B-13

10.4K 466 3
                                    

"Hel, Azni mana?" Tanya Nita yang baru saja datang ke kelas dan tidak menemukan satu temannya itu.

Helen tidak menjawab. Nita mengusap bahu Helen saat menangkap raut wajah sedih dari wajah Helen"Eh Hel, lo cerita dong. Gue jadi bingung masalah lo apa kalo lo malah diem kaya gini"

Perlahan Helen menatap Nita yang sudah duduk di sampingnya"Tadi pagi gue dapet kabar, kalo Azni sekolahnya pindah ke luar negeri. Mendadak banget kan?"

"Azni pindah? Tapi kenapa?"

"Kata dia, papanya ada kerjaan disana dan gak bisa ditolak. Jadi terpaksa Azni ikut papanya karena gak punya siapa-siapa lagi disini. Gue sedih, nanti gue duduk sendirian dong"

"Gue mau duduk sama lo ko. Kalo lo gak keberatan"

"Tapi gue yang keberatan" Sahut seseorang yang baru saja datang dengan tampang so. Penampilan yang sangat tidak patut dicontoh. Rambut acak-acakan, seragam dikeluarkan dengan dua kancing atas dibuka tanpa memakai dasi, sepatu bukan berwarna hitam. Sama seperti orang-orang yang ada dibelakangnya. Siapa lagi kalo bukan Regan dan Aldi.

"Kenapa lo keberatan? Hak gue dong mau duduk sama siapa aja" Protes Nita kesal.

Bilan duduk di depan bangku Helen. Ia tersenyum jahil" Lo harus inget kesepakatan kita. Kalo lo pindah tempat duduk, kita mau ngejalanin kesepakatannya gimana? Lo jangan coba-coba ngehindar dari kesepakatan ini, karena lo yang buat juga kan?"

Helen yang dibuat bingung akhirnya bertanya"Emangnya kesepakatan apa, Nit?"

"Udah deh yang lagi sedih mah sedih aja" Sahut Regan.

"Sedih kenapa? Eh, abis nangis kan lo? Itu idung merah gitu, kaya badut yang suka dateng ke acara pernikahan anak-anak aja"

Dengan entengnya Regan menoyor kepala Aldi"Ulang tahun bego. Mana ada pernikahan anak-anak!"

"Iye maap. Gue emang selalu salah"

"Heh, denger ya. Gue nangis itu karena kalian!

"Ko kita?" Tanya Aldi tidak terima.

Bilan dan Nita hanya menonton aksi perdepatan antara Helen dan Aldi. Karena itu memang kebiasaan mereka setiap bertemu. Aldinya tengil, Helen nya emosian kalo digoda.

"Iya, karna kalian. Karena kalian, gue harus sekelas lagi sama lo lo pada untuk yang kedua kalinya. Gue kesel!"

"Halah, kesel, kesel. Bilang aja seneng karena sekelas lagi sama cogan. Iya kan?" Ujar Aldi dengan memasang muka jahil.

"Seneng dari mananya? Gue menderita sekelas sama lo!"

"Becanda kali, Hel. Lo mah dibawa serius. Oh, atau lo mau gue seriusin?"

"Gue serius sama lo?" Tanya Helen sambil menunjuk Aldi"Males banget" Lanjutnya sambil memasang wajah kesal.

"Emangnya gue mau serius sama lo? Ogah. Gue juga pilih-pilih kali"

"Dasar cowok so ganteng" Cibir Helen.

"Gue emang ganteng kali. Lo nya aja yang buta gak bisa liat cogan"

"Brisik!" Ujar Nita kesal sambil berdiri lalu duduk di bangkunya sendiri. Sejak pergi ke sekolah mood Nita sedang hancur karena biasalah rasanya lagi PMS kaya gimana. Dan sekarang mood nya tambah hancur lagi dengan perdebatan mereka berdua.

