Bagian 44

97 8 0
                                    

Perhelatan besar digelar dengan tajuk pernikahan seorang pramugari cantik bernama Rosemita dengan pengusaha terkenal yang kaya Raya. Semua tamu berdatangan dengan wajah cerah bahagia. Sepasang pengantin telah menempati singgasananya yang megah nan gemerlap bertabur bunga wangi.

Oma duduk di sisi Rosemita, seorang diri. Sesekali Dairga dan Papanya Chilla menemani bahkan menggantikan untuk bersalaman dengan para tamu. Lain halnya di sisi DIarga, ayah dan ibunya kompak menjadi sepasan orangtua yang berbahagia atas pernikahan putra kebanggaannya. Antusias mereka menggelar pesta sangat luar biasa, terlihat dari jumlah tamu undangan mereka. Luar biasa!

Jam telah munjukkan waktu salat dhuhur. Tapi tamu tidak juga surut. Kumala yang dari tadi tak banyak bicara masih setia duduk di kursi tamu sambil memainkan minuman yang telah tandas dari gelas.

Hayati sesekali mengajak bicara, namun Kumala memilih dengan merespon singkat. Ibu pun bersikap aneh, lebih banyak diam dibandingkan biasanya. Namun beliau begitu smeangat mendampingi Rosemita selama acara.

"Salat, La!" Ajak Hayati.

Kumala mengangguk kemudian mengekor Hayati, meninggalkan hall room dan mencari tempat salat.

"Ada apa?"

Kumala mengangkat bahunya tanda tidak sedang menguasai situasi. Hayati menjadi kesal dengan sikap Kumala, namun belum juga dia ungkapkan rasa kesal itu, panggilan telepon masuk untuknya.

"Dari Oma, kita diminta ke meeting room hotel setelah salat."

Kumala memijat keningnya mendengar semua itu.

Hayati bertambah kesal saat Kumala tidak juga menyelesaikan doanya usai salat sedangkan handphone-nya terus berdering. Panggilan telepon dari Oma dna Fairuz terus berbunyi memintanya segera ke meeting room hotel. Entah karena Kumala terlalu lama berdoa atau Fairus yang kurang sabar, akhirnya dia menyusulnya.

Hayati sangat takjub dengan ruangan yang disebut ruang rapat hotel. Dia bahkan hampir tak percaya bahwa ini adalah ruang rapat, sebab dekorasinya mirip dengan dekorasi di hall room walimahan Rosemita yang samapi sekarang hingga malam nanti masih terus berdendang.

Ada apakah? Hayati mulai curiga. Dia kira, Oma meminta semua berkumpul untuk sekedar makan siang yang privat dengan keluarganya, tapi ini tidak sebatas makan siang. Terlalu mewah untuk sekedar makan siang, bukankah di hall room catering masih sangat banyak dan melimpah?

Ah, sudahlah! Hayati memilih segera mengambil posisi agar tidak terlalu menjadi perhatian oleh orang-orang yang sudah lebih dulu di ruangan. Hayati memilih duduk di sisi kiri ibunya, satu meja dengan Hayati dan Fairus. Meja mereka berseberangan dengan meja Rosemita yang mejadi satu dengan suami dan keluarga barunya.

Dan, terjadilah....

Oma dengan digandeng Diarga naik ke panggung kecil dan memulai melontarkan salam.

Dalam sekejap semua orang memusatkan perhatian kepada Oma. Orang yang paling dihormati di keluarganya.

"Hari ini Oma bahagia sekali. Pertama, bahagia atas pernikahan Rosemita. Semoga pernikahan kalian bahagia dan penuh keberkahan!" Kata Oma dan semua hadirin meng-amin-kan doa itu.

"Kedua, Oma bahagia karena cucu Oma satunya lagi, Diarga sebentar lagi akan menikah."

Huuuuaaaaaa!!!!!!!

Riuh tepuk tangan dan teriakan-teriakan bahagia memenuhi ruangan. Diarga yang masih memegangi Oma agar tegak berdiri memilih menunduk sambil melipat satu tanganya ke dada dan sedikit membungkuk sebagai tanda terimakasih atas respon baik keluarganya.

"Dan siang ini, di ruangan ini, saat ini, anggaplah ini acara pertunangannya," tambah Oma.

Ramai riuh dan tepuk tangan kembali memenuhi ruangan.

"Sebab Oma ingin segera saja.... Adapun pernikahannya pekan depan. Luangkan waktu kalian untuk kembali menggelar walimahan!"

"Siap!"

"Pasti, Oma!"

Sahut-sahutan suara hingga tak tahu lagi siapa pemilik suara itu. Semuanya riuh heboh. Ini memang kabar membahagiakan, sebab semua keluarga menunggu ini.

"Tenanglah dulu!.... Apa kalian tidak ingin tahu calon istri Diarga?"

Semua mendadak tertawa, menyadari kehebohan masing-masing sampai tidak bertanya siapa calon istri Diarga.

"Siapa dia, Oma?"

"Dia ada diantara kita," Jawab Oma.

Seketika hening. semua orang di ruangan saling tatap, mencari sosok yang dimaksud oleh Oma. Hayati juga dengan sembunyi-sembunyi dari Fairus mencoba menerka diantara gadis yang datang di ruangan, mana yang calon istri Diarga.

"Kemarilah, anakku! Kumala Nur Laila...."

Hening semakin mencekam. Semua tercekat lebih dalam saat Kumala dan ibunya berdiri kemudian melangkah bersama ibu dan pakdhenya menuju panggung.

Keheningan itu akhirnya pecah saat Fairus berdiri dan bertepuk tangan lantang. Pada tepukan ketiga, semua orang berdiri dan turut bertepuk tangan. Semarak semakin syahdu saat Diarga mengeluarkan kotak kecil berisi cincin. Dia menyerahkannya ke Oma untuk dipasangkan ke jari manis Kumala.

Tersematlah cincin di jari manis Kumala, menyayat lembar tipis hati Dimas yang sedari tadi enggan untuk berdiri. Tersematlah cincin di jari manis Kumala, meluruhkan serpihan rasa di hati Hayati.

Rosemita tak kuasa membendung kebahagiaan, dia menghampiri Kumala dan Oma, membawanya dalam pelukan. Diarga hanya bisa menunduk sambil melafadzkan berbagai doa.

Kunang-Kunang SederhanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang