Abhi pergi meninggalkan Hanna dikarenakan kehadiran Min Ho yang mendadak. Pikiran Abhi jadi kalut, ini adalah yang tidak pernah dipertimbangkannya sewaktu memutuskan meyusul Hanna ke Korea. Yang tersisa adalah waktu beberapa jam besok sebelum dia kembali ke Jakarta, pikirnya. Besok dia akan coba kembali menemui Hanna.
Hanna dan Min Ho menyusuri taman kota berdua, berdampingan tapi, saling diam. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Hanna memutuskan untuk duduk dibawah pohon maple yang rimbun, Min Ho pun duduk disampingnya meluruskan kakinya dan merebahkan kepalanya pada sandaran kursi kayu itu dan memejamkan mata. Sedangkan Hanna, menengadahkan kepalanya melihat langit yang cerah sore itu.
"미안해 (Mianhae), maaf... Hanna yaa..."
Hanna menoleh ke arah lelaki disampingnya. Dilihatnya Min Ho masih memejamkan matanya.
"Untuk apa?" Tanya Hanna kepada Min Ho.
"Karena telah menggagalkan kencanmu hari ini..." Min Ho meledeknya, Hanna menghembuskan napasnya lalu tertawa pelan.
"Aku tidak kencan dengannya." Balas Hanna. Lama keduanya saling terdiam, sebelum akhirnya Min Ho kembali berbicara lagi pada Hanna.
"Aku mau dengar..."
"Dengar apa?"
"Aku mau dengar tentang kisahmu, Hanna yaa..., aku.. mau dengar semuanya."
Hanna kembali menoleh pada lelaki ini, lama Hanna menatapnya lekat-lekat sementara Min Ho masih memejamkan kedua matanya.
"Untuk apa?" Tanya Hanna kembali pada Min Ho. Min Ho kini membuka matanya, tertawa dalam hatinya, gadis ini benar-benar tidak bisa langsung bercerita saja.
"Benar-benar gadis yang .........." Min Ho tidak jadi meneruskan kalimatnya di dalam hati.
"Karena aku ingin tahu segalanya tentang gadis yang selama ini telah mencuri ketenanganku juga mimpiku."
Hanna terkejut mendengar jawaban Min Ho kembali membuatnya menoleh ke arah lelaki ini tapi, dia kembali terkejut ternyata Min Ho sedang menatapnya juga membuat Hanna buru-buru mengalihkan pandangannya ke arah lain. Min Ho tertawa melihat sikap Hanna.
"Apa kau malu?" Godanya pada Hanna membuat Hanna salah tingkah tapi ikut tertawa menanggapi gurauan Min Ho kemudian memukul pelan bahu Min Ho.
"Aaaaa... aaa..."
"Aku nggak benar-benar memukulmu, aktingmu benar-benar jelek."
Hanna menggoda Min Ho. Mereka tertawa.
"Ceritakan..." Dengan nada yang merengek sekarang.
"Janji kamu nggak akan ngeledek aku yaa..."
Min Ho mengangguk tanda setuju.
Min Ho menyimak setiap jengkal cerita Hanna, sesekali melirik kearah gadis berwajah manis ini. Sama sekali dia tidak mengira peristiwa itu baru saja delapan bulan lalu, belum genap satu tahun, pikirnya. Sesekali Min Ho ikut menyelami kesedihan gadis disampingnya ini.
"Mungkin juga banyak wanita yang telah aku permainkan hatinya, mungkin bagi para wanita itu aku menjadi lelaki brengsek macam mantan tunangan gadis ini". Min Ho sibuk menilai dirinya sendiri.
"Hmmm.... kamu berhak bahagia, Hanna yaa..." Kata Min Ho akhirnya setelah Hanna menyelesaikan ceritanya.
"Aku tahu, hanya saja aku butuh waktu untuk mengembalikan semuanya, Min Ho Ssi.." Balas Hanna.
"Mengembalikan apa?"
"Yaa... mengembalikan semuanya, kepercayaan diriku itu yang paling utama. Lalu.."
"Lalu apa...?"
"Lalu...." Kata-kata Hanna jadi menggantung ketika dia ingin mengatakan cinta.
"Cinta...?"
Min Ho bertanya padanya seolah membaca jalan pikiran Hanna. Hanna hanya membalas dengan senyum kemudian menundukan wajahnya.
"Kenapa dengan cinta, Hanna yaa?"
Pertanyaan Min Ho tak langsung dijawab oleh Hanna, dia lebih memilih diam beberapa saat namun akhirnya Hanna menjawabnya.
"Kedengarannya mudah bukan? Ketika seseorang berkata cinta kedengarannya sangat mudah tapi nggak buat aku, Min Ho Ssi... Cinta sudah jadi sesuatu yang terlalu klise buatku kini."
"Kenapa?" Tanya Min Ho penuh selidik.
"Cinta dibangun dengan kepercayaan, Min Ho Ssi. Lalu ketika kepercayaan itu hancur, maka cinta hancur bersamanya."
"Hmmm... tapi bagiku, cinta itu adalah ketika kau mau membuka hati sepenuhnya kembali untuk orang lain... Dan orang itu adalah aku."
Min Ho mengatakannya dengan sangat cepat, agar kegugupannya tidak terbaca oleh Hanna dan Hanna menoleh pada Min Ho dengan bola mata membulat seolah berkata 'kamu pasti sedang membuat lelucon lain.'
"Mungkin belum cinta, Hanna yaa... mungkin ini juga terlalu cepat jika dikatakan cinta, tapi kurasa aku memang benar-benar menyukaimu. Dan aku sedang tidak membuat lelucon juga sedang tidak berakting untuk reality show atau bahkan melatih dialogku untuk drama, ini sungguh-sungguh."
Hanna sungguh tidak tahu mau berkata apa pada Min Ho, dia merasa sangat salah tingkah sekarang ditambah Min Ho menatapnya lekat. "Mata itu tidak sedang berbohong," batin Hanna berkata pada dirinya.
"Aah.. dulu juga Abhi begitu namun, akhirnya sekarang apa..., dia tidak mau lagi terlalu cepat mengambil kesimpulan apalagi dia adalah artis yang sudah terbiasa berakting dan dia berbeda iman denganku. Astagfirullah ya, Rabb... ampuni aku yang berburuk sangka kini." Ucapnya dalam hati.
"Aku... aku tidak mau pacaran lagi, Min Ho Ssi. Menyelesaikan pendidikanku kini adalah prioritas utama buatku, lalu pekerjaanku pada Kim PD juga..."
"Dia menolakku?? Gadis ini... tidakah dia bisa mempertimbangkan perasaanku dan harga diriku sedikt saja?" batin Min Ho tidak percaya.
"Tidak usah jawab sekarang, tidak apa-apa... aku juga tidak perlu jawabanmu secepat itu. Aku hanya perlu memastikan agar kau tak lari dari sisiku setelah pengakuanku ini."
Hanna hanya tertunduk dengan perasaan yang campur aduk.[]