Perlahan indra penglihatan Nita menjadi buram dan semakin gelap. Akhirnya Nita mulai hilang kesadaran.

Refleks orang-orang yang sedang berada di kelas menoleh ke bangku Nita. Semua memasang wajah kaget, dan Bilan... panik. Dengan cepat Bilan menghampiri Nita.

"Eh, Lan. Bawa UKS aja!" Teriak Regan.

"Woy Bilan, cepetan bawa Nita ke UKS! Pantes aja lo gak naik kelas, yang kek ginian aja lo malah diem. Ya udah sini biar gue yang gendong" Sahut Aldi gemas ketika melihat Bilan hanya diam memandang Nita. Bilan berdecak kesal mendengar kedua temannya seperti itu, padahal ia sedang memastikan Nita beneran pingsan atau bohongan. Haha dasar Bilan.

Bilan memang pernah tidak naik kelas. Regan, Aldi, juga Helen seharusnya adalah adik kelas Bilan. Tapi saat akan menuju kelas dua belas, Bilan tidak naik. Jadi Bilan harus belajar lagi di kelas sebelas, dan berakhir seangkatan bersama Regan, Aldi, Helen, juga Nita.

                                ***

"Mah, Bagas gak papa ko di rumah sendiri. Kan ada Bi Sarah yang bisa jagain Bagas"

"Engga papa ko sayang. Mama sama papa cuma cuty satu hari, gak lama. Mama pingin pantau kesehatan kamu aja" Jawab Nuri sambil mengelus rambut Bagas.

"Mah, Bagas mau tanya"

"Tanya apa?"

Bagas bangun dari tidurnya lalu menyenderkan tubuhnya di senderan kasur"Kalo boleh tau, sebenernya Kak Bilan itu kakak kandung Bagas atau bukan?"

"Sebenernya Bilan bukan kakak kandung kamu, juga bukan anak kandung mama dan papa" Kata Nuri sambil tersenyum getir.

"Jadi di rumah ini gak ada yang sedarah daging sama kak Bilan?" Tanya Bagas penasaran.

Nuri menggeleng lemah"Gak ada. Sebenernya mama bukan istri pertama, tapi mama istri kedua papa"Jeda sejenak. Nuri memandang jendela sembari menerawang"Dulu, istri papa ke satu gak bisa mengaruniai anak. Dia gak akan pernah bisa mempunyai anak. Mereka mengambil keputusan buat mengadopsi anak. Dan mereka memilih Bilan, karena kakak kamu adalah anak yang dibuang. Mereka tertarik kepada Bilan sejak bayi, dan akhirnya mereka membawa ke rumah. Namun sayang, istri papa pertama sudah meninggal sejak Bilan umur satu tahun, dia mengidap penyakit kanker rahim. Dan akhirnya papa bertemu dengan mama, kita menikah dan mama bisa mengaruniai anak, yaitu kamu"

"Kak Bilan udah tau itu semua?"

Nuri lagi-lagi menggeleng"Enggak, kakak kamu belum tau itu semua. Mama gak tega kasih taunya. Mama takut Bilan marah terus ninggalin kita. Bilan kasian, dia gam punya siapa-siapa. Sampai sekarang orang tuanya gak ada kabar sama sekali"

"Apa boleh Bagas kasih tau semua ini ke kakak?"

                                 ***

Ngemeng-ngemeng––ehh ngomong-ngomong Nita kenapa hayo sampe kek gitu? Nanti juga tau,makannya terus baca cerita Bilan.Wkwkwk.

Tapi kasian juga yah Bilan.Mereka tinggal satu rumah tapi ga ada yng sedarah daging.Coba bayangin kalo kalian ada di posisi Bilan,sedih kan?Kalo aku sih yes.Itu pasti sakit banget njir:'(

Yaudah biar aku ga sedih jangan lupa di Vomment.Hohoho.

MayangS

BILAN [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang