mengikuti saran Kai. ia menempelkan keningnya di ujung bahu lebarnya, lalu membenamkan kepalanya di punggung Kai. pipinya benar-benar panas kali ini. Tapi untung saja, cuaca Bandung sedang bersahabat, jadi Rara cukup merasakan panas di pipi saja. Tidak juga dengan tubuhnya.

"Jangan tidur, satu menit lagi jalan." Kai mengelus lembut kepala Rara dengan tangan kanannya yang bebas, membuat jantung gadis itu hampir saja loncat keluar. Jantungnya berdetak terlalu cepat hingga rasanya sakit.







What's wrong with me? Please Ra, please. Jangan sekarang...

💔 

"Enaknya nonton apa ya Ra?"

Kini Kai dan Rara sedang mengantri di bioskop. Kai bilang kalau ini janjinya untuk kencan lagi. Janjinya dulu itu loh... berhubung hari ini Rara tidak ada rapat, juga Kai yang baru saja acc Bab 3, jadi gadis itu mengiyakan saja saat Kai sengaja bicara soal kencan mereka setelah di motor tadi.

"Lo mau apa Kak?"

"Ra..." Kai menatap Rara dalam, membuat si objek langsung mengalihkan pandangan pada ketiga layar LED TV yang menempel di tembok belakang para Mbak penjual tiket. Sial, lagi-lagi pipinya memanas.

"Terserah gue nih?"

"Okay, apa pun."

"Beneran?" mata Rara membulat sambil menatap Kai, seolah gadis itu baru mendapat kabar yang benar-benar baik. Padahal Kai hanya mengizinkan Rara memilih film, bukan memberikan sesuatu yang sangat spesial.

"Nggak protes ya kalau gue yang pilih? Film apa pun, kan?"

Kai mengangguk sambil tersenyum.

"Oke. Gue udah tau kita mau nonton apa." Gadis itu menyunggingkan senyumnya puas.

💔

Kai memperhatikan Rara yang berkali-kali terkejut karena darah yang muncul di layar. Entah karena orang yang terluka atau kesadisan yang dilakukan hingga menimbulkan luka baru. Beruntungnya, film itu tidak terlalu mengerikan. Bahkan buat Kai sama sekali tidak mengerikan.

Move; Good Bye [KJI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang