--19--

909 158 35
                                    

"Ra sebentar!"

"Jangan deketin gue!" Rara menjerit di lorong koridor saat menyadari Jidi mengikutinya di belakang. Tapi, setelah mendengar teriakan Rara, laki-laki itu langsung menghentikan langkah kakinya yang berjarak beberapa meter dari tempat Rara berdiri. "Lo maju, gue teriak lagi!" ancam gadis itu.

"Ra, gue cuma mau minta maaf sama lo. Soal waktu itu-"

"Nggak! Stop and don't talk to me anymore!"

Jidi kembali melangkahkan kakinya perlahan hingga membuat Rara kembali berteriak. Suasana di sekitar koridor sudah mulai sepi, dan itu tentu saja membuat rasa takut Rara semakin meluap. Mendadak ia menyesal untuk pergi ke perpustakaan hingga sore, kalau tahu ia malah akan bertemu Jidi hari ini. Seharusnya ia memutuskan langsung pulang saja tadi, dan pergi ke perpustakaan besok pagi. Tapi Rara tahu kalau nasi sudah menjadi bubur. Ia tidak punya pilihan lain lagi selain menghadapi Jidi seorang diri.

"Ra, gue beneran minta-"

"Berhenti lo!"

Rara dan Jidi menoleh ke arah suara yang bersumber di belakang Rara. Mata gadis itu langsung terbelalak saat melihat Baekhyun datang dengan tampang jutek, lalu menatap Jidi tajam.

Baekhyun berjalan menghampiri Rara, berdiri di samping gadis itu sambil menatapnya sekilas. Lalu pandangannya dialihkan ke Jidi yang masih berdiri cukup jauh dari tempat mereka berdua berdiri. Ia mengalihkan tatapannya ke arah Jidi yang langsung berubah tajam.

"Lo nggak mesti ngeganggu Rara."

"Apa urusan lo?" tanya Jidi balik, yang malah menyulut emosi Baekhyun keluar.

"Shut up, Boy. Mending lo kuliah yang bener biar nggak di D.O karena nggak lulus lulus." Ujar Baekhyun sadis, lalu menarik tangan Rara tiba-tiba hingga dalam hitungan detik, mereka sudah menghilang di lorong dan beralih ke halaman depan.

"Kak Baekhyun," ujar Rara sedikit ragu setelah mereka duduk di kursi semen di bawah pohon dan Baekhyun pun sudah melepaskan pegangannya.

"Sori narik lo tiba-tiba."

"Makasih." Rara tidak memedulikan permintaan maaf Baekhyun karena baginya, saat melihat laki-laki itu berdiri di sana untuk menolongnya sudah lebih dari cukup.

Mereka tidak saling bicara untuk beberapa saat. Baekhyun sibuk dengan ponselnya, sedangkan Rara sibuk dengan pikirannya sendiri. Gadis itu jadi berpikir, apakah kalau dulu ia masih tidak punya seseorang yang dekat dengannya, hidupnya masih tetap baik-baik saja? Rara pikir, hidup sendirian itu tidak masalah. Karena selama ini, hidupnya benar baik-baik saja tanpa laki-laki yang dekat dengannya. Tapi, ia tidak tahu kalau orang seperti Jidi itu memang ada di dunia ini. Dan, ia sendiri tidak yakin kalau Tasya bisa membantunya terlepas dari Jidi.

"Kai bentar lagi ke sini." Suara itu tiba-tiba mengusik keheningan.

Rara menoleh ke arah kiri, tapi Baekhyun masih sibuk mengetik sesuatu di layar ponselnya. Ia tidak berniat mendongakkan kepala apalagi menoleh ke arahnya.

"Hm, iya Kak. Lo pulang aja."

"Dih, mentang-mentang Kai udah mau dateng, gue diusir."

"Eh, nggak. Bukan gitu maksudnya Kak. Gue nggak bermaksud ngusir lo, tapi itu... ng... gue nggak mau ngerepotin lo."

Kali ini Baekhyun berhenti bermain ponsel dan menatap Rara dengan kening mengernyit. Laki-laki itu menatap Rara dengan jeda waktu cukup lama. Lalu, sebuah kalimat meluncur dari mulutnya. "Ternyata lo nggak sejutek yang gue bayangkan."

"Eh?"

Baekhyun mengalihkan pandangannya jadi lurus ke depan, memandang apa pun yang ada di hadapannya sekarang. "Jujur aja, pas tau Kai deket sama lo, gue seolah menentang Ra." Laki-laki itu berhenti sejenak untuk menarik napas. "Gue nggak suka kesan pertama ketemu lo. Meskipun lo adek tingkat gue, tapi lo jutek. Dan gue nggak suka sama orang jutek."

Move; Good Bye [KJI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang