Tiba di bandara Soekarno Hatta untuk pertama kalinya tanpa manager tanpa bodyguard yang menemani, Min Ho nampak kikuk. Dengan setelan kemeja putih bodyfit dan celana bahan hitam slimfit semata kaki serta sepatu flat santai juga tak lupa masker yang menutupi wajahnya menjadi pilihannya.
Dia mulai bingung kini ketika akan memilih taksi untuk datang ke tempat menginap yang telah dia pilih melalui referensi internet, Min Ho mendatangi petugas di bandara dan meminta pertolongan mereka untuk memesankan taksi ke alamat yang dituju.
Sesampainya di tempat menginap dikawasan Mega Kuningan, dia melepaskan lelahnya sejenak setelah perjalanan jauh. Tepat pukul 12:00 WIB, Min Ho turun dari kamarnya dan segera mencari makan siang di restoran yang berada tepat di lantai bawah. Loewy menjadi tempat pilihan makan siang di hari pertamanya ini, dia suka kawasan ini, lengkap sesuai dengan referensi yang dilihatnya di internet.
Min Ho pikir dia akan mendatangi rumah Hanna sore ini, namun rasanya waktu begitu lambat membuatnya sedikit tidak sabar. Tidak sabar untuk melihat wajah manis itu, tidak sabar untuk mendengar suaranya yang ceria, tidak sabar untuk mendengar bantahannya, dia sangat merindukannya.
Meminta tolong pada resepsonis untuk memesankan taksi ke alamat yang telah dia tulis disehelai kertas bertanya–tanya sedikit mengenai informasi alamat tersebut, akhirnya Min Ho berangkat menuju rumah Hanna dengan segenap rasa yang campur aduk. Disepanjang perjalanan Min Ho berusaha merangkai kata untuk memulai pembicaraan, bagaimana jika keluarganya tidak menerima dirinya.
"Aiisshhh..." umpatnya untuk mengalihkan kegugupannya.
Tiba di rumah Hanna, rumah dengan aksen minimalis tingkat dua tidak besar juga tidak kecil. Pas . Min Ho segera menuju halaman rumah yang tidak berpagar, menekan bel, dan dari dalam rumah ada yang bertanya dengan bahasa yang tidak dimengertinya.
"Siapa?" suara mama terdengar dari dalam rumah. Tidak ada jawaban dari luar, akhirnya mama memutuskan untuk melihat siapa yang datang. Tumben sekali ada tamunya yang tidak mengucapkan salam.
"Siaa....?" Mama terkejut dengan pemandangan di depannya, lelaki berbadan tegap, tinggi, berkaki jenjang serta bermata sipit. Wajahnya tidak asing bagi mama, tapi siapa ya? Batin mama. Sepertinya dia juga tidak bisa berbahasa Indonesia.
"Hello, good evening. I'm Min Ho. Hannas friend from Korea." Kata Min Ho dengan nada sedikit gugup.
Mama melihatnya kembali dan akhirnya tersadar bahwa dia adalah Lee Min Ho, artis Korea yang cukup terkenal karena drama–drama yang dibintanginya selalu menjadi hits. Mama tidak bisa percaya bagaimana artis papan atas ini bisa nyasar di depan pintu rumahnya. Dan, nanti dulu tadi dia bilang temannya Hanna?
"Yes..., hello. I'm Hannas mom. Please come in." Jawab mama ramah. Lalu memanggil papa.
Min Ho sungguh takjub dengan keramahan keluarga Hanna. Tapi, dimana Hanna? Min Ho tidak melihatnya sejak tadi.
"Hanna, she's go with her friends but don't worries she'll be back soon." Ucap papa melihat wajah Min Ho yang bingung menanti Hanna.
Tepat jam 9:00 WIB, Min Ho sudah berdiri didepan pintu rumah Hanna, kali ini selain dia menekan bel tak lupa dia mengucapkan salam seperti yang dilakukan Hanna ketika pulang kemarin. Dia mulai mencoba yang Hanna lakukan.
"Assaalamualaikum..." dengan logat Koreanya yang kental.
"Waalaikumsalam...." Terdengar jawaban dari dalam rumah, suara mama lagi. Mama terkejut ternyata Min Ho yang mengucapkan salam. Segera saja mama mempersilakan Min Ho masuk dan duduk. Dengan sibuk mama membawa kudapan serta minum bagi tamunya.