29 #2

3.1K 276 20
                                    

Baekhyun tidak membalas pesanku meskipun dia sudah membacanya. Aku juga tidak mengirim pesan lain. Aku merasa lebih baik diam dulu seperti ini.

"Kita makan dulu ya, aku sangat lapar." Jihoon memberhentikan mobilnya di depan sebuah restaurant Jepang.

Aku tidak bisa menolak karena Jihoon sudah parkir dan kini dia keluar dari mobil. Sebenarnya aku ingin cepat pulang.

"Kau pesan apa?" Tanyaku pada Jihoon yang mengajakku duduk di pinggir.

"Kau ini... Ini kan tempat susshi."

Aku mengangguk-angguk. Susshi ya.. Aku tidak bisa makan daging mentah. "Tidak ada ramen?"

"Tidak ada."

Aku pasrah dan kembali mengalihkan atensiku ke layar ponsel. Baekhyun sedang marah sepertinya, dan itu merusak moodku untuk melakukan apapun.

"Hoon-ah."

"Um?" Jihoon menggumam sambil menata pesanan yang datang. Mendekatkan minumanku padaku, dan menggeser piring besar susshi ke tengah.

"Apa kau tahu kalau Baekhyun sekarang sedang-"

"Berkencan. Ya aku tahu. Sekarang makanlah." Jihoon memotong kalimatku dan memberiku sumpit. "Jangan bicara saat makan. Kau semakin kurus."

Aku mendengus menerima sumpit dari Jihoon.

"Kau tahu tidak siapa wanitanya?" Tanyaku penasaran. Apa dia tahu?

Jihoon menggeleng karena mulutnya penuh. Dia mengambil sepotong susshi dan menyodorkannya kedepan mulutku. Aku menggeleng dan mengambil sendiri kemudian memakannya. Aku mengernyit merasakan rasa amis dan buru-buru menelannya.

"Hoon-ah." Panggilku namun segera dihadiahi tatapan tajam karena aku masih saja berbicara. 'Aku harus bilang pada Jihoon. Harus.' "Itu aku.. Wanita yang bersama Baekhyun."

Brussh!

"Uhuk..uhuk!" Jihoon menepuk dadanya dan segera minum. "Eeiii... Mana mungkin kau it-" kalimatnya berhenti saat aku menunjukkan sebuah cincin yang ada dijariku.

--

Jihoon mengantarku pulang, kali ini aku memintanya mengantarku pulang ke dorm Exo tanpa beralasan lagi tentunya. Karena Jihoon sudah tahu aku menjalin hubungan dengan Baekhyun.

Sepanjang jalan Jihoon mendebatku dan mengomel karena aku menyembunyikan semua ini darinya. Aku sendiri hanya bisa sesekali membela diriku. Meskipun Jihoon marah, Jihoon bilang ini melegakan. Karena jika aku tidak mengatakannya mungkin dia akan menaruh hati padaku. Aku sempat kaget, tetapi aku maklum karena aku dan Jihoon akhir-akhir ini memang dekat.

"Sudah sampai." Jihoon memarkir mobilnya didepan gedung tempat dorm Exo berada. "Dia tidak marah kau jalan denganku?" Tanya Jihoon saat aku sedang membuka seatbelt ku.

"Dia tidak membalas pesanku dari pagi karena aku lupa memberitahunya aku pergi denganmu." Aku membuka pintu untuk keluar.

"Kau! Bagaimana kalau dia membenciku? Aku pasti disebut perebut wanitanya."

"Haha.. Aku akan membelamu." Aku menutup pintu mobil.

"Tidak usah, nanti dia tambah membenciku."

"Jihoon-ah." Aku melongok kedalam mobil melalui jendela. "Gumawo"

Jihoon tersenyum, "Tentu, oh iya (y/n)! kau yang jangan berubah. Ok!"

"Um." Aku mengangguk.

--

"Oh (y/n)... Aku merindukanmu.. " Sehun menutup pintu dan melebarkan tangannya minta pelukan.

Aku yang tidak ingin perang dunia semakin memanas berjalan cepat meninggalkan Sehun yang terdengar kesal dan mendengus.

Oppa (Byun Baekhyun) [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang