19

5.4K 399 54
                                    

Brukk

Jiiiiitttttt---

Tiiiinnnn~

"(Y/N)!!!"

========

-------

"(Y/N)!!!"Aku mencoba membuka mataku yang terasa sangat berat. Setelah beberapa kali mencoba aku akhirnya bisa melihat samar-samar. Putih, putih, semua serba putih.

"(Y/n)"

Aku mengarahkan iris mataku ke sumber suara.

"Oppa"

Baekhyun tersenyum sambil mengusap rambutku.

"Eottae? Eoddi appo? (Bagaimana? Dimana yang sakit?)", tanya Baekhyun lembut.

Sejenak aku memcoba mengingat kejadian sebelumnya. Meskipun samar, aku ingat aku terdorong dan sebuah mobil menuju kearahku.

"Syukurlah, mobil mengerem tepat waktu." Kata Baekhyun.

Dahiku berkerut mendengar perkataan Baekhyun. Saat itu juga aku menyadari ada perban yang membalut kepalaku. Reflek aku memegangnya.

"Ini?" Seolah aku meminta penjelasan. Aku kesulitan mengingat.

"Kata dokter kau terbentur cukup keras saat jatuh. Aku sangat khawatir kau tidak bisa mengingatku. Kata dokter kau bisa saja hilang ingatan. Syukurlah kau langsung memanggil namaku saat melihatku." Baekhyun meremas tanganku kemudian menciumnya.

"Aku tidak ingin melupakanmu, oppa." Kataku.

"Aku mencintaimu". Kata Baekhyun, tersenyum padaku sambil menempelkan tanganku dipipinya.

"Na ddo saranghae", sahutku. Aku sangat beruntung manusia yang seperti dewa ini mencintaiku. Diantara jutaan wanita yang menginginkannya. Dia menginginkanku.

"Selamat malam", dokter masuk setelah membuka pintu.

"Selamat malam dokter." Jawab Baekhyun. Hanya ada aku dan Baekhyun dikamar ini.

"Bagaimana perasaanmu? Apa kau mengeluhkan sesuatu?" Tanya dokter sambil melihat jalannya cairan infus.

"Semuanya terasa baik, kecuali ini." Aku menunjuk lilitan perban dikepalaku. "Tidak sakit, tapi aku tidak suka karena mengganjal." Protesku, rasanya tidak nyaman.

Dokter tersenyum, "Besok pagi akan kulepas dan kau bisa pulang."

"Lihat! Besok kau bisa pulang," kata Baekhyun, dia terlihat sangat senang. "Dan berjanjilah tidak akan lagi datang kesini." Ancamnya dengan menyentil hidungku.

"Ummm..." Aku memukul tangan Baekhyun, dia meringis pura-pura sakit.

"Kalian sangat serasi." Kata dokter tersenyum. Baekhyun terkikik dan aku tersipu. "Aku pamit, sampai besok. Beristirahatlah." Pesan dokter kemudian keluar kamar.

---

Keesokan harinya aku benar-benar diperbolekan pulang. Aku pulang dengan Hana unnie karena Exo dan manager ada jadwal.

"Istirahatlah." Kata Hana unnie setelah mengantarku ke kamar Baekhyun. "Aku akan pergi, kau tidak apa kan, sendiri?"

"Gwaenchana, tapi... Unnie, kenapa tidak ada yang ingin memberitahuku siapa yang mendorongku? Kau juga tidak menjawab tadi waktu dijalan." Tanyaku. Baekhyun kemarin juga sama sekali tidak membahasnya. Apa dia tidak marah pada orang yang sudah mencelakaiku?

"Em...", Hana unnie seperti kesusahan menjelaskan.

Drrrtt... Drrttt

"Ya...?" Hana unnie mengangkat panggilan "Baiklah, aku sudah akan berangkat." Hana unnie memutus panggilan. "Aku harus segera kesana." Kali ini Hana unnie berbicara padaku.

Oppa (Byun Baekhyun) [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang