Hanna takjub memandang sekelilingnya. Dia tidak percaya bahwa dirinya kini berada di dalam istana Gyeongbok. Istana yang termasuk dari lima istana besar dan terbesar yang dibangun oleh Dinasti Joseon karena di bangun diatas lahan seluas 180.000 m2. Istana inilah yang pertama kali dibangun oleh pendiri Dinasti Joseon, Lee Seong Gye pada tahun 1395. Saat itu ibu kota negara dipindahkan dari Gyeseong ke Seoul setelah Lee Seong Gye berhasil mengkudeta pemerintahan Raja Gongmin dan menyingkirkan Jendral Choi Young.
Hanna berjalan menelusuri jalan setapak dari batu granit yang pada masanya digunakan untuk jalannya raja serta para pengikutnya. Langkah Hanna terus mengayun menuju Jagyongjeon tempat dimana ibunda sang raja beristirahat, tak habisnya Hanna mengagumi arsitektur dari bangunan ini yang begitu terpelihara hingga kini.
Langkahnya berlajut ke Gyotajeon - tempat pribadi permaisuri. Di sini pemandangannya sangat indah karena dinding dan pintu masuk bagian belakangnya langsung menghadap ke arah Gunung Amisan. Hanna menikmati pemandangan sekelilingnya dengan daun-daun yang berwarna coklat dan merah. Sayang keindahannya ini dia nikmati sendiri karena sahabatnya tidak bersamanya.
"Maaf ya, Han... aku nggak bisa nemeinin kamu lagi. Aku flu berat." Ucap sahabatnya yang diiringi dengan bersin serta batuk yang berat.
"Aku nggak usah jadi pergi aja deh, Ta. Aku temenin kamu aja ya kasian kamu."
Hanna sudah siap membatalkan jalan-jalannya. Masih ada hari esok, pikirnya. Dia hanya ingin menemani sahabatnya di flatnya. Namun, mentah-mentah Donita menolaknya.
"Kamu harus tetap ke sana. Kamu kan sudah merencanakan ini dari satu minggu lalu, Han. Kamu nggak usah khawatir. Aku baik - baik aja. Jangan lupa ya, foto."
Diiringi kedipan mata nakal darinya. Kontan saja Hanna tertawa lebar melihat aksi genit sahabatnya ditengah flu beratnya.
Setelah Hanna mengambil beberapa gambar dengan angle yang paling pas dengan kamera ponselnya, dia segera mengetagnya melalui WhatsApp ke ponsel Donita yang lalu cepat dibalasnya dengan heboh.
Donita : wuaaaahhhh..... kerennn... caantik... ". Lengkap dengan icon love diakhir kalimatnya.
Hanna : "Sayangnya nggak sama kamu". Balas Hanna dengan icon sedih.
Hanna kembali melanjutkan langkahnya menuju kolam teratai - Gyeonghoeru yang juga terkenal di istana Gyeongbok. Di sinilah tempat orang-orang penting dari negara lain bertemu, di sini jugalah tempat di selenggarakan festival-festival istimewa saat ada perayaan-perayaan di kerajaan. Sementara Hwangwonjeoung yang berada di belakang tempat peristirahatan, terdapat kolam teratai yang terlihat lebih manis, sekali lagi gaya arsitekturnya masih memanfaatkan keindahan dari pemandangan Gunung Amisan.
Sungguh menjadi contoh yang luar biasa bagi struktur bangunan tradisional kerajaan Korea, sayangnya bangunan kerajaan di Nusantara hanya sedikit yang tertinggal, sebut saja candi Wringin Lawang yang menjadi saksi bisu kemegahan kerajaan Majapahit yang menjadi kerajaan terbesar di Indonesia.
"Sayang sekali". pikir Hanna.
Tak henti Hanna mengucapkan 'Masya Allah' di relung hatinya karena telah melihat satu sisi lagi keindahan alam yang di ciptakan oleh Allah SWT yang diabadikannya melalui kamera pocket-nya. Oleh-olehnya buat mama dan papa sambil mengulas senyum.
Wisata sejarah Hanna di negeri ginseng kali ini menyisakan begitu banyak pengalaman baru yang membangkitkan kembali gairahnya hidupnya. Sekali lagi, hatinya sedikit demi sedikit mulai berwarna.
Selanjutnya tinggal menikmati indahnya kota Seoul. Menyambangi tempat-tempat yang menjadi tujuan wisata kuliner halal, dan tak lupa dia ingin mencoba street food-nya Korea Selatan yang terkenal hingga Indonesia - 떡볶이 - tteokbokki - kue beras atau kalau di Indonesia mirip cilok yang dibumbui oleh saus cabai khas Korea.
Benaknya sudah merangkai segala kegiatan jalan-jalan dan melancarkan bahasa Koreanya bersama Donita sebelum perkuliahannya di mulai Maret nanti.[]