29 #1

3.1K 262 11
                                    

Deru suara mobil mengiringi perjalananku dan Baekhyun dari tempat yang tak akan pernah aku lupakan sepanjang sisa hidupku nanti. Tempat Baekhyun dengan resmi memintaku menikah dengannya. Jika sebelumnya dia terus-menerus berkata akan menikahiku, tapi tadi itu seperti dia benar-benar membuatku yakin jika kita akan menikah.

Aku memandangi cincin yang tadi Baekhyun sematkan dijari manisku, sangat cantik dan berkilau. Membuat senyumku terus terulas.

"Sudah memandanginya chagi... Cincin itu tidak akan meninggalkan jarimu, jadi berhentilah mengawasinya." Kata Baekhyun yang terdengar seperti sedang memprotes karena aku sedari tadi menolak tanganku digenggam olehnya. Aku terus menerus memandangi dan sesekali memainkan cincin ini, hingga tidak rela tanganku dikekang Baekhyun.

"Aku mengagumi cincin ini oppa, bukan mengawasi."

"Berhentilah apapun itu dan kemarikan tanganmu." Kata Baekhyun sedikit dingin.

Aku mendengus dan memberikan tanganku untuk digenggamnya. Baekhyun sekarang mempunyai kebiasaan baru, menggenggam tangan saat menyetir. Dia tidak mengindahkan kata-kataku kalau itu berbahaya.

Baekhyun terkekeh melihatku menurut. "Begini lebih baik kan?"

"Ya... Ya..." Jawabku malas.

Jalanan sudah sedikit sepi. Aku beberapa kali saja melihat mobil berpapasan dengan mobil Baekhyun. Aku heran, harusnya jalanan masih ramai. Ini Seoul, bukan pedesaan. Tiba-tiba aku menyadari sesuatu.

"Oppa.. Ini bukan jalan pulang kan?"

"Ini jalan pulang." Jawab Baekhyun enteng.

Bukan. Ini bukan. Jangan bilang dia akan menculikku dan langsung menikahiku tanpa orangtua dan sahabat-sahabatku, pikirku langsung panik.

"Pulang ke Bucheon."

Bucheon? Tunggu... Bu–cheon? Sedikit familiar. Ah!

"Oppa!!" Aku membelalak saat tahu mobil ini menuju rumah Baekhyun. Tempat dimana keluarganya tinggal.

"Tenang Chagi... Ibukku terus memintaku membawamu.. Aku bisa apa?" Baekhyun tanpa dosa menambah kecepatan mobil. Membuatku bertemu dengan keluarganya. Dan satu hal, aku tidak membawa sesuatu untuk mereka. 'Calon menantu macam apa aku ini!' Calon menantu?? Batinku membuatku merona sendiri. Bodoh.

--

Disinilah aku sekarang. Berubah seperti batu saat berhadapan dengan orangtua Baekhyun. Ralat, orangtua dan neneknya.

"Cucu menantu Kim." Nenek Baekhyun berbicara dengan raut yang sangat bahagia. Tapi entahlah, kalimatnya membuatku bertanya-tanya.

"Eomma.. dia bukan, dia (y/n)." Eomma Baekhyun membenarkan.

Aku hanya bisa meringis bingung.

"Eommonim tolong jangan membuat (y/n)sshi merasa tidak nyaman." Appa Baekhyun membelaku. Aku malah merasa bersalah pada nenek Baekhyun yang terlihat sudah tua.

"Halmoni.. Ini (y/n), bukan Kim. Ne?" Baekhyun berbicara disamping neneknya sambil mengelus tangan neneknya. Sangat manis hingga membuatku tersenyum.

"Ah... Kenapa jadi canggung sekali. Nak.. Apa kau tadi sudah makan? Eomma menyiapkan makan malam untuk kita..." Eomma Byun berdiri setelah melihatku tersenyum.

"Ya.. Sebaiknya kita makan dulu." Appa Byun terlihat berwibawa. Aku yakin karisma dan wibawa Baekhyun oppa berasal darinya.

"Eomma, Appa... Sebenarnya kita sudah ma-" Baekhyun menghentikan kalimatnya ketika aku melotot padanya. Bisa-bisanya dia mau menghancurkan persiapan ayah dan ibunya. Pasti ibunya sudah lelah menyiapkan makanan.

Oppa (Byun Baekhyun) [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang