Chapter 19

1.7K 100 2
                                    

-
"Chen? Maafkan aku. Aku telah menyakiti hatimu." Xiumin merasa sesak.

-
"Dokter? Aku ingin menemuinya." Ucap chen sambil memegang tangan dokter itu untuk meyakinkan kalau dirinya bisa menemui xiumin.
"Belum bisa tuan. Kepalamu belum sembuh total. 2-3 hari kau bisa melihat keadaan istrimu." Ucap dokter.
"Hm tapi kenapa istriku ada disebelah ruanganku? Apa dia baik baik saja?" Tanya chen dengan tatapan sayu.
Dokter hanya diam,

Flashback on
"Akhhhh!!!" Xiumin berusaha menahan sakitnya, karna bayi nya sedang dikeluarkan. Keringat yang bercucuran di kening dan pelipis xiumin, disapukan oleh suster yang ada disamping xiumin. Xiumin mengepalkan tangannya tidak kuat.

"Sedikit lagi.." kata dokter yang berusaha mengeluarkan bayinya. Xiumin pun menjerit,
"Akkkkkkhhhh!!!" Jeritnya lagi.

Saat bayinya mulai keluar, tidak ada suara yang dihasilkan dari sibayi. Xiumin yang masih lelah itu menidurkan kepalanya dahulu. Saat dokter mendekati xiumin, dokter itu berkata.
"Maaf nyonya? Bayimu tidak selamat." Ucapan itu membuat xiumin terpukul keadaan. Xiumin kembali menangis dan menangis.
"Chennnn!!!! Anakkk kitaaaa!!!" Nangis xiumin.
"Mohon bersabarlah nyonya." Dokter mengelus pundak xiumin.
"Dokter? Kalau nanti suamiku bertanya tentangku, aku mohon diam saja. Biar aku yang menjelaskan semuanya." Ucap xiumin sambil menangis. Dokter mengangguk kasihan pada xiumin. Lalu dokter meninggalkan xiumin.

Flashback off

"Jawab aku dok." Kata chen.
"Maaf tuan, aku tidak bisa memberi tahunya. Permisi." Dokter langsung meninggalkan chen.
Chen merasa sedih karna keadaannya yang begini. Chen dimarahi xiumin abis abisan. Begitu juga pada xiumin, xiumin menyesal dengan kata katanya, belum lagi perbuatan punch yang sudah menodai chen, bayi yang keguguran. Kepedihan apa lagi yang harus xiumin rasakan? Apalagi saat ini xiumin tahunya kalau chen itu sedang koma. Semakin terpuruk xiumin saat ini. Apalagi orang yang xiumin cintai yang menyemangati hidupnya yaitu chen.

1 hari berlalu
"Dokter?" Panggil chen.
"Nde tuan?" Tanya dokter itu.
"Aku ingin bertemu xiumin. Aku mohon, kepalaku sudah tidak sakit kok." Chen berbohong, padahal kepalanya sakit sekali.
"Aku mohon.." chen memohon mohon terus.
"Ya baiklah." Sahut dokter sambil tersenyum kecil. Suster langsung menyiapkan kursi roda dan chen langsung perlahan duduk di kursi roda itu.

-
Chen terkejut melihat xiumin terbaring disana.
"Xiumin?" Ucap chen tidak percaya. Suster mengantarkan chen disamping tempat tidur xiumin.
"Suster? Tinggalkan aku." Pinta chen.
"Baik tuan." Suster menundukkan kepalanya patuh dan meninggalkan chen.
"Xiumin? Ada apa ini?" Tanya chen. Chen mencium tangan xiumin.
"Minie katakan padaku." Chen mengenggam tangan xiumin. Sekejap xiumin membuka mata,
"Chen?" Panggil xiumin. Chen menoleh,
"Xiumin?" Sahut chen tersenyum. Xiumin menangis terharu,
"Chen maafkan aku." Xiumin memohon.
"Iya minie tidak apa."
"Yang penting kau dan bayi.." ucapan chen belum tuntas. Chen meraba raba perut xiumin,
"Minie? Kemana bayi kita?" Tanya chen datar. Xiumin tidak menjawab.
"Minie, aku bertanya jawablah."
"Chen? Bayi kita sudah tenang disana." Ucap xiumin halus yang padahal dalam hatinya benar benar sakit.
"Disana.. disana dimana?" Tanya chen lagi.
"Di surga." Singkat xiumin.
"Minie aku tidak mengerti. Maksutnya apa? Di surga? Memangnya bayi kita kenapa?" Tanya chen lagi.
"Chen, bayi kita meninggal." Jawab xiumin. Ekspresi chen langsung datar.
"Chen maafkan aku, aku tidak bisa menjaga anak kita." Xiumin menangis. Chen

"Tapi kenapa kau bisa keguguran?"
"Punch.." sahut lemas xiumin. Chen mendengarnya kesal.
"Memang dasar wanita sialan! Dia sudah memfitnah ku dan membuatmu seperti ini?!"
"Lihat ya punch! Kau akan menyesal!" Gerutu chen.
"Sudah sayang jangan begitu." Xiumin membelai rambut chen. Chen yang melihatnya aneh,
"Xiumin? Kau masih memanggilku sayang?"
"Iya chagi. Aku mencintaimu..." xiumin memeluk chen walaupun bagian bawahnya terasa sakit.
Chen terharu mendengarnya. Chen mencium singkat rambut xiumin.
"Dan aku minta maaf juga chen, aku sudah mengatakan kata kata yang amat begitu menyakitkan bagimu (cerai)"
"Iya minie mungilku. Aku memaafkanmu. Lagipula ini bukan kesalahanmu. Ini kesalahan wanita brengsek itu!" Kesal chen. Xiumin kembali memeluk chen dan chen juga memeluk xiumin.

2 hari berlalu
Chen sudah keluar dari rumah sakit dan begitu juga pada xiumin. Mereka pulang berdua.
"Minie? Kita pulang ya?" Chen menggenggam tangan xiumin. Xiumin mengeratkan lengan chen dan tersenyum padanya.
"Huh, pagi pagi ini sudah ada senyuman darimu membuat hatiku luluh cantik." Chen menggoda xiumin.
"Terimakasih tuan jongdae." Xiumin mencium pipi chen. Mereka pulang memakai taksi karna mobil mewahnya masih berada dirumah punch. Tidak mungkin kan kalau chen dan xiumin kesana hanya untuk mengambil mobil?

-
Chen masih menggandeng xiumin,
"Minie, kau istirahat sana?" Suruh chen memegang kedua pundaknya.
"Ah tidak chen. Aku ingin memasak, kau belum makan kan?" Tanya xiumin memegang pipi chen.
"Iya, tapi.." ucappannya terpotong saat xiumin mengecup bibirnya.
"Sudah tidak usah bicara lagi, kau yang istirahat chenie. Nanti kubawakan makanan kekamar."
"Baiklah, makan berdua ya?" Goda chen lagi. Xiumin hanya bisa tersipu malu.
"Iya iya.." sahutnya.
"Yasudah, mwah.." chen mencium pipi xiumin dan langsung pergi kekamar.

CHENMIN AREA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang