--27--

967 142 51
                                    

"Gara-gara lo kan gue jadi dimarahin Kak Juan sama Kak Lay!" Gue mencak-mencak di depan gerbang kosan setelah turun dari motor Kak Kai. Sementara cowok itu malah menanggapi gue santai, tersenyum-senyum sambil menatap intens.

"Jangan diliatin terus!" Gue mengomel lagi.

"Lo cantik kalau lagi marah-marah gitu Ra."

"Kak gue serius lagi ngambek ih!"

"Oh gitu, ya udah marah-marah lagi gue dengerin."

"Kak Kai!"

"Kenapa?" Tanyanya dengan nada lembut yang dibuat-buat.

"Gue lagi ngomong serius ih, dengerin."

"Iya kan dari tadi gue dengerin, Ra. Gimana gimana?"

"Kita jangan pacaran di kampus."

"Gak bisa." Sergah Kak Kai cepat dan langsung menatap gue dalam.

"Gue belum selesai coba dengerin dulu makanyaaa." Lama-lama gue mulai habis kesabaran juga ngadepin Kak Kai. Kok baru juga jadi pacar dia dua jam lalu udah emosi mulu ya bawaannya, heran.

"Oh iya maaf maaf. Gih ngomong lagi."

"Kita gak boleh pacaran di kampus kalau gue lagi kerja kayak tadi. Gue nggak enak sama panitia lain Kak, dan lagi jadi gue dimarahin."

"Tapi tadi lo kesenengan juga kok Ra."

"Kak--"

Kak Kai dengan sigap langsung menarik tangan gue dan membawa ke pelukannya. Duh aroma tubuhnya wangi banget, mint mint bikin adem gitu deh pokoknya. Karena terlalu nyaman, seluruh kata-kata yang udah tersusun di otak akhirnya buyar dan berantakan. Emang bahaya kalau lagi ngambek terus tiba-tiba dipeluk Kak Kai.

"Dengerin. Pertama, Lay sama Juan nggak marahin lo, Ra. Gue tahu. Lo cuma malu aja kan sama panitia lain? Gak papa, kan ini pertama kalinya lo nggak profesional. Lagian mereka juga ujung-ujungnya pada seneng kita jadian."

"Ih geer. Mana ada mereka seneng."

"Mereka tuh keliatannya aja gak suka sama lo. Tapi mereka sebenernya peduli, Ra. Lo nggak liat tadi senyum mereka tulus pas ngeliat kita?"

Gue menggeleng masih di dalam pelukannya tanpa Kak Kai turun dari motor.

"Mereka gak suka sama lo sebatas kalau lagi kerja aja kok. Karena menurut mereka lo itu perfeksionis. Terus hobi lo marah-marah dan gak pernah menghargai pendapat orang. Tapi kalo di luar kerjaan mereka care sama lo."

"Tau dari mana sih?"

"Apa yang gak gue tau tentang lo, Ra? Coba sini tanyain."

Gue memaksakan pelukan kita untuk terlepas. Mata gue menatapnya untuk mencari keseriusan di sana. "Ya udahlah pokoknya ke depan jangan ganggu kalau gue lagi kerja."

"Kalau gak mau?"

"Ya harus mau lah."

"Kalau gak mau?"

"Ya gue ngambek. Gak mau ngomong sama lo."

"Yakin bisa? Tadi sejam gak ngobrol aja, kelar evaluasi sama panitia langsung lari nyamperin gue." Dengan sangat kurang ajarnya Kak Kai malah tertawa-tawa puas sambil memegang perutnya. "Lo gak akan bisa ngambek sama gue, Ra."

"Bener? Jangan sok yakin deh. Lo kali yang gak bisa gue tinggal." Gue memeletkan lidah sambil meledek Kak Kai.

"Iya, Ra. Gue udah pernah ditinggal seseorang di masa lalu. Jadi gue gak mau ditinggal lagi sekarang."

Move; Good Bye [KJI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang