--15--

983 152 42
                                    

Rara's PoV


"Ini jadi rapat nggak sih?" gue yang akhirnya sudah menunggu sekitar 15 menit pun ngedumel sendiri. Gue benci banget ketika rapat harus molor-molor karena anggota yang nggak disiplin waktu. Please deh, waktu gue 15 menit ini terbuang sia-sia gitu. 15 menit bisa gue pake tidur bentar padahal. Tangan gue masih terlipat di depan dada sambil mengernyitkan dahi kesal. Kalau sampai 5 menit lagi rapat belum dimulai, gue benar-benar memutuskan untuk pulang.

Titik.

Tidak banyak yang gue lakukan sambil menunggu rapat dimulai. Beberapa teman gue banyak yang sibuk bergosip lalu cekikikan. Kebanyakan mahasiswa laki-laki sibuk dengan ponsel dan game-nya. Tapi, ada juga sih yang diskusi perihal event yang akan kami bahas nanti. Sementara gue sendirian, duduk bersandar ke tembok, menekuk lutut dan melipat tangan di depan dada. Gue menunjukkan raut kesal yang tentu membuat beberapa teman enggan mengajak gue ngobrol.

"Muka lu gue buang ke tempat sampah juga dah. Enek banget gue liatnya."

Seseorang tiba-tiba duduk di samping gue, bersilang kaki.

Gue menoleh malas, lalu menyadari kalau itu adalah Leo. Laki-laki itu menyunggingkan cengiran tak berdosa setelah mengatai muka gue.

"Anak-anak pada ke mana sih? Lama amat. Gue pulang juga dah." Jawab gue sambil mengernyitkan dahi.

"Mau ke mana sih Ra? Malam mingguan juga lu sendiri kan di kosan? Mending di sini."

"Sialan." Gue mengakhiri obrolan dengan Leo. Karena gue yakin kalau diteruskan, emosi gue pasti langsung loncat ke ubun-ubun menanggapi Leo. Dan beruntungnya, dia lagi sependapat sama gue. Alih-alih membalas, Leo malah menggeser posisi duduknya tepat di samping gue dan menyandarkan punggungnya ke tembok.

"Tadi ada yang nyariin lo."

"Siapa?" tanya gue tanpa menoleh ke arah Leo.

"Ital."

"Oh, cewek famous itu?" tanya gue nggak minat. "Yang anak Akuntansi setahun di atas kita?" tanya gue lagi untuk memastikan.

"Emang ada nama Ital lain di kampus kita?"

"Gak tau. Nggak akan ditanya pas sidang ini." Jawab gue malas. Gue mengembuskan napas panjang, lalu kembali memandangi jam tangan yang baru maju 3 menit. Sial, kenapa sih waktu berjalan sangat lama kalau ditunggu?

"Lo ada hubungan apa sih sama Kai?"

"Maksud lo?" kali ini, entah karena terkejut mendengar nama Kak Kai, atau karena harus, akhirnya gue menoleh sepintas ke arah Leo.

"Lo lagi dekat ya sama dia?"

"Gue dekat sama dia sama kayak gue dekat sama lo. Sebatas teman."

"Sama gue, lo mau berteman karena lo sahabatan sama cewek gue. Lah, kalau sama Kai?"

Deg.

Otak gue mendadak ngeblank dan gue kehabisan kata-kata untuk menjawab pertanyaan Leo. Alih-alih menjawab, gue malah mengalihkan tatapan ke mana pun sembari menjilat bibir gue yang terasa kering.

"Are you falling in love, Ra?" pertanyaan Leo dilontarkan dengan suara sedikit keras hingga membuat beberapa mahasiswa menoleh ke arah kami.

Gue malah melayangkan pukulan tanpa ampun ke lengan atasnya, membuat laki-laki itu meringis sampai akhirnya bangkit dan menghindar.

"Siapa cowok sial itu, Ra?" tanya Kak Lay yang lagi sibuk menulis sesuatu.

Move; Good Bye [KJI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang