Tidak hanya sekali ini Wenny teman sejawat Abhi berusaha mendekatinya. Dari ajakan makan siang hingga meminta Abhi untuk mengantarnya pulang. Namun, Abhi selalu menolaknya dengan sopan.Siapa yang tidak kenal Wenny. Gadis cantik dan terkenal lembut, yang menjadi primadona dikantor Abhi, begitu istimewanya Wenny dari kacamata seorang pria dewasa. Namun, sedikitpun Abhi tidak pernah merasa tergoda. Hatinya hanya milik Hanna, wanita pujaannya.
Sore itu Wenny terlihat pucat. Banyak yang menawarkan jasa untuk mengantarnya pulang tetapi Wenny menolak. Berharap bahwa Abhi akan menawarkan diri untuk mengantarnya. Namun, Abhi tetap bergeming ditempatnya . Asik dengan komputer dan pekerjaannya. Wenny menghampiri Abhi.
"Abhi.." Tegur Wenny dengan suara rendah yang lemah.
Seketika Abhi mengadahkan pandangan ke arah suara.
"Ada apa, Wen?" jawab Abhi datar. Tapi kemudian mengerenyitkan alisnya, menyadari bahwa wanita yang berdiri di hadapannya pucat dan lemah. Rasa iba mulai menjalar di hati Abhi.
"Kamu sakit, Wen?"
"Iya, Bhi... kamu mau nggak tolongin anter aku pulang?"
Abhi termenung antara ingin menolak dengan rasa tidak tega. Menimbang bagaimana jika Hanna tahu kalau dia mengantar teman wanita ke rumah. Hanna pasti akan cemburu. Akhirnya Abhi menolak dengan sopan.
"Maaf, tapi aku sudah ada janji dengan tunanganku,Wen"
Wenny berlalu dari Abhi dengan perasaan kecewa yang ditahannya.
Tiba-tiba ponsel Abhi berdering. Wajahnya ceria saat menjawab telepon tersebut.
"Assalamualaikum..."
Salam Abhi saat mengawali pembicaraannya dengan Hanna. Yang diikuti jawaban dari seberang telepon.
"Walaikumsalam. Kamu masih di kantor,Bhi?"
"Masih, Han. Tapi sebentar lagi aku selesai. Kita jadi makan malam bareng, kan?" Hening, tak ada jawaban dari seberang.
"Halo..." suara Abhi memecah keheningan tersebut.
"Hmm..., Bhi..." Suara Hanna menggantung saat menyebut namanya dirasa ganjil oleh Abhi. Pasti ada yang tidak beres pikir Abhi.
"Ada apa, Han?"
"Bhi, aku minta maaf karena harus cancel acara makan malam kita,lagi."
Suara Hanna menyiratkan penyesalan, tapi Abhi kali ini tidak mau mengerti. Sudah dua kali ini Hanna membatalkan acara bersama mereka karena pekerjaannya.
"Karena pekerjaan kamu lagi?!" tanya Abhi dengan nada yang mulai tinggi. Jelas sekali ada rasa tidak mau mengerti disana.
"Iya... aku benar–benar minta maaf, Bhi..." dengan cepat Hanna berusaha menenangkan kekasihnya itu.
"Produserku minta tema acaranya diganti di last minute. Aku kan tim kreatifnya jelas aku nggak bisa menolak, Bhi. Please..."
"Kamu tahu, Han? Sudah dua kali kamu seperti ini! Lebih mementingkan pekerjaan kamu dari pada aku!" Abhi sudah tidak dapat membendung kekesalannya lagi. Baru kali ini dia begitu galak dengan Hanna. Baru kali ini kesabaran Abhi seperti habis. Dan, sebelum sempat Hanna mengatakan apa-apa lagi, Abhi menutup ponselnya lalu membereskan sisa pekerjaannya. Setelah itu dia mematikan layar komputer, mengambil tasnya dan bersiap untuk pergi.
Saat melintasi Wenny, Abhi melihat kondisi gadis itu yang duduk lemas dengan wajah pucat. Rasa iba kembali datang dalam benaknya. Akhirnya Abhi sampai pada keputusan bahwa dia akan mengantar Wenny pulang hanya karena rasa iba.
Toh dia hanya teman, dan bukan siapa-siapa. Hanna pasti akan mengerti mengenai keputusannya.
"Lagi pula, Hanna yang membatalkan janjinya," gumam Abhi kesal.
"Wen, ayo aku antar kamu pulang." Wenny bangkit dari kursinya dengan mata yang berbinar.
***
Mata Abhi memandang kalut kesekeliling kamar tidurnya. Berusaha menghapus memorinya akan kejadian beberapa waktu yang lalu itu. Awal dari semua masalah yang timbul hari ini.
Seharusnya aku bersama kamu, Hanna. Seharusnya aku bersama kamu. Benak Abhi terus mengulang kalimat penyesalan itu.
Semenjak kejadian Abhi menutup telepon Hanna, hubungannya menjadi jauh. Bukan karena Abhi masih marah dan kesal apalagi berpikir putus dari Hanna, hanya saja Abhi merasa berdosa. Berdosa karena dia melakukkan apa yang seharusnya tidak dilakukkan.
Abhi tidak berani menghadapi Hanna, tidak berani walau hanya membayangkan menatap mata Hanna. Mata wanita yang begitu dicintainya, begitu dipujanya.
Karena sore itu setelah dia mengantar Wenny ke rumahnya, terjadi sesuatu yang tidak pernah terlintas dalam benak Abhi akan terjadi.[]