--32--

814 132 37
                                    

"I wish I could hurt you the way you hurt me. But if I had the chance, I wouldn't do it." -Rara

.

.

.

.

💔💔💔


"Rara..."



Untuk pertama kalinya setelah mereka jadian, Rara merasakan pedih di hatinya saat Kai memanggil namanya dengan suara lirih seperti itu. Tubuhnya masih enggan bergerak dengan tangan yang masih memegang kalender di tangan kiri. Sementara Kai ikut mematung di depan pintu kamar mandi dengan handuk menggantung di leher dan rambut yang masih setengah basah. Matanya terbelalak, tapi tidak lama kemudian langsung berubah sayu.

Tidak mau berlama-lama lagi di sana, Rara memutuskan menyimpan kalender itu dengan hati-hati lalu bergegas menuju pintu kosan untuk pergi. Sayangnya, tangan Kai bergerak lebih cepat untuk mengangkap pergelangan tangan pacarnya itu hingga Kai bisa merasakan tangan Rara yang menegang dalam cengkramannya.

"Ra, itu gak seperti yang lo kira."

"..."

"Itu—"

"Kenapa?" tanya Rara dengan suara serak. Matanya sudah berkaca-kaca tapi ia masih mampu menahan tangisnya. "Kenapa kalender itu masih lo tandai merah?"

Kini giliran Kai yang kembali terdiam. Genggaman tangannya melonggar seiring bersamaan dengan detik jam yang semakin bergulir.

"Lo boleh nahan gue pergi, lo boleh temui gue lagi kalau lo udah tau jawaban atas pertanyaan gue tadi." Rara hendak menepis genggaman tangan Kai yang masih bersarang di pergelangan tangannya, tapi cowok itu malah kembali mengeratkannya.

"Ra please jangan kayak gini."

Rara akhirnya menepis kasar genggaman tangan Kai hingga cewek itu berbalik dan menatapnya tajam. Banyak kalimat yang ingin cewek itu lontarkan sekarang. Mengeluarkan semua kekesalannya yang ia tahan selama beberapa minggu terakhir ini. Tapi, mengingat tubuhnya sedang sangat lelah karena belum istirahat cukup sejak pulang berlibur, akhirnya ia kembali menelan utuh emosi yang hampir meledak. Jadi, alih-alih meluapkan amarahnya, Rara hanya bisa berkata, "Lo bilang gue jangan kayak gini. Tapi, lo gak sadar sama apa yang lo lakuin ke gue kayak gimana ya Kak?"



Deg.

Sekujur tubuh Kai menegang, bahkan sekadar untuk kembali menarik tangan Rara saja, pun untuk berkata jangan pergi saja Kai tak bisa. Hatinya sekarang sakit dan perasaannya berubah kacau. Soal perasaannya, dia sendiri sebenarnya masih tidak tau dan tidak yakin. Tidak mudah melupakan orang yang sudah menjadi prioritasnya selama bertahun-tahun. Terlebih meskipun orang itu memilih pergi jauh, pun hatinya tidak pernah sedikit pun menerima Kai sebagai 'cowok', tapi perasaan cowok itu masih belum berubah. Hati Kai terlalu kuat untuk dihantam ombak. Sejauh apa pun Kinan pergi, sesayang apa pun perasaan cewek itu pada Sehun, nyatanya hati Kai masih menyimpan nama Kinan dengan rapi.

Terlalu bodoh, kan?

Tapi, bukannya mencintai seseorang itu memang sebuah kebodohan?

Kai sadar saat ia sudah melihat punggung Rara menghilang menuruni anak tangga. Lalu dengan emosi memuncak, Kai membanting kalender duduk itu ke lantai.

Move; Good Bye [KJI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang