Bagian 8

228 14 9
                                    


Menerangkan kepada Hayati tentang kronologi pertemuan dengan Diarga bagi Kumala adalah hal yang lumayan sulit. Hayati sempat tidak percaya dengan cerita sahabat dekatnya itu, tapi persaksian ibu Kumala dan penjelasan Paman Mahmud menyudahi ketidakpercayaan Hayati. Sekarang, Hayati begitu semangat membantu Kumala menghidupkan Putik Cinta. Entah karena ia kasihan dengan Kumala mengasuh Putik Cinta sendirian atau karena ada Diarga yang juga melibatkan diri di Putik Cinta. Yang jelas, kini mereka bertiga, Kumala, Diarga, dan Hayati sedang bersemangat menjalani proses perkembangan Putik Cinta.

Seperti kesepakatan awal, setiap Jumat Diarga mengisi kegiatan Putik Cinta dengan nuansa religi yang lebih kental, seperti belajar baca Al-Quran, menulis dan baca bahasa Arab, menghapal doa-doa hingga kajian keislaman. Hayati yang liburnya Sabtu dan Minggu juga sangat semangat untuk mengisi kegiatan Putik Cinta seputar akademik, mengajari baca-tulis, berhitung, ilmu-ilmu alam, social, dan sejenisnya. Sedangkan Kumala, yang jatah liburnya hanya hari minggu banyak mengambil peran untuk mengajarkan nilai-nilai sosial kepada anak-anak di Putik Cinta seperti kerja bakti membersihkan lingkungan sekitar, memasak bersama, dan lain-lain.

Namun, beberapa pekan ini Kumala sering diganggu tugas kantor di setiap pekan liburnya, jika sudah begini, Hayati dan Diarga sering mengambil-alih peran Kumala di Putik Cinta, hingga tak terasa Kumala telah begitu jarang ke Putik Cinta dalam 2 bulan terakhir ini. karirnya di kantor memang sedang melonjak, atasannya sedang sangat percaya kepada Kumala, sehingga tiap meeting ke luar kota atau menemui tamu penting, Kumala selalu dilibatkan.

"Tenang saja, Kumala! Hari minggu besok aku bisa menggantikanmu di Putik Cinta...." Kata Hayati meyakinkan sahabatnya agar tidak kecewa dengan perintah atasannya untuk tugas ke luar kota di hari libur.

"Ya, insyaallah saya juga free besok, jadi saya juga bisa bantu...."Sambung Diarga.

"Baiklah, saya izin agak lama untuk vacuum dari Putik Cinta," Pamit Kumala.

Hayati mengangguk-angguk. Di sisi yang lain Diarga mengernyitkan keningnya.

"Bu Kumala mau pergi agak lama?...." Tanya Diarga dengan nada sangat hati-hati. Spontan Hayati menoleh ke arah Kumala dan mulai curiga.

Melihat respon Hayati, Kumala diam sejenak, memberi kesempatan Hayati bersuara, tapi ternyata Hayati hanya memicingkan mata ingin penjelasan.

Setelah tersenyum tipis, Kumala membuka suara, "Insyaallah saya akan pergi ke luar negeri dalam enam bulan kedepan. Atasan meminta saya untuk mengontrol keuangan unit baru di Jepang minimal selama enam bulan, untuk menyamakan sistem pembukuan seluruh unit perusahaan."

Tiga manusia itu kini terdiam dalam pikirannya masing-masing.

*****

Selama Kumala tugas ke Jepang, Hayati dan Diarga yang mengasuh Putik Cinta. Persahabatan Kumala dan Hayati juga masih erat tak usang dimakan jarak. Mereka berdua selalu berkomunikasi, saling mengabarkan diri, mengabarkan Putik Cinta, dan tak ketinggalan mengabarkan Diarga.....

"Kumala, bulan depan kau sudah pulang kan?" Tanya Hayati dengan sangat ceria via telepon suatu hari.

"Memangnya ada apa, Hayati?"

"Emmm.... Kasih tahu gak ya??.... hehehe...."

"Ah, kamu ini, Ti... cerita donk sama aku!.... ada apa sih?" Tanya Kumala penasaran. Tapi, hanya terdengar tawa Hayati dari pesawat kabel sambungan luar negeri.

"Ayo... Cerita! Jangan ketawa saja....! Pulsa mahal tahu...." Desak Kumala dengan bercanda....

Akhirnya Hayati menyudahi tawanya, dan mulai menata napasnya untuk menjawab penasaran hati Kumala, "Mala, insyaallah bulan depan aku menikah dengan Diarga."

Deg!

Seperti ada bongkahan yang terlempar kearah Kumala, suara Hayati dari seberang sana cukup membuat pandangan Kumala berkunang-kunang.

Dalam keheningan musim gugur negeri sakura, tampak Kumala kembali menyibukkan diri dengan angka-angka pembukuan perusahaannya. Di depan komputer, mata itu berkaca-kaca karena lelah yang tertumpuk parah. Dalam keasyikannya mengerjakan tugas kantor, panggilan email masuk membuat perhatiannya teralihkan beberapa saat. Ternyata, email dari Hayati yang mengirimkan foto-foto dokumentasi kegiatan di Putik Cinta. Tak ada yang istimewa, karena hampir setiap pekan ia mendapatkan kiriman foto seperti itu.

Meski demikian, Kumala menyempatkan diri untuk membalas email itu, tapi balasannya bukan apresiasi terhadap dokumentasi Putik Cinta:

HAYATI, MAAF! AKU BELUM BISA PULANG BULAN DEPAN KARENA DISAMPING KERJA, AKU MELANJUTKAN S-2 KU DISINI. SALING MENDOAKAN YANG TERBAIK UNTUK KITA YA...

Dalam keheningan di negeri yang lain, tampak Diarga yang tengah sibuk menyiapkan hantaran khitbah (lamaran/tunangan) dengan dibantu sopir setianya, Pak Mahmud, paman Kumala.

"Ada yang kurang, Pak Mahmud?"

"Sepertinya tidak, Pak Diarga.... Semua sudah lengkap."

Diarga memutar pandangan ke arah hantaran yang berjajar-jajar di ruang tengah rumah mewahnya. Mungkin lelah, sehingga Diarga menghempaskan tubuhnya ke sofa sambil merilexkan diri. Dilepasnya kacamata, dan matanya mulai terpejam.

"Ada yang kurang, Pak...." Gumamnya. Yang diajak bicara, Pak Mahmud celingukan meneliti hantaran satu per satu.

"Saya lihat semuanya lengkap...." Jawab Pak Mahmud dengan sedikit ragu, memikirkan apa kira-kira yang kurang.

"Ada, Pak..." Sanggah Diarga masih dengan tubuh berebah dan mata terpejam.

"Apa, Pak yang kurang? Biar segera saya siapkan...." Tanya Pak Mahmud kemudian.

"Jauh, Pak ngambilnya...." Jawab Diarga.

"Ya... meski jauh harus kita ambil, Pak... kalau tidak lengkap hantarannya, nanti lamarannya kurang afdhol...."

Diarga diam sejenak, Pak Mahmud kebingungan membatin, "Apa majikan ini tertidur terus mengigau?"

"Yang kurang ada di Jepang, Pak.... Keponakan Pak Mahmud...."

Hhhahh???? Pak Mahmud melotot.... "Apa aku harus ke jepang saat ini juga, agar lamaraannya Afdhol?" hehehe....

"Ah, Pak Diarga ada-ada saja, yang penting ada Hayati yang dilamar, sudah afdhol kok, Pak.... Sudah lengkap berarti... Meski Hayati dan Kumala sahabat dekat, Pak Diarga tidak perlu men-spesial-an sahabat calon tunangan bapak...." Kata Pak Mahmud.

"Lho... katanya Pak Mahmud mau ambil??... nih uang untuk beli tiket ke Jepang, Pak!!!! Hehehehe....." Ujar Diarga dengan diakhiri tawa bercanda. Pak Mahmud wajahnya merah sebentar menahan malu, kemudian menyambung tawa bersama majikan mudanya.[#bersambung]


Kunang-Kunang SederhanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang