B-35

7.7K 369 3
                                    

Benar saja, Ayah Nita tidak main-main dengan omongannya. Sekarang ini, Nita sedang berada di dalam mobil. Duduk bersampingan dengan orang yang ditunjuk menjadi pacar oleh kedua orang tuanya. Jauh di lubuk hati paling dalam, Nita kecewa dengan kedua orang tuanya. Bukannya mereka melarang Nita untuk berpacaran? Tapi kenapa sekarang mengizinkannya tanpa alasan. Dan ketika diizinkan untuk berpacaran, ia berpacaran dengan orang yang tidak ia cintai.

"Karena sekarang lo adalah pacar gue, mulai dari pergi sekolah, jam istirahat, dan pulang sekolah lo harus sama gue. Jangan sama cowok lain, karena gue bakal cemburu sama cowok itu. Apalagi kalo gue liat lo sama anak pungut"

Nita mengernyitkan dahinya mendengar kata anak pungut. Yang tadinya sedang melihat jalanan di luar, sekarang Nita memperhatikan orang yang berada disampingnya"Anak pungut? Maksud kakak siapa?"

Dika berdecak kesal"Masa lo gak tau sih? Itu temen sekelas lo. Yang bandelnya kebangetan. Sekarang sih gak bandel-bandel amat. Tobat kali"

"Bilan?"

Dika melirik sekilas Nita lalu mengangguk"Iya, siapa lagi kalo bukan dia"

Nita mendengus kesal"Jangan kaya gitu sama orang, kak. Dia emang nakal, tapi dia kaya gitu juga punya alasannya. Menurut aku, dia orangnya baik. Kebanyakan orang-orang mandang dia dengan sebelah mata. Dan hanya menilai dari luarnya aja, tanpa mengetahui dalemnya"

"Lo udah disakitin, tapi masih aja belain dia depan gue. Lo suka dia?"

Nita menggeleng cepat"E-engga. Aku gak suka dia"

Dika tersenyum puas"Bagus. Lo jangan suka dia. Karena lo bakal di sia-siain sama dia. Buktinya dia lebih pilih Nats dari pada lo. Berarti lo gak ada apa-apanya di mata dia. Dia orangnya dari dulu emang gitu. Mainin perasaan cewek. Dia playboy. Jangan mau kenal sama dia"

                                ***

Setelah membuka matanya, Bilan masih mengingat-ingat lagi kalau ia sedang berada di tempat yang baru pertama kalinya ia pijak. Setelah semua kesadarannya terkumpul, ia baru ingat bahwa sekarang ia sudah memiliki keluarga. Keluarga kandung, bukan angkat.

Bilan merubah posisinya menjadi duduk lalu menyibak selimut yang ia kenakan. Ia melihat ada seragam sekolah di tepi ranjangnya, entah punya siapa. Ketika Bilan menengok ke sebelah kanan, ia melihat ada satu piring nasi goreng dan satu gelas susu putih yang berada di atas nakas.

Saat Bilan akan beranjak dari duduknya, tiba-tiba pintu kamar terbuka. Menampilkan beberapa orang yang sedang berdiri menatapnya. Bilan menduga, bahwa mereka semua adalah keluarganya. Tapi, yang ia bingung, kenapa ada anak laki-laki. Bukankah neneknya membenci anak laki-laki? Semua orang itu masuk ke dalam kamar yang di tempati oleh Bilan dan duduk di kursi yang dekat dengan ranjangnya. Kecuali cowok yang masih muda tapi lebih tua dari pada Bilan.

"Assalamualaikum. Selamat pagi wahai adik baruku, semoga Allah memberikan keberkahan dan kebahagiaan untuk kita semua. Aamiin" Ucap cowok yang memiliki badan tinggi itu lalu duduk di samping Bilan. Bilan yakin bahwa umurnya lebih tua darinya. Tapi, bagaimana bisa, katanya neneknya membenci anak laki-laki, dan sekarang malah ada anak laki-laki yang lebih tua darinya. Ah, Bilan jadi bingung sendiri.

"Ini kakak balu nya Salah? Ko lebih ganteng dari kak Blyan?" Sahut gadis kecil yang ada di pangkuan wanita paruh baya.

"Nama kakak Bryan, Sarah! Bukan Blyan" Ralat Bryan.

"Kamu udah bangun sayang? Kamu kemarin kecapean banget yah? Dari tadi mama bangunin gak bangun-bangun. Jadinya, mama taro aja sarapan sama seragam sekolahnya. Gimana tidurnya, nyenyak? Apa kamu digigit nyamuk? Tapi, mamah udah semprot baygon ko semalem" Ujar wanita paruh baya itu.

BILAN [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang