Prolog

54.4K 1.8K 19
                                    

"GUE MAU PUTUS SAMA LO, BILAN!"

Bilan menaikkan satu alisnya. "Putus? Emangnya gue punya salah apa sama lo, Ra?"

"Sebenernya gue gak pernah ke luar negeri. Lo tau karena apa? Gue denger dari temen gue kalo lo itu masih jadi cowok playboy. Gue cuma ngetes lo, kalo gak ada gue, lo mau ngelakuin apa aja." Ira terkekeh kecil. "Dan ternyata, setelah banyak bukti yang gue dapetin, lo itu sama aja. Tetep jadi Bilan yang playboy."

Bahkan Bilan tidak pernah menginjakkan kaki dirumahnya Ira. Ira melarangnya, Bilan juga tidak tahu apa alasannya. Ia juga tidak pernah bertemu dengan keluarganya. Sebenarnya Bilan ingin sekali bertemu orang tua Ira. Tapi ya mau bagaimana lagi jika Ira melarangnya.

"Lo percaya ucapan orang lain?" Ira menganggukkan kepalanya. "Bukti apa aja yang lo dapetin dari orang lain?"

Ira menunjukkan beberapa foto yang ada di ponselnya kepada Bilan. Disana banyak sekali foto Bilan yang sedang bersama beberapa perempuan. "Gimana? Lo puas?"

Bilan tersenyum kecut. "Cewek bukan cuma lo aja, Ra. Masih banyak yang mau sama gue. Dan di foto itu, iya dia pacar gue. Karena gue gak bisa sama lo, Ra."

"Kenapa gak bisa, Lan?" tanya Ira dengan nada yang mulai memelan.

"Lo percaya gak? Kalo waktu itu gue pernah ikutin lo pulang ke rumah. Dan besoknya gue mau jemput lo ke kampus. Tapi apa, bokap nyokap lo usir gue. Ternyata mereka pernah liat gue lagi tawuran, Ra. Dan mereka gak mau kalo anaknya pacaran sama anak brandalan kaya gue. Bonyok lo ngancem gue, kalo gue ga putusin lo, gue bakal di laporin ke polisi. Sebenernya gue mau-mau aja di laporin, tapi gue takut, gue takut lo malu punya pacar kaya gue. Dan gue takut lo jadi bahan ejekan orang lain.

"Jadi kalo lo mau minta putus, gue malah seneng. Lo aman dari orang tua lo, Ra. Gue harap lo bisa ketemu sama cowok yang bonyok lo inginkan, gak kaya gue," lanjutnya.

Ira meneteskan air matanya. Ia tidak habis pikir dengan kedua orang tuanya. Pantas saja tiba-tiba Ira dilarang berpacaran. Karena itu, Ira jadi memutuskan untuk menyembunyikan hubungannya. Itu juga sebuah alasan mengapa Ira melarang Bilan menginjakkan kaki di rumahnya. Ia takut Bilan kenapa-napa. Tapi Ira benar-benar mencintainya.

"Kenapa lo gak bilang ke gue, Lan? Pantes aja tiba-tiba ortu gue larang buat pacaran. Karena alasannya itu? Kenapa lo gak bilang?"

"Ra, Jangan sampe lo benci kedua orang tua lo. Mereka ngelakuin itu, supaya anaknya baik-baik aja. Supaya lo dapet yang lebih baik dari gue. Maaf, maaf karena ulah gue lo jadi dilarang orang tua lo buat pacaran. Menurut gue, sekarang tugas lo ikutin apa yang orang tua lo minta. Jangan bantah mereka, percaya deh orang tua lo pengen yang terbaik untuk anaknya. Gue harap kita masih bisa menjadi teman. Walaupun kita udah putus."

Ira memeluk Bilan erat. Bilan juga membalas pelukannya. Ia mengusap rambut Ira dengan lembut. Ira terus saja menangis di pelukan Bilan. Ia benar-benar mencintai Bilan. Tapi takdir tidak menyetujuinya. Ira hanya bisa berdoa agar Bilan menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

"Gue sayang lo, Lan. Gue cinta lo. Kenapa kita harus putus? Kita kan bisa nyembunyiin hubungan kita dari orang tua gue," ucap Ira di sela-sela pelukannya.

Bilan melonggarkan pelukannya. Lalu ia tersenyum. Mengecup kening Ira lumayan lama. Bilan juga menyayanginya. Tapi kalau berurusan dengan orang tua, Bilan tidak mau membantah. Apalagi ini orang tua Ira.

Bilan melepaskan pelukannya. "Kita gak bisa sama-sama, Ra. Gue bukannya nyerah. Tapi gue juga pengen lepasin lo. Supaya lo dapet cowok yang lebih baik dari gue."

"Kenapa sih lo gak berjuang buat gue? Kenapa lo gak bujuk orang tua gue? Lo berjuang dong, Lan. Lo kan cowok," pinta Ira.

"Gak semudah itu, Ra, buat orang tua lo izinin kita pacaran. Kesalahan gue dimata orang tua lo itu cukup besar. Gue tawuran. Itu pasti hal menyeramkan buat orang tua lo," ucap Bilan

"Ngomong aja kalo emang pada dasarnya lo gak mau berjuang buat gue. Kita gak direstuin buat pacaran tapi lo gunain ini buat kesempatan cari cewek lain kan?" Bilan menganggukkan kepalanya mendengar tuduhan tersebut.

"Lo brengsek! Gue kecewa sama lo."

***

Trimakasih yang udah baca. Semoga suka sama cerita ini. Maaf belum bisa menulis dengan benar, maaf juga kalo cerita ini ga sesuai harapan para pembaca. Karena ini permulaan untuk aku. Dan baru banget belajar nulis kaya gini. Jadi maaf kalo masih acak-acakan atau alurnya ga jelas.

Tunggu part selanjutnya yah manteman.

Jangan lupa di vote and comment

BILAN [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang