--13--

998 159 38
                                    

Play song on media first:)


💔  

She denies it. But truth is..., she's falling in love with him.



"Untuk dua orang." Jawab Kak Kai setelah diberikan pertanyaan oleh pramusaji ketika kami masuk. Lalu, dia mengarahkan kami ke meja yang hanya ada dua kursi saling berhadapan, terletak nyaris di sudut ruangan. Kami mengikuti di belakang dengan Kak Kai yang melambatkan langkahnya agar sejajar dengan gue.

"Silakan." Ujar si pramusaji sopan. Lalu, dia memberikan buku menu dan meninggalkan kami berdua untuk memilih pesanannya.

"Terima kasih." Ujar kami bersamaan dan duduk di kursi masing-masing yang berhadapan.

Akhirnya, setelah perjalanan yang cukup menegangkan, gue bisa sampai dengan selamat bareng Kak Kai. kalau boleh nyumpahin, rasanya pengin banget nyumpahin dia. Saking nggak mau gue lepas pelukannya, Kak Kai benar-benar mengendarai dengan kecepatan tinggi.

"Lo masih pusing Ra?" tanyanya sambil tertawa-tawa. Mukanya benar-benar menyebalkan, tatapannya seolah meledek gue habis-habisan.

"Untung jantung gue nggak tertinggal di jalan." Jawab gue ketus.

"Hahaha, santai aja kali Ra. Kinan juga lama-kelamaan malah senang gue bawa kebut-kebutan."

"Kinan?" gue mengernyit sambil menatapnya heran.

"Ah, sori sori. Gue lupa bilang ya, Kinan itu sahabat gue dari SMA. Selain Kinan, gue juga sahabatan sama Baekhyun. Senior lo."

"Ah, Kang Baek?" gue mengangguk-angguk.

"Ya, whatever lah sama panggilan dia."

"Terus, Kak Kinan itu di mana sekarang?"

Senyum cerah Kak Kai mendadak pudar. Binar matanya mendadak redup dan wajahnya berubah murung dalam sekejap. Gue nggak bisa menebak kenapa, tapi, sepertinya ada sesuatu yang terjadi sih di antara mereka. Itu cuma tebakan gue.

"Di London." Jawab Kak Kai setenang mungkin.

"Um, sorry. Gue pikir gue bertanya terlalu jauh."

"Ya... dia pindah ke sana karena mau move on dari seseorang." Lanjut Kak Kai sembari mengabaikan ucapan gue. Dari cara dia menceritakan Kak Kinan, gue bisa menebak kalau ada perasaan tertahan di hatinya. Gue mungkin memang belum pernah jatuh cinta. Pun gue belum pernah merasakan punya pacar. Tapi, untuk melihat sesuatu dari sorot mata seseorang itu keahlian gue.

Meskipun gue sebenarnya adalah orang yang cuek sih, nggak peduli pada keadaan sekitar.

"Biar gue tebak." Kak Kai cepat-cepat mengalihkan pandangannya ke buku menu di meja. Dia bergumam sambil memandangi satu per satu menu. "Lo pasti mau pesan hot chocolate. Benar?" tebaknya sambil menatap gue.

"Kok tau?"

"I know you so well, Ra." Laki-laki itu kembali menyunggingkan senyum lebar, seolah kesedihan beberapa detik lalu hanya becandaan buatnya. "Tebak dong, gue mau pesan apa?"

"Nggak tau ah."

"Ih Ra... tebak dong."

"Hmm, espresso?"

"Ding! Salah. Tebak lagi."

"Americano?"

"Ngaco! Masih salah."

Move; Good Bye [KJI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang