Bagian 1

994 44 28
                                    

"Arrgggghhhh........! Ini perpus apa Pasar Loak???!!!"

Lelaki berkacamata itu seolah depresi berat karena buku yang ia cari tidak ia temukan di rak buku perpustakaan kota. Geramannya memang tidak sampai menggelegar ke seluruh ruang perpustakaan yang hening, tapi itu cukup terdengar oleh perempuan 25 tahun yang tengah mencari buku tiga meter disisi kirinya.

Sekilas perempuan itu melihatnya, tapi hanya sekilas. Setelah itu ia sibuk dengan buku-buku yang ia cari.

"Mbak, saya mau complain.... Judul buku ini ada di catalog, tapi saya sudah hampir satu jam mencari dirak hasilnya nihil...."

Lelaki berkacamata itu sekarang berdialog dengan pustakawati yang sedang duduk di meja kerjanya. Tampak pustakawati itu kebingungan menjawab.

"Maaf! Apa judul bukunya, Pak?" Tanya pustakawati itu. Dari sikapnya, jelas pustakawati itu sangat segan dengan lelaki berkacamata itu. Barangkali lelaki itu adalah orang yang berpengaruh di perpustakaan ini atau di kota ini.

Lelaki itu akhirnya menyebutkan sebuah judul buku.

Tampak pustakawati mulai sibuk memainkan jarinya diatas tuts komputer berprogram katalog. Tidak seberapa lama, pustakawati itu menyebutkan lokasi buku itu seharusnya tersimpan. Tapi apa yang terjadi? Lelaki berkacamata itu wajahnya berubah merah menahan marah.

"Mbak..... sudah saya bilang... saya sudah mencari buku itu di lokasi yang tertera di catalog hampir satu jam tapi tidak ketemu......"

"Be.... Be.... Benarkah, pak?" Pustakawati mulai ketakutan.

"Ya...." Jawab lelaki itu dengan nada diturunkan sambil menghempaskan napas panjangnya.

"Aku sangat perlu buku itu untuk disertasiku, Mbak.... Aku perlu segera...." Lelaki itu berkata dengan melas. Kini ia duduk di kursi yang menghadap ke pustakawati.

"Bagaimana kalau besok anda kembali?..... hari ini saya akan berusaha mencarinya...." Usul pustakawati dengan gaya meyakinkan.

"Hemmm...... apakah tidak merepotkan?" Tanya lelaki itu.

"Dengan senang hati, tentu tidak, Pak!" Pustakawati itu menjawab dengan senyum tulusnya.

"Baiklah, terimakasih..... sebenarnya saya sudah berusaha membeli buku itu. Tapi ternyata diseluruh toko buku yang aku kunjungi semua kehabisan stok. Bisa sih order, tapi tiga pekan baru bisa datang. Sedangkan disertasiku harus selesai dalam pekan ini...." Ujar lelaki itu panjanglebar.

Pustakawati manggut-manggut memperhatikan seolah tidak mau pengunjung yang satu ini tidak mendapat perhatian khusus.

"Inikah buku yang anda cari?"

Glek!

Lelaki itu terkejut, senang bukan kepalang saat didepan lensa kacamatanya terayun buku yang sejak satu jam tadi membuatnya stress berat... tanpa berkata apa-apa, langsung saja buku itu ia tarik dan ia dekap sambil berkali-kali mengucapkan hamdalah....

"Alhamdulillah, yaa Rabb.... Alhamdulillah....."

"Terimakasih, Yaa Allah...."

"Subhanallah.... Alhamdulillah..."

Lama lelaki itu tenggelam dalam puji syukurnya kepada Sang Pencipta. Pustakawati itu terbengong, bagaimana tidak, lelaki itu seperti mendapatkan rezeki luar biasa hanya karena sebuah buku yang barangkali isinya membuat otak panas.

Selang beberapa detik, akhirnya ia tersadar bahwa buku yang sekarang dalam dekapannya itu tidak serta merta bertengger dihadapannya. Ia tersadar, jelaslah ada orang yang menyodorkan buku itu kepadanya, dan jelas orang itu bukan pustakawati yang sejak tadi terlibat diolog dengannya....

Siapa dia? Lelaki itu berpikir.[]

Kunang-Kunang SederhanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang