B-17

9.3K 460 9
                                    

"Bil, buat apaan sih beli banyak-banyak buku cerita? Kalo buat lo sih gak mungkin. Masa iya badboy plus playboy baca bukunya tentang inces-inces"

"Gue tobat jadi playboy saat ketemu lo"

Nita membulatkan matanya saat mendengar jawaban Bilan, hampir saja ia akan menjatuhkan buku-buku yang sedang ia pegang. Bilan mencari-cari buku yang menarik lalu mengambilnya dan memberikan kepada Nita tanpa menoleh kearah Nita. Ia masih tetap fokus mencari buku cerita yang menarik lagi.

"Gila nih anak"

Bilan memberikan satu lagi buku kepada Nita. Lalu menoleh ke Nita yang sedang memasang wajah kesal"Nih satu lagi. Bawain ya, gue tunggu di kasir"

"Lo harus inget satu hal, Danita Faranisa. Mulai sekarang gue udah berubah profesi, dari seorang murid menjadi babu. Masih mending babu di gaji, lah ini? dapet apaan? dapet keselnya doang. Dasar cowok gak punya hati!" Cibir Nita.

"Woy, gue denger ya!"

                                  ***

Bilan mengajak Nita ke tempat yang ramai. Sekarang mereka sedang berada di kolong jembatan. Nita tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh Bilan di tempat ini. Tempat yang kumuh, banyak sekali sampah yang menumpuk disana, tapi Nita melihat beberapa anak yang tinggal disana.

"Lo ngajak gue kesini karena mau nemuin mereka?"

Bilan mengangguk sambil tersenyum. Nita tertegun dengan perilaku Bilan. Setau Nita, Bilan adalah cowok berandalan, playboy, badboy, ia malas belajar, dan masih banyak lagi sisi buruk Bilan. Tapi disisi lain, Nita melihat sosok Bilan yang berbeda. Ia tidak memandang siapa orang yang ia perdulikan.

Akhirnya Bilan dan Nita sampai di hadapan mereka, mereka berdua tersenyum manis saat sudah berada disana"Hai, pangelan datang nih!"

Refleks mereka memberhentikan kegiatannya dan menoleh ke arah sumber suara. Mata mereka berbinar. Betapa bahagianya mereka melihat sosok yang selalu hadir untuk menghiburnya.

"Kak Bilan?!" Pekik mereka bersamaan.

"Lani kangen banget ama kakak. Kakak ko jalang ke sini?"

Bilan berjongkok di hadapan Rani untuk menyamakan tingginya"Emang udah lama banget ya kakak gak kesini? Rani kangen gak sama Kak Bilan?"

Rani memeluk Bilan dan Bilan pun membalasnya sambil mengusap rambut Rani"Lani kangen banget ama kakak tau"

Bilan melepaskan pelukannya lalu tersenyum"Maafin pangelan deh. Pangelannya lagi sibuk di sekolah. Kapan-kapan kita main kaya biasanya. Oke?"

"Oke deh"

Bilan berdiri lalu tatapannya beralih kepada Nita"Senyum kek. Kalo senyum kan tambah cantik"

"Gue dari tadi senyum kali. Lo nya aja yang gak liat" Nita menjawab dengan suara pelan.

"Iya lah lo senyum karna lo gak nyangka kan kalo gue bae kek gini?"

"Gak. Lo gak baik. Lo udah nyiksa gue lahir batin dari tadi"

"Sama-sama, sayang"

Nita sontak membulatkan matanya. Sayang? Oh no. Entah untuk yang ke berapa kalinya Nita mengingatkan diri sendiri untuk tidak menyukai Bilan. 'Inget, Nit. Dia pacar Kak Githa' kalimat itu seakan sudah menjadi mantra yang selalu Nita ingat dan Nita katakan di saat sedang sendirian. Apalagi Bilan yang selalu mengganggu lebih tepatnya menggoda Nita di setiap saat.

Saat sedang duduk sebangku di kelas. Tiada hari tanpa berdebat antara kedua orang itu, dan Nita malah merasa... Nyaman. Di malam hari Bilan selalu menelponnya hanya untuk mengganggu Nita atau menakut-nakuti Nita dengan bicara yang aneh-aneh.

BILAN [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang