B-37

7.2K 365 9
                                    

Sesudah pemakaman terlaksana, Bilan hanya bisa mengusap batu nisan yang menancap di tanah. Mengusapnya dengan lembut. Karena terlalu sibuk memperhatikan batu nisan, Bilan sampai tak mendengar orang-orang yang mengucapkan turut berduka cita. Sampai orang-orang itu pergi meninggalkan pemakaman. Dan hanya tersisa tiga orang. Tak lain adalah Boy, Nats, dan Ayah Nats.

"Bilan, apa keputusan kamu?"

Mendengar ada seseorang yang bertanya seperti itu, Bilan mendongak. Ia menepis tangan Nats yang akan memegang tangannya dengan kasar. Bilan berdiri, menatap papa angkatnya dengan tajam. Setelah itu ia menatap Nats yang ada di belakangnya, lalu menatap Ayah Nats dengan wajah datar. Beralih menatap batu nisan ibu angkatnya.

"Bilan gak pilih dua-duanya"

Boy mengangkat satu alisnya"Oh, ya? Atau kamu punya orang tua cadangan? Jadi kamu tinggal bersama mereka?"

Bilan tersenyum sinis"Mana ada orang tua cadangan"

Nats mengusap bahu Bilan, tapi tak lama, Bilan menepisnya. Nats hanya tersenyum diperlakukan seperti itu, lalu berkata"Udah lah, Lan. Gue tau lo gak mau tunangan sama gue. Makannya, lo tinggal sama Om Boy. Jadi, lo bisa bebas tentuin siapa yang pantes buat lo"

Mendengar ucapan yang keluar dari mulut Nats, Bilan segera menoleh. Dahinya ia kerutkan, bertanda bingung"Ini pasti ada rencana lain kan? Secara, kalian itu orangnya licik"

"Tinggal aja sama Om Boy. Kenapa gak mau sih?"

"Bilan gam pilih keduanya. Kalo apartemen mau dijual, bilang aja ke tante"

Usai mengatakan itu, Bilan melangkahkan kakinya untuk keluar dari pemakaman. Ia tidak mendengar papa angkatnya yang sudah teriak-teriak memanggil namanya. Bilan yakin, di balik ini semua pasti ada rencana lain. Karena menentukan diantara pilihan itu semua, tidak semudah yang dibayangkan.

                                ***

Pagi sudah berganti menjadi siang, murid-murid sudah berbondong-bondong untuk pulang. Karena itu lah yang ditunggu-tunggu bagi sebagian murid yang malas berlama-lama berada di kelas. Dan sekarang, Nita sedang berjalan menyusuri koridor bersama Helen. Niatnya, mereka akan pergi ke toko buku. Pastinya, untuk membeli buku. Tapi yang akan membeli hanya Nita, Helen hanya menemaninya saja, karena ia tidak suka membeli atau membaca buku-buku novel.

Langkah mereka terhenti saat mendengar ada yang memanggil namanya, mereka bertukar pandang, lalu membalikkan badannya bersamaan agar bisa bertatap muka dengan orang yang sudah memanggilnya.

"Nita! Helen!"

Helen berdecak kesal melihat siapa yang memanggilnya"Apaan sih?!"

Kedua laki-laki itu akhirnya sudah berada di depan Nita dan Helen. Napas nya tersenggal-senggal karena sudah berlarian. Tak lama, Regan berbicara."Kalian harus ikut kita"

"Ikut? Kemana?" Tanya Nita.

"Ke rumah lo. Gue mau lamar lo" Sahut Aldi.

Ketika mereka berdua baru saja akan membuka mulut untuk menyahut, dengan cepat Regan segera menarik tangan Nita, sedangkan Aldi menarik tangan Helen. Mereka berdua sempat berontak karena ingin tahu akan dibawa kemana. Tapi kedua laki-laki itu malah terus menyeretnya. Dan karena terlalu sibuk berdebat sambil jalan dan tidak melihat ke depan, Regan menubruk seseorang. Mereka segera menghentikan aksi seret-menyeretnya.

"Nah, kebetulan ada kalian. Ibu mau tanya, hari ini Bilan masuk sekolah gak? Semalem dia gak pulang"

Dan ini juga kebetulan, Nita bisa menanyakan pertanyaan yang dari kemarin ada di pikirannya"Ibu siapanya Bilan? Maksudnya gak pulang ke rumah itu apa?"

BILAN [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang