Bagian 42

152 12 7
                                    


Jika setiap hati memiliki kisahnya masing-masing itu tidak jadi soal, tapi jika kisah masing-masing itu ternyata bertaut satu sama lain, ini yang akan jadi pembahasan.

Allah swt. telah menakdirkan hati berlabuh pada pasangannya yang tepat dan sesuai, hanya saja manusia terkadang memaksakan kehendaknya sehingga ia membangkang pada takdir-Nya. Rasa berat menjalankan takdir adalah bagian dari pembangkangan, apalagi jika berniat menghancurkan takdir dengan mengedepankan segala cara.

"Kau yakin Rosemita akan bahagia bersamaku?"

Begitulah Dimas ingin mengakhiri segala persiapan pernikahannya dengan Rosemita. Padahal menuju akad nikah hanya kurang hitungan jam saja.

"Maumu apa, Dim?" Diarga masih berusaha tenang menanggapi lawan bicaranya.

Diam-diam Diarga berpisah dari rombongan jalan-jalan sore untuk bertemu empat mata bersama Dimas.

"Akalku telah dipenuhi tentang Kumala. Hatiku apa lagi, semua adalah tentang dia," Ujar Dimas.

"Aku tidak yakin akan mampu menghapusnya dari hidupku," Tambahnya.

Diarga menggeleng tidak habis pikir. "Pernikahanmu tinggal beberapa jam lagi, Dim. Jangan buat masalah apapun!"

"Bahkan aku akan terus mengejar jawaban Kumala hingga satu detik sebelum akad kuucap," Ucap Dimas dengan pandangan nanar ke arah Diarga.

"Apa maumu?" Tanya Diarga habis kesabaran.

"Kumala," Jawab Dimas singkat, namun cukup membuat Diarga tidak berkutik.

"Aku telah mantap untuk memberikan sisa hidupku hanya untuk Kumala," Ujar Dimas lagi.

"Gila!" Maki Diarga.

"Aku menyesal Rosemita harus menerima ini, tapi aku benar-benar tidak bisa, Ga," Ungkapnya dengan nada yang melemah. Ada kesedihan yang terpancar hebat dari sorot matanya.

"Lalu kenapa kau melamar Rosemita, Dim?"

"Aku tidak tahu," Jawabnya dengan dilingkupi kegusaran yang hebat.

"Sekarang aku hanya merasa kasihan jika Rosemita menerima semua ini dariku."

"Gila!" Diarga kembali memaki.

"Terserah apa katamu. Aku hanya berharap Kumala segera berkata 'iya' padaku," Katanya.

Diarga mengucek mata kirinya, berusaha menetralkan kondisi yang hampir saja dia meninju wajah Dimas yang tidak merasa berdosa sama sekali.

"Apa sebaiknya aku ceritakan semuanya kepada Rosemita?" Tanya Dimas kemudian.

Diarga menggeleng lemah, "Jangan pernah bergurau dengan masa lalu, itu akan mematikan masa depan kalian!"

"Tapi aku tidak ingin menyembunyikan apapun dari calon istriku," Bantahnya.

Diarga lagi-lagi menggeleng., "Konteksnya berbeda. Justru kamu harus menutupi aib diri, Dim!" Jelas Diarga dengan halus.

Di belahan lain pada kota yang sama, Kumala tengah asyik menikmati jalan-jalannya bersama keluarga kecil Cilla. Ada Cilla tentunya dan Mama serta Papa Cilla, Raihan dan Safiyah. Mereka menghabiskan sepanjang sore dengan mengunjungi secara singkat berbagai tempat icon kota.

Keseruan itu sampai-sampai membuat Kumala tidak fokus pada handphone-nya. Itulah yang menjadi sebab pesan singkat Dimas tidak terbalas dengan segera.

"Apa yang kau inginkan lagi dariku, Dimas?" Batin Kumala saat ia melihat riwayat panggilan tak terjawab mencapai 87 kali. Kumala yang baru saja masuk kamar dan ingin bersih diri sekali lagi terganggu dengan mode getar ponselnya.

Kunang-Kunang SederhanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang