Sang Idola

921 64 2
                                    

   Dentuman musik yang memekakan telinga bergema diseluruh ruangan Club malam itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

   Dentuman musik yang memekakan telinga bergema diseluruh ruangan Club malam itu. Club ternama untuk kalangan selebritis papan atas Korea Selatan serta tamu- tamu VIP, terletak tidak jauh dari Gangnam.

   Semua larut dalam pesta yang diselenggarakan oleh Club tersebut. Alcohol dan rokok menjadi aroma yang lumrah. Jauh di sudut yang menjadi tempat favorit para selebriti itu terdapat pria tampan sedang duduk bersantai, pria yang setiap dramanya di putar menjadi hits bahkan membuat hati para ibu-ibu sekalipun ikut lumer saat melihat aktingnya. Dialah sang idola halyu, Lee Min Ho yang sedang asik menikmati sebatang rokok dan sekaleng beer sendiri.

   "Min Ho yaa.." Panggil gadis cantik yang ternyata adalah kekasihnya yang juga artis terkenal dan sudah diakui oleh pihak manajemen masing-masing.

   "Hmmm..." Jawabnya enggan.

  "얼굴이 왜 그래 ? (Eolgeuri wae geurae?) kenapa wajahmu begitu?"

   Min Ho mengalihkan pandangan ke gadisnya. Dia memasang senyum manisnya, tentu saja hanya akting. Tidak sungguh-sungguh ingin tersenyum.

   "내가 왜 ? (Naega Wae?) Memangnya aku kenapa?"

   "Kau terlihat tidak menikmati suasana di sini. Tidak seperti biasanya." Balas Suzy.

   "Min Ho yaa, 아파요? (Aphayo?) apa kamu sakit?" Tanyanya lagi.

   Kali ini hanya dijawab dengan gelengan kepala. Min Ho sendiri juga tidak mengerti mengapa dia begini.

   "Apa mungkin ini yang namanya titik jenuh?" Pikirnya.

   Apa yang tidak dimiliki olehnya? Kaya iya, ganteng sudah pasti, karir yang meroket dengan bayaran selangit, pacar yang cantik juga menyenangkan ada serta keluarga yang mendukung penuh dirinya juga ada. Semua lengkap, tetapi kenapa dia merasa begitu sendiri, merasa seakan semua tidak ada yang memahaminya. Lantas dia ingin mengeluh pada siapa? Tuhan pun tak pernah menjawab kegilisahan hatinya. Batin Min Ho berperang.

   "Aku..." Katanya menggantung.

   "Apa? 'Aku' apa Min Ho yaa?" Balas Suzy.

   "Mungkin aku hanya sedang bosan."

   Suzy memeluknya sesaat hanya untuk meringankan beban kekasihnya itu. Suzy berpikir mungkin sedikit pelukan ringan dapat membantu kekasihnya itu.

   "고마워 Suzy yaa... (Gomawo) terima kasih, Suzy." Ucap Min Ho dengan tulus.

   "Aku tinggalkan kau lagi sebentar, ya." Ucap Suzy sambil meninggalkan Min Ho di tempat duduknya. Nyatanya Suzy ingin menikmati pesta di Club ini.

   Min Ho tersenyum kecut. Tiba-tiba saja angannya menyentuh bayang gadis bertudung kepala berwarna biru pastel tempo hari. Dia sendiri kaget mengapa gadis itu muncul dalam ingatannya. Ah, ternyata bukan ingatannya yang merekam kejadian itu melainkan hatinya.

   Min Ho sedang mengingat pertemuan mereka yang sebentar dan secara tidak sengaja. Takdirkah? Bibirnya menyunggingkan senyum, ketika tersadar cepat-cepat senyumnya berganti dengan wajah serius kembali.

   "Siapa dia? Kenapa dia bisa hadir disela–sela ingatannya? Dia hanya gadis biasa yang kebetulan menabraknya. Penutup kepala juga hal yang tidak asing lagi bagi penganut Islam yang sudah banyak berdatangan di Korea tapi, kenapa aku seperti baru pertama kali melihatnya? Kenapa aku jadi merasa tersihir oleh penampilan sederhana gadis itu? Gadis yang terlihat repot dengan tas-tasnya". Batin Min Ho penuh tanda tanya.

   Lee Min Ho beranjak dari kursinya, mengambil coatnya lalu keluar dari Club itu meninggalkan Suzy yang sedang menikmati malam dengan teman – temannya di dance floor.

   Dia memacu mobilnya menuju sungai Han yang terkenal memiliki pemandangan yang indah dan romantis apalagi saat malam tiba. Sesampainya Mih Ho di sana, segera dia memarkir mobilnya. Tak lupa sebelum turun dia mengenakan coatnya karena udara yang cukup dingin di malam hari, lalu tak ketinggalan masker hitamnya. Untuk menghindari orang dan insiden yang mungkin saja bisa menimpa pada dirinya.

   Lee Min Ho menelusuri pinggiran sungai Han yang indah, banyak muda-mudi Korea yang menikmati malam mereka dengan melihat pemandangan indah sungai Han. Air mancurnya yang berwarna pelangi menambah atmosfir romantis.

   Langkah Min Ho terhenti di sebuah Cafe 구름카페 (Gureum Kaphe) Cloud Café yang memiliki pemandangan terindah. Setidaknya menurut pendapatnya pribadi.

   Cafe yang terletak pada lantai tiga hingga lantai 5 disebuah gedung di kawasan sungai Han memiliki spot pemandangan jembatan Banpo yang sangat indah dengan lampu-lampu yang banyak terlihat meriah dimalam hari. Min Ho memilih duduk di depan jendela di atas kursi kayu panjang yang mengelilingi ruangan Cafe tersebut.

   Min Ho termenung dengan kopi di hadapannya. Merenungi segalanya.

   "Tuhan, jika diri-Mu sungguh ada maka, tunjukan keajaiban-Mu padaku. Melalui apa saja, tunjuki aku". Renungnya.

   "Gadis itu.... 보고 싶어 (bogoshipheo) ingin bertemu dengan gadis itu... " gumamnya.

   "Perasaan apa ini?" Batin Min Ho.

    Dia bukan tipe pria yang mudah jatuh cinta hanya sekali kedipan mata. Tapi ini apa? Yang jelas pasti bukan cinta, hanya rasa penasaran. Dia juga sudah punya kekasih, walaupun semuanya kisahnya di-setting oleh manajemen mereka masing-masing. Namun, jika difikirkan lagi Suzy adalah gadis yang manis.

   Pokoknya ada sesuatu di diri gadis berpenutup kepala itu yang mengusik rasa penasaran akutnya.[]

Annyeonghaseyo, Korea! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang