Bagian 4

308 15 7
                                    

Perpustakaan masih sangat lengang. Mungkin karena hari sudah terlalu malam untuk masyarakat membaca di akhir pekannya. Seperti sudah hapal dengan kondisi perpustakaan diakhir pekan, Hayati santai-santai saja sambil mendengarkan musik yang diputar dengan penambahan volume dari biasanya.

Hayati masih asyik di bundaran meja pustakawatinya seperti biasa, ia harus menyelesaikan laporan mingguannya. Di meja pengunjung hanya ada satu orang yang sedang menekuni bacaannya, siapa lagi kalau bukan sahabat baiknya, gadis berkacamata tebal, Kumala.

"Kumala, Kau mau menunggui aku atau pulang duluan?"

Kumala berhenti memelototi bacaannya kemudian membuat ekspresi berpikir untuk menjawab pertanyaan Hayati. "Kamu masih lama?"

"Ya, sepertinya begitu....."

"Jam tujuh aku pulang. Kalau kau sudah selesai kita pulang bersama, kalau belum berarti izinkan aku pulang duluan ya.... Aku sudah janji makan malam dirumah bersama ibu...."

"Okey....."

Setelah percakapan itu, keduanya asyik dengan aktivitasnya masing-masing, terlebih Hayati, mata dan otaknya sudah fokus ke layar komputer kerjanya. Kumala sesekali masih mengalihkan perhatiannya, terkadang ia menengok sahabatnya, kadang ia melirik jam yang menggelang di lengan kirinya.

"Assalamu'alaikum, Bu.... Bisa titip brosur ini disini?"

Sebuah suara lelaki menggema diantara keheningan perpustakaan. Kumala melayangkan pandang ke sumber suara, tapi hanya sekilas setelah itu ia menatap jam tangannya yang kemudian membuatnya bergerak cepat membereskan buku yang ada di meja bacanya.

"Bu?" Suara itu kembali menggema. Ternyata yang diajak bicara adalah Hayati, tapi Hayati sedang memunggunginya karena asyik dengan tuts-tuts keyboard untuk mengetik laporan.

"Namanya Hayati." Kata Kumala menginformasikan kepada lelaki yang sedari tadi dicuekin Hayati.

Sedikit terkejut memang, tiba-tiba seorang gadis di belakangnya berbicara kepadanya. "Ee, terimakasih informasinya...."

Kumala segera berlalu tanpa memberi suara untuk ucapan terimakasih itu. Lelaki itu sekilas memandangi punggung kumala yang hampir semuanya terhalang kain jilbabnya. Tapi hanya sekilas, karena ia segera tersadar untuk segera menyelesaikan tujuannya datang ke perpustakaan.

"Ibu Haya........" Belum selesai lelaki itu memanggil, Hayati sudah menoleh dan memasang wajah kaget bercampur senang bukan kepalang.

"I... i... Iya, Bapak Diarga Asyafani? Saya akan bantu apapun untuk Bapak....."

Lelaki itu tersenyum lega, kemudian berkata, "Ini saya mau titip bros....."

"Saya kemarin ikut kuliah terbuka Anda. Sebenarnya saya ingin sekali bertemu Anda kemarin untuk meminta tandatangan, tapi ternyata teman saya buru-buru pulang. Jadi, bolehkah saya meminta tandatangan Anda sekarang?"

Diarga menghela napas panjang, ternyata yang dihadapannya sekarang bukanlah target yang harus dirinya memohon-mohon agar brosurnya bisa dititipkan disini, tapi ia sedang berhadapan dengan penggemarnya.

"Ini.... Disini Anda harus tandatangan.... Tolong kasih persembahan ya... tulis untuk Adik Hayati. Mau kan, Pak? Saya mohon......." Tambah Hayati sambil menyodorkan sebuah buku cantik, Buku pribadinya.

Diarga mulai bisa mengendalikan diri, ia tersenyum dan merilexkan diri, kemudian menerima sodoran buku itu dan mulai membuat garis tandatangannya, tidak lupa sesuai permintaan di samping tandatangannya, ia bubuhkan kalimat : Teruntuk Adik Hayati, Selalu semangat ya mencari ilmu!.....

Hhhuuuuaaaahhhh....... Hayati senang tak terkira! Berkali-kali ia mengucapkan terimakasih sambil senyum-senyum dan matanya berkedip-kedip.

Huuftth! Bagi Diarga, inilah saatnya ia mengutarakan maksudnya sendiri.

"Bu, Hayati....."

"Aduuuhhhh..... Tolong jangan panggil saYa 'bu' ya, Pak! Saya masih muda..... Hehehe....." Hayati mulai bercanda.....

"E, baiklah.... Mbak Hayati,......."

"Aduuuuhhhh..... kok 'Mbak'?" Sanggah Hayati lagi.

"E,...."

"Seperti ditulisan tadi.... A-dik Ha-ya-ti......." Ujar Hayati sambil diakhiri senyuman.

"E, baiklah! Adik Hayati, bolehkah saya titip brosur ini disini? Atau sekalian minta tolong ini disebarkan ke pengunjung perpustakaan jika Anda tidak keberatan....."

"Oh, gampang.... Tentu saja boleh.... Brosur apa ini?"

Plloooonggg..... Diarga lega dengan jawaban Hayati. Itulah yang sedari tadi ia harapkan. Segera ia serahkan brosur itu kepada Hayati dan Hayati menelitinya.

"Brosur untuk seminar saya pekan depan. Khusus untuk Anda jika berkenan ikut, free.... karena Anda membantu saya publikasi...." Diarga menjelaskan.

"Benarkah?" Hayati tidak percaya. Hampir saja ia bersedih hati karena saat melihat voucher pendaftaran, nominalnya lumayan memberatkan kantongnya.

"Of course,"

"Baiklah, Saya akan bantu sebarkan...."

"Okey, terimakasih.... Saya pamit....." Kata Diarga sambil mengambil ancang-ancang pergi.

"O, tunggu sebentar...! Saya mau voucher gratisnya dua bukan satu....." Kata Hayati sedikit memberanikan diri.

"O, dengan suami anda?.... Silahkan.....!" Jawab Diarga.

"Bukan... Saya belum menikah kok. Hehehe.... Sedikit promosi... Hihihi...."

"Lalu?..... Dengan teman Anda?"

""Iya, dengan teman dekat saya.... Itu orangnya...." Kata Hayati sambil menunjuk kearah yang ia tahu disanalah sahabatnya, Kumala duduk tekun membaca.

Diarga mengikuti arah yang ditunjuk Hayati, tapi keduanya terperangah karena di perpustakaan itu tidak ada orang selain mereka berdua. Berubahlah pias wajah hayati menjadi merah malu.

Hayati seketika melirik jam dinding yangbertengger di salah satu sudut ruang perpustakaan. Bilangan jam 19.10 seakantersenyum sukses mempermalukan Hayati didepan Diarga AsyafaniiJ[oϑ

Kunang-Kunang SederhanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang