--08--

1.1K 162 11
                                    

Menurut kebanyakan orang, jatuh cinta itu adalah jatuh yang paling buat bahagia, sekaligus indah. Jatuh cinta adalah satu-satunya jatuh yang patut disyukuri, sebaiknya. Dari jatuh cinta, semua hal bisa terlihat indah. Meski ada saatnya juga kita akan merasakan mendung bahkan hujan badai.

Tapi, sayangnya itu tidak berlaku bagi Rara. Baginya, jatuh cinta itu sama seperti jatuh-jatuh yang lainnya. Menyakitkan.

Dulu, ketika gadis itu menginjak masa remaja di SMA, banyak laki-laki yang mendekatinya. Tapi semua memutuskan untuk balik kanan dan akhirnya maju jalan. Semuanya memilih mundur karena sikap egois Rara dan sifat galaknya yang membuat mereka jengah.

Jadi, kali ini pun Rara yakin kalau Kai, pada akhirnya akan mengikuti laki-laki sebelumnya untuk mundur. Karena Rara meyakini, kalau ada laki-laki yang berniat serius padanya, ia akan datang menemui orang tuanya dan meminta izin untuk mengambilnya. Rara hanya melihat keseriusan laki-laki dari poin itu.

Mendatangi orang tuanya.

"Heh Bos, ngelamun aja lo." Tasya tiba-tiba masuk kamar Rara tanpa mengetuk pintu, lalu suaranya memekik nyaring. Membuat perempuan yang sedang duduk di atas tempat tidur sambil menatap kosong ke arah jendela terbuka pun terlonjak.

Rara menoleh dengan tatapan tajam seperti biasa. "Bangke!"

Tasya berjalan menuju tempat tidur dan mengambil ancang-ancang dan melompat kecil ke atas sana hingga ia terguncang karena per kasur yang masih berfungsi baik.

Rara mengabaikan sahabatnya menguasai temat tidurnya seperti biasa sementara ia masih duduk di sudut kembali menatap langit malam lewat jendelanya yang masih terbuka.

"Ini pertama kalinya lo bawa cowok semasa kuliah, Ra."

Rara mengabaikan ucapan Tasya yang ia paham betul ke mana arahnya. Alih-alih menjawab, ia memutuskan bangkit dan beranjak menuju jendela. Matanya menangkap gerobak nasi goreng langganannya yang sepertinya, si penjualnya sedang sibuk memasak.

"Mau nasi goreng nggak? Gue lapar."

"Mengalihkan pembicaraan mulu lo. Sebel gue."

"Dia nggak layak kita bahas, Sya. Gue ketemu dia aja nggak sengaja."

"Apa salahnya sih buka hati? Ra, jatuh cinta itu nggak semengerikan, semenyedihkan, dan semenakutkan yang lo bayangkan."

"Gue nggak pernah bilang kalau jatuh cinta itu mengerikan, menyedihkan, dan menakutkan btw." Rara memutuskan untuk membiarkan jendela kamarnya tetap terbuka agar angin malam yang dingin bisa mengisi ruangannya. Lalu ia kembali duduk di tempat tidur.

Tasya cepat-cepat bangun dan duduk bersilang kaki. "Lo lihat sendiri, kan, gue sama Leo baik-baik aja?"

Rara menggelengkan kepala sambil berdecak-decak kecil. "Iya tapi kalian kalau berantem suka bikin gue frustasi. Gue kudu belain elo, Leo juga minta gue belain. Itu tuh ribet, Sya. Gue nggak mau merepotkan orang hanya karena urusan cinta gue sendiri."

"Oh... Jadi selama ini lo merasa direpotkan sama gue dan Leo?"

"Ya jelas lah. Lo sama Leo kalo berantem kan suka kirim-kirim surat lewat gue. Sok-sok nggak mau chat. Padahal, teknologi itu udah berkembang pesat tau. Lah, lo sama Leo kalau berantem berasa balik ke zaman dulu."

"Sialan lo!" Tasya melayangkan boneka beruang besar tepat ke arah muka Rara. "At least, saat lo jatuh cinta, lo akan merasa dunia lo naik turun. Lo bahagia, lo sedih, lo senyum-senyum, lo nangis, all the things will make sense, Ra."

"But sorry. Gue lebih bahagia hidup kayak gini, Sya."

"Ra—"

"Mau nasi goreng nggak? Gue mau pesan nih. Kalau nggak mau, gue pesan seporsi doang."

Move; Good Bye [KJI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang