--10--

960 171 8
                                    

"Can I fall in love with you?" -Kai



Kai masih duduk mematung di kursi belajarnya, memandangi Rara yang belum mau bicara sejak setengah jam yang lalu. Gadis itu masih duduk sambil menunduk dan terisak di ujung tempat tidurnya. Kai sudah berusaha bertanya padanya, tapi dia tidak menjawab apa pun. Kai sudah pula menawarkan bahu untuk jadi sandaran Rara, tapi gadis itu malah semakin terisak, membuat Kai akhirnya memutuskan duduk ke kursi belajar.

Gadis yang sudah berhenti menangis itu kini kembali terisak, membuat kedua matanya kembali mengeluarkan lelehan air mata. Isakannya tertahan, tapi Kai bisa melihat luka dari balik sorot lensa hitam terangnya.

“Ra—”

“Gue boleh tidur di sini, Kak?” tanya Rara parau sembari mendongakkan kepala menatap Kai.

Laki-laki itu sontak terkejut mendengar pertanyaan yang tiba-tiba. “A—apa?”

“Kak, please. Help me.”

Dua hal yang paling tidak bisa Kai tolak. Pertama, melihat perempuan menangis. Kedua, saat dia dimintai tolong.

💔💔💔

“Nih, lo pakai kaos gue aja, tapi kebesaran deh kayaknya. Is that okay?”

Rara mengangguk lemas, lalu mengambil kaos abu-abu yang disodorkan Kai. Gadis itu menaruh kaos di atas tempat tidur dan membuka kardigannya perlahan. Belum satu tangannya lolos, ia lebih cepat mendengar Kai berteriak.

“Ra, jangan buka baju di sini lah!”

Mata Rara yang sudah membengkak, diarahkan ke wajah Kai, balas menatap bola mata cokelat milik Kai. Lalu gadis itu membuang napas perlahan. “Gue tau, Kak. Ini cuma kardigan.” Setelah melepas kardigannya utuh, Rara mengambil kembali kaosnya dan berjalan menuju kamar mandi.

Kai membuang napas lega. Kenapa juga bayangan saat Rara membuka kardigannya tadi begitu membekas di pikirannya? Dan, apa tadi? Benarkah jantungnya berdegup cepat secara tiba-tiba?

Ah, shit.

Bagaimana bisa seorang Rara membuat jantungnya tiba-tiba berdegup tidak karuan? Bahkan, saat ia tidur sekamar dengan Kinan pun, tidak sebegininya.

Kai memutuskan duduk di karpet tebal dan menyandarkan punggung ke kaki tempat tidur. Matanya difokuskan ke TV hanya untuk meramaikan suasana kamarnya. Atau mungkin, hanya untuk mengalihkan fokusnya dari gadis yang masih sibuk mengguyur tubuhnya di kamar mandi. Terdengar jelas dari suara air shower yang mengalir.

Ah, Kai jadi teringat Kinan. Ia tiba-tiba meninggalkannya di telepon tadi. Jadi Kai memutuskan untuk bangkit, mengambil kembali handphone-nya dan menghubungi Kinan lagi. Cukup lama Kai menunggu Kinan menjawab teleponnya.

“Ada apa, Kai?”

“Maaf ya Nan tadi gua tiba-tiba hilang. Ada hal mendesak tadi di kosan.” Kai berjalan ke pintu kosan, menyandarkan bahunya yang lebar ke kusen pintu, sambil menikmati udara malam yang dingin Kota Bandung.

“Iya, ada apa?”

“Ya… ada lah. Tadi hampir ada kejadian nggak diharapkan sama adek tingkat gua.”

“Cewek?”

Kai tidak langsung menjawab. Ia berpikir terlalu lama dan tidak menyadari Kinan memanggilnya berkali-kali.

“Helooo, Kkamjong. Lo masih di sana?”

“Ah, iya iya. Gua masih di sini.”

“Dia cewek?”

Move; Good Bye [KJI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang