--25--

887 153 56
                                    

Yey. Lima hari berlalu dengan terasa sangaaat lama. Gimana nggak, gue harus menghadapi hari-hari tanpa Kak Kai. Sepi, jelas. Rasanya tiap nggak ada kerjaan, gue selalu berharap Kak Kai ada di sini. Saat ada kelas kosong, rasanya gue kepengin hubungi dia yang mungkin lagi sibuk prepare banyak hal di sana. Dan kemarin malam Kak Kai tiba-tiba telepon gue dengan suara senang. Dia langsung telepon dan mengabari bahwa dia memenangkan kompetisi itu. Kompetisi ballet dance se-Asia Tenggara yang diselenggarakan di Aussie. Gue nggak tau kalau kemampuan dance-nya dia sehebat itu.

"Gue pulang besok. Gak perlu jemput ke bandara ya."

"Siapa juga yang mau jemput. Geer."

Kak Kai terkekeh di sebrang sana. Duh, suara ketawanya itu meski terdengar sangat jauh dan kecil, tapi gue bisa merasakan dia benar-benar bahagia. Ah, gue beneran kangen sama Kak Kai. Cepet pulang ya Kak, janji deh nanti gue nggak jutek-jutek lagi. Nggak bisa gue jutek sama orang kayak lo yang udah sabar banget menghadapi kecuekan gue.

"Gue nggak bikin lo kecewa kan Ra? Gue malah bikin lo bangga, kan?"

Gue mengangguk meskipun sadar Kak Kai nggak bisa melihat gue.

"Ada yang kepengin gue omongin, Ra. Besok setelah gue sampai kita bicara ya."

"Mau ngomong apa sih?"

"Banyak hal. Pokoknya tunggu gue pulang."

"Nggak disuruh juga pasti gue tunggu, Kak."

Akhirnya obrolan kita malam itu berakhir dengan jejak senyum yang gue bawa sampai ke alam mimpi.

Dan sore ini gue udah duduk santai di kursi taman sambil memasang earphone dan memainkan ponsel pintar, menjelajahi dunia maya untuk memperhatikan hal-hal yang nggak terlalu penting. Hanya untuk mengusir kebosanan aja, sih. Tapi saat lagi asik-asiknya melihat-lihat instagram, gue merasakan seseorang duduk di samping gue. Sontak gue langsung sadar dan menoleh ke sebelah kanan.

"Kak Ital?"

Cewek itu nggak tersenyum apalagi balas menyapa. Matanya malah menatap gue tajam dan dalam, seolah gue adalam umpan yang siap dia terkam kapan pun. "Gue to the point aja deh."

Kening gue mengernyit lalu melepaskan earphone yang kanan dan kiri secara bersamaan. "Maksudnya apa Kak?"

"Gue cuma mau kasih tau lo aja, Ra. Kai cuma mau main-main sama lo. Jadi sebelum lo sakit hati duluan, mending lo mundur. Sampai kapan pun lo nggak akan pernah bisa ngambil hati Kai dari Kinan. Karena sedikit pun lo nggak pernah punya tempat spesial di hatinya. Lo itu sama kayak gue, ujung-ujungnya Kai akan gagal move on dan menjauh dari lo atau parah-parahnya dia yang malah mendorong lo buat menjauh dari dia."

Gue menelan saliva susah payah. Bukan, bukan karena ucapan Kak ital yang tiba-tiba menakuti gue. Gue hanya kaget kenapa Kak Ital datang tanpa ada angin, hujan ataupun badai, lalu dia menyuruh gue menjauhi Kak Kai. Apa haknya dia, toh? Jealous karena sekarang Kak Kai deket sama gue? Nggak rela liat mantannya lebih bahagia ketimbang dia? Apa gimana sih, gue nggak paham.

"Jadi poinnya apa, Kak?" tanya gue masih santai.

"Jauhin Kai kalau lo nggak mau sakit hati."

"Makasih sebelumnya, Kak. Tapi maaf ya, yang berhak menentukan gue bahagia atau nggak itu gue sendiri. Bukan Kak Kai, bukan juga lo. Jadi daripada lo sibuk mengurusi kebahagiaan gue, mending lo urusi kebahagiaan lo sendiri. Ya?"

Alih-alih membalas ucapan gue, Kak Ital malah semakin menajamkan tatapannya ke arah gue. Semakin lama semakin dalam dan menusuk. Lalu dia tiba-tiba bangkit dengan masih menatap gue. Dia menghentakkan kaki sambil mendengus. "Denger ya Ra. Kalau lo nggak percaya, Kai punya satu barang palnig berharga di meja belajarnya yang selalu mengingatkan dia akan Kinan. Lo bakal tau seberapa gak pentingnya lo buat dia kalau udah liat benda itu. That's my proof!" tanpa mendengar balasan gue, Kak Ital langsung beranjak pergi sambil berdecak kesal.

Move; Good Bye [KJI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang