Seoul

584 54 0
                                    

    Pengalamannya selama di Jakarta adalah pengalaman yang tidak bisa dia lupakan, rencana liburan sekaligus mencari wanita yang dicintainya membuahkan tekad teguh untuk hijrah kepada agama baru, agama yang dulu diragukannya bahkan tak pernah diliriknya atau masuk dalam listnya sebagai pilihan bahkan pilihan terakhir sekalipun.

    Hatinya yang dulu terasa berat kini terasa sangat ringan setelah dia mengucapkan dua kalimat syahadat di Mesjid Central Seoul beberapa hari yang lalu disaksikan oleh beberapa mualaf lain dan juga pengurus mesjid setempat. Di sana tidak ada yang menganggapnya sebagai artis papan atas hanya sebagai saudara seiman, sungguh membuatnya merasa sangat nyaman dan mampu menjadi dirinya sendiri setelah sekian tahun segala gerak geriknya diatur untuk menjaga image sebagai artis papan atas.

    Semua yang dia lakukan masih dia rahasiakan termasuk kepada Hanna, orang yang telah menuntunnya kepada jalan yang menghancurkan benteng tinggi dihatinya untuk dapat melihat betapa Allah maha segalanya.

    Perjalanan mengarungi hidup barunya mengundang kecurigaan dari berbagai pihak dan yang paling utama adalah manajemen yang membesarkannya.

    "Min Ho Ssi, kau benar–benar aneh akhir – akhir ini."

    Kalimat sang manajer membuka percakapan setelah Min Ho selesai dengan pentas dan promo album debutnya. Min Ho menyadari betul apa yang dimaksud oleh sang manajer dan ke arah mana pembicaraan ini akan berlanjut.

   "Aneh bagaimana형 (Hyeong)?"

    Tanyanya pada managernya ambil menimbang apakah dia akan membeberkan identitas barunya atau tidak.

   "Bagaimana tidak aneh, kau menghilang selama seminggu entah kemana, lalu kau meminta cuti selama dua minggu penuh dengan alasan sakit tetapi tidak boleh ada seorangpun yang menjengukmu sekalipun itu keluargamu dan aku. Sekarang kau minta break lima kali dalam sehari dan kau menghilang entah kemana lalu kembali dengan make up yang sudah bersih dari wajahmu sehingga para make up artist-mu harus meriasmu dari awal kembali. Itu sangat memakan waktu sekali, apa kau sadari itu?"

    Oke manajernya terlihat sebal sekarang, nada bicaranya meninggi dan wajahnya tertekuk. Kalau dulu pasti Min Ho sudah menyemburnya dengan makian tapi sekarang dia lebih banyak mengucapkan Astagfirullahaladzim di lubuk hatinya. Mengingat tentang izin sakitnya itu terkait dengan ritual sunat yang sangat diwajibkan yang bahkan membuat dia sangat takut tapi tetap harus. Dia pasti akan sangat malu jika berita itu di ketahui banyak orang. Dan kini Min Ho harus berusaha sekuat tenaga untuk tetap sabar menghadapi kerewelan manajernya.

    Kesabaran yang terpancar dari wajah Min Ho malah semakin mengundang kecemasan managernya.

    "Ada apa sebenarnya, Min Ho yaa? Apakah kau sakit? Katakan sesuatu padaku, aku sungguh khawatir padamu".

    Ucap sang manajer dengan nada cemas dan prihatin sekarang. Min Ho jadi tidak tega terus bungkam.

   "Aku tidak apa – apa형 (Hyeong). Aku tidak sakit. Tidakkah형 (Hyeong) senang aku jadi lebih sabar dan tidak lagi memaki?"

    Tanyanya pada sang manajer sambil tersenyum menggoda. Sang manajer-pun hanya bisa mengerucutkan bibirnya tapi tetap khawatir dan curiga.

    "Aku senang kau jarang marah-marah sekarang, hanya saja itu tidak membuatku nyaman. Seperti bukan kau saja. Apa kau didepak oleh wanita berpenutup kepala itu? Apa kalian benar berpacaran?".

    Tanya sang manajer dengan menyelipkan guyon yang sebenarnya tidak sepenuhnya guyon melainkan penasaran dengan hubungan artisnya dengan pembawa acara itu. Min Ho melempar senyum dan tawa mendengar managernya menanyakan tentang apakah dia didepak oleh Hanna ataukah tidak, tetap masih terkait dengan perubahan sikapnya.

   "Yang benar saja형 (Hyeong), wajah seperti aku ini menerima penolakan? 형 (Hyeong) pasti sedang sakit. Lagipula kami memang dekat tapi tidak pacaran."

    Celotehnya sambil memasang wajah yang sok imut di depan managernya membuat managernya mengembangkan senyum lebar lalu tertawa.

    "Ini baru kau..." Ujar sang manajer di sela tawanya, namun bingung pada kalimat terakhir artisnya. Apa maksudnya dekat tapi tidak pacaran? Apakah mereka hanya bersahabat? Makin dipikir, dia jadi semakin bingung.

     Min Ho mengucap syukur dalam hati karena dia telah bisa menyakinkan managernya bahwa dia tidak apa–apa dan tidak ada yang perlu dikhawatirkannya. Min Ho mengurungkan niatnya untuk menceritakan tentang identitas barunya, menunggu momen yang paling tepat pikirnya. Lagi pula dia masih sangat menikmati ibadah secara diam–diam, dirinya masih belum terlalu percaya diri untuk tampil di muka umum.

    Dia masih harus banyak belajar, paling tidak ketika dirinya mengumumkan identitas barunya itu publik sudah melihat perubahan positiv dalam dirinya sehingga nama agama barunya ini tidak jelek.

   Min Ho berusaha keras untuk tidak minum alkohol, makan daging babi dan berhenti merokok. Semua yang dilarang oleh Islam sedikit demi sedikit dia jalani dengan hati yang ikhlas. Dia juga mulai mengingat-ingat tentang rukun iman dalam Islam. Percaya kepada Allah, percaya kepada malaikat, percaya kepada kitab sucinya yaitu Al Quran, percaya kepada Rasul, percaya kepada hari kiamat dan percaya kepada Qadha dan Qadar, kesemuanya ini tidak pernah ada dalam hidupnya. Baginya agama hanyalah literatur yang tak wajib dia pegang teguh.

   Dalam sholat lima waktunya yang masih baru, yang terkadang masih terlupa bacaannya, Min Ho sering menitikkan air mata. Air mata penyesalan karena selama ini menyia–nyiakan nikmat Allah padanya dan air mata penuh syukur karena kini dia berada dalam tempat yang terang, nikmat Allah yang tak akan pernah di sia–siakannya lagi. Setelahnya dia mulai menghapal rukun Islam, mengucap dua kalimat syahadat yang telah dilakukkannya ternyata bagian dari rukun Islam. Lalu mendirikan shalat, inipun telah dilakukkannya pelan–pelan, puasa di bulan ramadahan mungkin ini yang akan terasa berat baginya dengan segudang aktifitasnya, dia harus berpuasa. Tidak makan, tidak minum dan satu lagi dia tidak boleh terlihat lemas. Ini akan menjadi ujian tersulit baginya barangkali setelah dia hijrah kepada Islam. Lalu mengeluarkan zakat yang belum pernah dia coba, dia sering menyumbang tapi zakat dia pasti akan senang melakukkannya pikirnya riang dan yang terakhir adalah menunaikan Haji, ini akan jadi headline di media manapun di seluruh Korea, mungkin juga negara Asia yang lainnya. Khayalannya jadi panjang.[]

Annyeonghaseyo, Korea! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang