Suara Hati Kumala

95 6 0
                                    

Mengapa dunia ini terasa sempit? sangat sempit malah.

Apakah akhir-akhir ini terjadi penyusutan bola bumi? Atau jagad raya tiba-tiba mengecil ukurannya?

Kemanapun aku pergi, tidak pernah lepas dari hal yang berhubungan dengan sosok satu ini. Ya, siapa lagi kalau bukan Diarga Asyafani. Seorang berkacamata yang begitu formal dalam setiap tema gayanya. Aku tidak pernah menemukan sisi lain darinya kecuali formalitas. Di meja makan saat pertama kali bertemu, pusing mencari buku, melamar jadi donatur Putik Cinta, meeting di Kafe, jalan-jalan bersama Rosemita, terdampar masuk angin di KBRI, bahkan di toko arloji, semuanya serba formal.

Jika aku boleh berkomentar, maka aku akan menyebutnya Si Formal yang kehabisan gaya. Ah, tapi mengapa juga aku membahas tentang gayanya. toh dia bukan siapa-siapaku.

Tapi aku sangat tidak habis pikir, mengapa akhir-akhir ini hidupku seolah tidak bisa lepas darinya?

Aku merasa tersisih saat aku tahu kabar pernikahan Hayati dengannya. Jangan tanya mengapa, sebab aku tidak tahu harus menjawab mengapa itu dengan definisi apa. Yang aku tahu, aku tidak sepenuhnya bahagia dengan kabar pernikahan Hayati. Padahal dia adalah sahabatku, sahabat yang juga harus kujauhi semenjak Diarga membuat sketsa hidup dengannya.

Aku tidak pernah merasa tersisih saat dia dekat dengan Ibu. Aku tidak peduli meski Ibu kini tidak hanya menyebut namaku dalam doanya. AKu bahkan tidak keberatan berbagi kasih Ibu dengannya, tapi mengapa aku begitu berat membagi kasih persahabatanku dengan Hayati untuknya?

Kini lihatlah, sosok itu hadir kembali di hadapanku. Bukankah seharusnya dia sedang bersiap-siap untuk akad nikah? Untuk apa dia masih berkeliaran di toko buku, padahal tinggal beberapa jam lagi akad nikahnya? Secuek itukah makhluk ini sampai-sampai untuk pernikahan saja seolah hanya menunggu waktu meeting dengan kolega?

Kini jika kalian jadi aku, apa yang akan kalian lakukan?

Menyapanya  dengan senyum terbaik, "Hai, Ga! Sedang cari buku apa?"

Atau ambil langkah seribu menjauhinya?

Bukan, bukan!

Lebih baik aku diam saja, menganggap dia tidak ada.

Ah, sepertinya yang terakhir yang lebih pas untuk kulakukan. Semoga kalian sepakat!

Kunang-Kunang SederhanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang